Bab 24

14.5K 1.5K 108
                                    

Halo! Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo! Apa kabar?

Gimana hari ini? Jadinya nyoblos siapa? Wkwkw.

Apapun pilihan kalian, semoga itu memang pilihan terbaik kalian yang memang udah dipikirkan baik-baik ya. Dari rekam jejak, gagasannya, tujuan2nya memang cocok sama kalian. Jangan cuma kemakan tiktok2 doang yaa.

Untuk menentramkan karena mungkin ada beberapa yang masih emosi kali aja krn pilihannya gak menang, aku ademin pakai Pra-Arum ya. Kebetulan mereka baru aja pulang dr TPS juga wkwk.

Sebelum itu, aku boleh minta ombaknya yang banyaak gakk? 🌊🌊🌊

Happy reading!!

***

Hal terakhir yang Arum ingat adalah pria itu menciumnya hingga bibirnya bengkak. Ah, Arum nyaris gila. Pra bahkan tak membiarkannya bernafas. Ia tak pernah tahu kata-kata yang lazim ia gunakan untuk menulis dalam berciuman, sampai ia merasakan sendiri.

Menuntut dalam berciuman.

Arum tak pernah paham. Sampai ketika Pra, yang mulanya menciumnya dengan lembut berubah lebih menekan bibirnya. Menarik tengkuknya namun begitu halus-sentuhan tangan Pra. Jari-jari pria itu menekan kulitnya seperti bulu, membuatnya semakin melayang.

Bagi Arum hal yang mencengangkan bukan itu-ya meskipun ciuman Pra memang menakjubkan, namun baginya adalah kata-kata Pra.

"Gak ada yang salah dari kamu. Apapun yang sudah kamu lakukan itu benar. Mereka meninggalkan kamu? Bukan, mereka memang tak pantas buat kamu. Kamu terlalu pilih-pilih? Enggak. It's because you know your value."

Pertama, baru kali ini ada lelaki lain yang memanggil Arum dengan panggilan 'kamu' dengan begitu romantisnya. Kedua, Pra tak ada lelaki yang memandang matanya dengan begitu teduhnya. Ketiga, lelaki itu memberikan jawaban juga kekuatan dari sesuatu yang kemelut di dalam hatinya. Ia menyalahkan nasibnya, menyalahkan takdir Tuhan-namun ia menyadari bahwa yang terjadi sekarang adalah karena dirinya sendiri.

Ia menyalahkan dirinya sendiri.

Tapi Pra lalu mengucapkan tiga kata magis yang baginya sangat berarti.

'I love you'

Ia terlalu takut untuk percaya. Semuanya seolah berjalan seperti dirinyalah penulisnya. Apa ini akhirnya? Apa Tuhan akhirnya mendengarkannya?

Matanya menatap tak percaya. Masih bertanya-tanya. "Pra..." ucapnya dengan suara parau. Sedangkan Pra hanya tersenyum, tak mau membuang waktu lebih lama lagi, Pra meyakinkan Arum bahwa dia benar-benar telah jatuh pada wanita itu.

"Are you sure for loving me?" Tanya perempuan itu lagi. Ini diluar dugaan dan kuasanya. Bukan, Arum bukannya tak ada yang menyukainya, tapi ini hanya... ini sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

(un) Match CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang