32

3.5K 425 36
                                    

Awass typo!!

"Dimana baby?" Tanya Zio ketika memasuki mansionnya.

"Nona muda... E-em..." Bastian bingung ingin menjelaskan seperti apa kepada tuannya itu

Zio mengernyit heran melihat tingkah Bastian, menyerahkan tas dan jasnya kepada salah satu maid. Zio segera menghadap Bastian dan bertanya serius.

"Katakan!" Ucapnya tegas

Belum sempat Bastian menjawab, sebuah suara ceria yang sangat Zio sukai, terdengar di telinganya.

"Daddyyy!!!"

Leonzio berbalik ke sumber suara dengan penuh senyuman, namun seketika senyumnya membeku dan segera berubah menjadi raut kekhawatiran.

Bagaimana tidak? Jika yang ia lihat adalah putrinya yang menggemaskan, sedang berlari ke arahnya dengan kemeja putih yang berlumuran darah, bahkan tangan dan wajahnya pun tak luput dari percikan darah.

"Baby, sayang! Apa yang terjadi?!" ucapnya panik.

Zio segera menghampiri putrinya dan memeriksa seluruh tubuh putrinya, mengabaikan bau amis dari darah di tubuh putrinya, ia terus membolak balik tubuh Zia hingga dapat memastikan jika tidak ada luka sekecil apapun pada putrinya.

"Hihihi, Zia sedang berlatih untuk membunuh musuh kita nantinya. Lihat!! Berbagai cara Zia pelajari! agar ketika Daddy berhasil menangkap semuanya, Zia bisa menghancurkan mereka semua" ucapnya ceria sambil menyeret ayahnya ke ruang tengah.

Ketika sampai, dapat Zio lihat lantai yang biasanya bersih, kini telah penuh oleh ceceran darah dan juga bangkai ayam.

Entah darimana anaknya mendapatkan ayam hidup. Namun dapat Zio lihat jika kebrutalan putrinya dapat ia lihat dari betapa mengenaskannya ayam itu mati.

Isi perut yang berceceran hingga mata yang juga di cungkil, mungkin tak terlihat menakutkan karna bagaimanapun ayam adalah hewan yang dapat di makan dan di bunuh sesuka hati.

Namun membayangkan jika itu adalah manusia, sungguh akan sangat mengerikan.

Zio menatap putrinya yang masih tersenyum lebar dan terlihat menggemaskan di matanya.

Akhirnya ia benar-benar menyadari, bagaimanapun keadaan putrinya ia tetaplah darah dagingnya. Setelah di asah sedikit, putrinya mulai memahami hal-hal yang tidak seharusnya di lakukan anak seusianya.

Mensejajarkan tubuhnya dengan putrinya, Zio mengelus kepala Zia dan menggenggam tangan-tangan mungil itu.

"Baby, sayang Daddy. Putri tercinta Daddy. Urusan musuh-musuh itu akan menjadi urusan Daddy. Biarkan orang dewasa yang menghukum mereka nanti. Baby tidak perlu membuat kedua tangan ini kotor. Biarkan Daddy yang melakukannya" ucapnya lembut mencoba memberi pengertian kepada putrinya.

Entah darimana putrinya mendapatkan ide seperti ini untuk berlatih menghukum para bajingan-bajingan itu.

Raut wajah Zia segera berubah menjadi dingin, matanya berubah datar dan menatap Daddynya.

"Dad, aku tak akan melepaskan mereka. Mereka yang membuat keluarga kita seperti ini. Mungkin bagi Daddy ini adalah masalah Daddy, atau bahkan ini adalah kelalaian Daddy. Tapi jangan lupakan jika 9th kehidupan baby ana selama ini sangatlah menyedihkan. Tidak ada tempat bernaung seperti rumah!"

"Ketika panas, baby akan kepanasan. Ketika hujan, baby akan kedinginan. Ketika lapar baby akan menangis, mengemis yang bahkan di pandang jijik oleh orang lain. Aku bahkan hampir lupa bagaimana kehidupan baby ana ketika berumur 3?4?5?ataupun 6th!"

" Karna seluruh kenangan itu sangat menyedihkan dan menyakitkan! Jika bertanya siapa yang paling tersakiti disini?! Itu adalah baby ana! Aku akan membalaskan seluruh rasa sakit baby ana kepada para bajingan itu. Mereka akan merasakan kematian yang lebih menyakitkan nantinya!"

Ziana Second Life  Where stories live. Discover now