28

7.1K 786 60
                                    

"kurang ajar!!!" Marah Robert saat mendengar penjelasan putranya.

Zia dan yang lainnya masih terdiam tak ada yang bersuara.

Terlihat sekali raut wajah tak menyenangkan dari setiap orang yang ada di ruangan itu.

Robert mengepalkan tangannya kuat, dengan mata yang memerah karna menahan amarah.

Demi apapun. Ia tak pernah menyangka jika di mansion yang ia kira akan menjaga putranya dengan baik, justru berisi manusia-manusia tak tau diri.

Orang-orang yang ia percayakan untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan Aziel, nyatanya tak pernah menjalankan tugas mereka sama sekali.

Robert terkekeh miris, meratapi dirinya yang sama sekali tak menyadari kejahatan di balik punggungnya.

Ia juga menyalahkan dirinya sendiri yang selalu menyibukkan diri dengan segala urusan pekerjaan daripada berada di rumah.

Putranya tak pernah mengadu apapun. Ia kira semua baik-baik saja.

"Kenapa kau tak pernah mengadu pada papa? Hm?" Lirihnya rapuh dengan mata berkaca-kaca.

"Papa sibuk. sebagai anak, aku tak ingin mengganggu papa dengan masalah kecil seperti ini" sahutnya datar, tak ada emosi di wajahnya selain raut wajah datar.

"INI BUKAN MASALAH KECIL!! BAGAIMANA BISA KAU BERKATA SEPERTI ITU?!" marahnya.

Sungguh, Robert tak tau apa Yang ada di pikiran putranya. Selama ini ia selalu mengajarkan tentang bersikap mandiri dan tegas. Namun bukan berarti berdiam diri jika mengalami hal-hal seperti ini.

Membayangkan putranya yang di abaikan oleh seluruh bawahannya saja sudah mampu membuat Robert sakit!!!

"Aku anak yang kehadirannya tak di inginkan. Papa tidak membenciku saja seharusnya aku sudah bersyukur bukan?? Aku takut, jika aku mengadu dan bersikap pengecut. Papa... Papa akan membenciku juga.. hiks" ungkapnya di Sertai isakan kecil.

Nyuttt

Robert merasa sebilah pisau yang tajam menyayat hatinya. Menggores relung hati dan jantungnya.

Ia tak pernah berharap putranya akan memiliki pemikiran seperti itu. Selama ini Robert mencintai Aziel, sangat.

Sejak putranya lahir, ia yang paling bahagia karna menjadi seorang ayah.

Melupakan bagaimana awal mula kehadiran Aziel, Robert tak memperdulikan itu. Karna bagaimanapun Aziel adalah putranya, darah dagingnya.

Zia mendongakkan kepalanya menahan air mata, ia tau Lika Liku keluarga Aziel, Daddynya menceritakan semuanya.

Namun mendengar Aziel berkata seperti itu, membuat Zia sakit. Aziel yang ia kenal dewasa dan dingin. Nyatanya menyimpan beribu luka sendirian.

Sedangkan para pria dewasa Disana hanya diam tak mampu berbicara lagi. Karna, ini bukan ranah mereka untuk ikut campur. Namun mendengar Aziel, yang mereka kenal sebagai anak yang paling dewasa serapuh ini.

Menyadarkan mereka semua, bagaimanapun anak-anak ini masihlah seorang anak. Bagaimanapun cara mereka untuk terlihat dewasa dan mandiri, mereka tetaplah anak yang membutuhkan perhatian orang tua.

Robert menggelengkan kepalanya dan menggenggam tangan putranya.

"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?? Sekalipun papa tak akan pernah membencimu. Kau adalah putraku. Darahku mengalir di nadimu. Bagaimana bisa kau memiliki pemikiran seperti itu boy?" Lirihnya

"Mereka semua berkata seperti itu. Wanita itu, ketika menyiksaku selalu mengatakan jika aku hanyalah sebuah kesalahan yang tak di harapkan. Bahkan harus merasa beruntung karna papa tidak membenci dan ikut menyiksaku. Para maid, bahkan paman-paman itu selalu menatap rendah diriku, karna hadir melalui sebuah kesalahan. Mengatakan jika aku beruntung papa ingin merawatku, akan sangat tak tau diri jika diriku banyak mengeluh dan meminta kepada papa. Karna itu aku diam. Bukannya tak berani melawan. Namun aku juga takut papa akan membenci diriku yang mengerikan. Membunuh seseorang ataupun melukai orang nantinya. Karna... Hanya papa yang aku miliki di dunia ini.." lirihnya menyayat hati.

Robert tak mampu lagi bersuara,  menundukkan kepalanya dengan air mata yang merembes keluar.

Betapa buruknya ia sebagai seorang papa? Tak pernah menanyakan keseharian putranya.

Tak pernah benar-benar memperhatikan putranya.

Andai saja ia lebih memperlihatkan kasih sayangnya, mungkin putranya tak akan merasa demikian.

"Aku titip putraku, rawat ia sebentar" ucapnya pada Leonzio, kemudian pergi meninggalkan apartemen itu dengan tangan mengepal kuat di penuhi amarah.

•••••••••••

Dor dor dor

"Akhhhhh"

Mansion megah tersebut dipenuhi genangan darah dengan satu sosok yang terlihat sangat mengerikan.

Robert dengan dingin dan tanpa ampun membunuh beberapa bodyguard yang ia tugaskan untuk menjaga mansion miliknya.

"Charles! Singkirkan mereka semua! Aku tak menerima beberapa ular berada di kawasanku!!" Ucapnya kepada sang tangan kanan.

"Kalian sepertinya lupa. Orang yang menggaji dan memperkerjakan kalian adalah aku!! Atas dasar apa kalian tak mematuhi perintah ku dan justru memperlakukan putraku dengan buruk??" Ucapnya di Sertai kekehan yang mengerikan.

Tak ada yang berani menjawab, mereka semua gemetar menyadari kesalahan yang mereka lakukan.

Mereka melupakan betapa kejamnya sang tuan rumah, hanya karna sang tuan jarang berada di rumah.

Merasa mengikuti sang nyonya lebih bermanfaat daripada sang tuan yang jarang memperhatikan mereka.

Namun, konsekuensi yang mereka dapatkan hanya mampu membuat mereka semua menyesal.

Melihat rekan-rekan mereka mati di depan mata mereka membuat tubuh mereka semua bergetar ketakutan.

Hingga sebuah suara semakin menambah suasana mencekam di sana.

"T-tuan. Ntah apa yang di katakan tuan Aziel. Namun kami tak pernah mengabaikan dia. Kami selalu mencoba menyapa bahkan menolongnya. Namun tuan Aziel selalu menatap rendah kami dan tak mau orang rendahan seperti kami menyemtuhnya. Bahkan tuan Aziel selalu semena-mena kepada kami semua" ucap salah satu maid yang dilihat dari usianya masih terlihat muda.

Namun dari wajahnya pun orang-orang dapat mengetahui jika wanita itu penuh tipu daya.

Robert berjalan mendekatinya.

"Benarkah?" Ucapnya

Maid itu mengangguk semangat karna merasa sang tuan mempercayainya.

"Tapi sayangnya, dibandingkan dirimu aku lebih mempercayai putraku!! Hak apa yang kau miliki hingga berani menjelekan putraku di hadapan ku" ucapnya dingin penuh amarah.

Maid itu bergetar ketakutan karna tak menyangka sang tuan akan seyakin itu pada putranya.

Ia kira Robert sama seperti Liliana yang sangat membenci putra mereka.

Benar!! Maid itu adalah salah satu maid yang mengata-ngatai Aziel hingga anak itu. Merasa rendah diri.

Dor dor dor

Tiga kali tembakan Robert layangkan di tenggorokan maid itu.

Para maid wanita Disana menjerit melihat rekan mereka, Diva mati mengenaskan.

Mereka menyadari bermain-main dengan keturuna Robert adalah sebuah kesalahan besar.

"Singkirkan mereka semua Charles!! Dan cari dimana wanita jalang itu berada saat ini!! Jika ia berani kembali menginjakan kakinya ke mansion ini. Kurung dia di penjara bawah tanah" dingin Robert yang di angguki tangan kanannya.

Sejak menginjakkan kakinya kedalam mansion miliknya, Robert tak menemukan keberadaan wanita sialan itu.

Rupanya ia telah melarikan diri sebelum Robert datang.

Lihat saja jika ia menemukannya. Tak perduli apapun, wanita itu akan merasakan betapa kejamnya Robert!!

TBC~
👇Jangan lupa vote dan komennya ya!!!

Snow putuskan ramadhan akan tetap update, tapi mungkin slow update karna kalo ramadhan kita harus memperbanyak pahala xixixixi :3

Ziana Second Life  Where stories live. Discover now