Bab 10

14.9K 1.5K 106
                                    

Halo! Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halo! Apa kabar?

Nungguin Pra-Arum banget nih? Makin gregetan gak?

Boleh minta ombaknya yang banyak kalau makin gregett 🌊🌊🌊🌊

LESGOOO

***
Pra sibuk seminggu ini. Lima hari yang ia simpan untuk tak menghubungi Arum terpaksa ia tambah. Mungkin hampir dua minggu.

Masalahnya bukan hanya pada kesalahan di pemrogramannya saja, namun saling berkaitan dengan tim finance yang menyesuaikan anggaran, belum lagi bersama stakeholders lain. Ah, kepala Pra rasanya ingin pecah.

Berhari-hari pula jam tidurnya kacau. Makan hanya saat ia ingat. Sesekali Pra mengecek hpnya, barangkali Arum membalas pesan yang ia kirim sebelumnya. Namun nihil, hanya puluhan pesan yang semakin membuat otaknya ingin pecah.

Apa wanita itu benar-benar menghindarinya?

Oke dia tau, ucapannya salah. Tak seharusnya ia berkata sedemikian. Berkali-kali pula kepalanya menggaungkan rasa penyesalannya. Tapi kan setidaknya perempuan itu membaca pesannya.

Ego Pra terusik. Ia tak pernah diabaian oleh perempuan seperti ini. Terlebih lagi, ia tak pernah menunggu balasan wanita berhari-hari seperti orang bodoh.

"Istirahat dulu kali bos. App-nya aman kok. Production traffic yang lo usulin such an efficient solution to generates more realistic test and reduces the cognitive load–"

"BISA GAK LO GAK BAHAS KERJAAN LAGI?"

Ray langsung terdiam. Ia lagi-lagi salah sangka dengan apa yang ada dipikiran bosnya itu. "Anjir deh, salah lagi gue."

Setelah empat hari lalu FutureMe meluncurkan update fitur terbarunya, Pra dan tim engineer lain masih harus terus mengontrol aplikasinya. Ia tak mau ada kesalahan fatal yang bisa merugikan perusahaannya. Masalah bukan hanya saat mereka merancang fitur baru, namun menghadapi komplain dari pengguna.

"By the way, gue udah kosongin jadwal lo sore ini sampai besok. Perintah dari ibunda ratu, lo disuruh balik pulang, buat istirahat."

Raymond tak yakin dengan jawaban bosnya. Mungkin untuk kalimat pertama Pra menyetujuinya–sangat. Namun untuk kalimat kedua. Bisa jadi dia akan kembali jadi samsak empuk antara Pra dan Bu Ernie.

Nasib jadi kacung orang kaya.

Pra memijit pelan pelipisnya dengan tubuh yang ia baringkan di sofa. Posisi yang tak nyaman sebenarnya, namun Pra seperti sudah tak punya banyak energi.

"Thanks. Gue tidur apartemen aja," balasnya singat.

Kan. Apa kata Ray, prediksinya tak pernah salah. Bertahun-tahun menjadi orang terdekat, Raymond melihat Pra seperti buku yang terbuka. Sungguh mudah menebak kelakuan Pra. Hanya saja butuh hentakan super untuk membuka kepalanya yang sekeras batu.

(un) Match CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang