9

23.9K 1.6K 3
                                    

Awass typo!!!

Leonzio dan Ziana sedang berada diruang Tv sambil menonton televisi yang bahasanya tak Zia pahami sama sekali. Namun berhubung itu adalah kartun ia tonton saja.

"Baby apakah baby ingin sekolah?"

"Sekolah? Tidak ah, Zia ingin belajar dari rumah saja apakah tidak apa-apa dad?"

"Tidak masalah. Nanti akan Daddy Carikan guru terbaik untuk Zia ya, kita home schooling saja" jawab Zio yang di angguki Ziana.

Ngomong-ngomong mereka berkomunikasi memakai alat penerjemah di telinga masing-masing

Tentu saja Zio sangt senang jika putrinya memilih home schooling. Sebenarnya ia memang ingin putrinya home schooling saja namun ia juga ingin tau apa yang di inginkan putrinya. Karna ia sudh berjanji akan membuat putrinya bahagia.

Zio juga belum siap melepaskan putrinya ke dunia luar. Ia takut akan bahaya yang akan mengintai putrinya nanti. Menyediakan bodyguard saja tidak cukup.

Ia ingat betul bahkan dengan puluhan bodyguard saat itu putrinya masih berhasil di culik. Walaupun saat ini kekuatan para pasukannya lebih kuat namun tetap saja trauma itu ada dalam diri Zio.

"Emm Daddy sediakan juga ya guru untuk belajar bahasa Inggris dan Italia. Zia ingin mempelajari bahasa Daddy" ucap Zia

"Baik. Akan Daddy Carikan juga guru privat bahasa terbaik nanti" jawab Zio dengan senang hati.

Zia pribadi lebih memilih home schooling karna ia tidak ingin berhubungan dengan manusia-manusia lagi.

Tentu saja setelah dua kehidupan yang ia jalani ia memahami hubungan manusia itu harus saling menguntungkan. Bukannya tidak ada manusia yang tulus. Namun dengan kehidupan pertama dan ketika ia jadi pengemis saja dapat ia lihat tidk ada manusia yang tulus dengannya.

Apalagi dengan statusnya saat ini. Yang sudah pasti akan berapa banyak manusia bertopeng yang mendekatinya. Hah memikirkannya saja sudh membuatnya tak nyaman.

"Daddy Zia juga ingin belajar beladiri dan menembak"

Leonzio yang mendengar permintaan putrinya yang tiba-tiba itu merasa terkejut

"Baby kau tidak perlu belajar itu ya. Kan ada Daddy dan para bodyguard yang akan menjaga dan melindungimu" bujuk Zio sambil membawa Zia ke pangkuannya

Zia cemberut seketika ketika mendengarnya.

"Tapi Daddy, Daddy juga pasti tau bodyguard tidak setiap saat bisa melindungiku Daddy juga pasti tidak selalu disisiku. Aku hanya tidak ingin menjadi beban yang hanya bisa berlindung di belakang orang lain dan tidak tau apa-apa" lirih Zia sambil memilin ujung kemeja Daddynya

Bukannya tanpa alasan Zia meminta berlatih bela diri. Ketika mendengar tentang keluarganya yang seorang mafia dan memiliki musuh yang banyak berhasil membuat Zia memikirkan banyak hal. Belum lagi ketika mendengar kabar jika penculik baby ana belum di temukan hingga saat ini.

Hal itu semakin membulatkan tekadnya untuk berlatih sehingga ia bisa melindungi diri sendri. Bukan hanya mengandalkan orang lain.

"Tidak. baby bukan beban. Daddy tidka merasa terbebani smaa sekli" jelas Zio ketika mendengar perkataan putrinya.

Namun ia juga memikirkan ucapan putrinya. Putrinya benar memiliki bodyguard saja tidak menjamin keamanannya. Memang kemampuan melindungi diri sendri sangat di butuhkan dan lebih menjamin.

"Baiklah nanti akan zero jadwalkan semua kegiatan baby ya" ucap Zio setelah mempertimbangkan segalanya

"Terima kasih Daddy" senang Zia sambil memeluk perut Daddynya

"Maafkan Daddy, karna membuatmu terlahir di keluarga berbahaya seperti ini" lirih Zio sambil memeluk erat Putrinya

"Tidak. Daddy Zia sangat senang menjadi anak Daddy. Daddy jangan berbicara seperti itu lagi ya. Nanti Zia sedih" jawabnya dengan tatapan sedih menatap Daddynya itu

"Baik. Maafkan ucapan Daddy ya" maafnya sambil memeluk erat Putrinya

Zia menggangguk dalam pelukan hangat Daddynya itu.

Jujur saja dalam hati Leonzio merasa bersalah kepada putrinya. Putrinya sudh menderita selama 7th ia bermimpi untuk membahagiakan putrinya sejak putrinya ini di temukan.

Namun siapa sangka putrinya sangt berpikiran dewasa. Tidak seperti anak-anak lainnya. Seketika cita-citanya yang hanya ingin memanjakan dan membahagiakan putrinya pun harus sirna karna dirinya sendri yang memiliki banyak musuh.

Sebenarnya bisa saja Zio memanjakan putrinya hingga yang putrinya tau hanyalah kehidupan nyaman dan damai dan juga termanjakan.

Namun putrinya terlalu dewasa untuk mengerti segala hal.

Mereka menghabiskan waktu bersama di ruang keluarga dan membicarakan banyak hal.

Tak terasa waktu sudah siaang waktunya untuk makan siaang.

Setelah makan Leonzio membawa putrinya ke halaman belakang rumah. Taman milik Skelton sangat indah.

Zia benar-benar merasa ada di dunia fantasi hehe.

Seharian ini digunakan Zio untuk bermain bersmaa putrinya. Ia benar-benar tidak perduli dengan pekerjaaany semua ia serahkan kepada zero. Baginya menghabiskan waktu dengan putrinya lebih berharga daripada bekerja. Banyak tahun-tahun yang terbuang sia-sia jdi Zio ingin mengganti tahun-tahun itu bersma putrinya.

Melihat putrinya yang tertawa bahagia di taman membuatnya bahagia. Kadang Zio seperti melihat kenangan ketika mereka bertiga masih berkumpul bersmaa. Bermain bersama di taman ini dan kejar-kejaran bersama.

Memikirkannya membuatnya sedih namun melihat putrinya yang ada di depannya mampu membuat zio tak berlarut-larut dalam kesedihan.

"Baby, sudah sore. Ayo mandi. Daddy juga akan menunjukkan kamar barumu" ucap Zio memanggil putrinya Yang asyik dengan bunga-bunga di taman.

"Iyaaa Daddy" teriaknya sambil berlari menuju Zio

Pasangan ayah dan anak itu segera memasuki rumah. Zio membawa putrinya ke kamar yang sudah selesai zero siapkan

"Nah baby, ini kamarmu. Apa baby suka?" Tanya Zio sambil membukakan pintu kamar tersebut

"Wah" singkatnya

"Kenapa?baby tidak Suka?" Tanya Zio ketika melihat respon putrinya yang sangat datar itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa?baby tidak Suka?" Tanya Zio ketika melihat respon putrinya yang sangat datar itu

"Suka-suka saja Daddy. Tapi ruangan ini terlalu feminim. Zia lebih suka kamar seperti Daddy. Gelap hehe"

"Benarkah?? Apa perlu Daddy ganti?"

"Tidak perlu ini saja dulu. Nanti klo sudah besar baru di ganti" ucap Zia sambil menelusuri isi kamar barunya itu

Leonzio mendesah dalam hati. Ia sudah yakin 100% jika putrinya ini tidak ada feminim-feminimnya smaa sekli. Yah seperti nya putrinya hampir memiliki sifat yang smaa dengannya. Sangat berbeda sekali dengan Aleena kecil yang sangat imut menggemaskan, tapi walaupun begitu putrinya tettap menggemaskan dengan pesonanya sendiri.

TBC~
👇Vote

Ziana Second Life  Where stories live. Discover now