Bab 17

14K 1.4K 69
                                    

Cek ombak dulu doonggg 🌊🌊🌊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cek ombak dulu doonggg 🌊🌊🌊

Happy Reading!

***

Pra menggeram dalam hati, sangat kesal dengan kedatangan sekretarisnya hari ini. Ya, mungkin dia berterima kasih soal menjaganya semalaman–astaga dia berasa homo, tapi kenapa juga harus Raymond!

Oh bukan hanya itu, Raymond telah merusak suasana paginya. Saat ia mengatakan kata-kata yang ternyata kesalahpahaman, lelaki itu tiba-tiba muncul dan mempermalukannya. Di depan Arum! Kenapa dia tidak pulang saja sih? Kenapa dia harus duduk di kursi makannya dan ikut menyantap sarapan pagi dengannya dan Arum?!

"Wah. Enak banget masakan lo, Rum. Udah lama gue gak makan masakan rumahan," puji Ray hampir menghabiskan separuh isi piringnya.

Dengan wajah itu, Pra sangat ingin menonjok muka Raymond. Kalau bisa menyeretnya keluar.

"Syukur deh kalau lo suka," jawab Arum dengan senyuman.

Oh satu lagi, hal yang membuat Pra sangat amat jengkel pagi ini. Disaat Ray memuji sayur asem-asem daging Arum yang kelihatannya sangat nikmat, Pra hanya bisa makan bubur. Asap mengepul hangat, bau harum bercampur segar menggelitik hidungnya, selain itu daging dengan kuah kaldu pedas yang... astaga kenapa tenggorokannya harus sakit sekarang?!

"Gue gak mau makan lah!" kata Pra gondok sambil meletakkan sendoknya.

Arum mengangkat satu alisnya. "Kenapa? Gak enak?" tanyanya dengan raut wajah penasaran. Apa terlalu asin bagi Pra? Atau terlalu hambar?

Pra menghela nafas panjangnya. Matanya yang semula menatap piring Raymond tanpa henti, kini beralih ke samping. "Gue pengen makan masakan lo," katanya sedikit merajuk.

Arum mengerutkan kening. Tangannya menunjuk ke arah mangkuk bubur Pra. "Ini kan masakan gue."

Pra mendesis. Ia lantas mengangkat dagunya ke arah piring Raymond. "Itu. Asem-asem daging lo.... enak kayaknya," cicit Pra membuat Raymond hampir menyemburkan makanannya.

"Emang bisa nelen? Kan tenggorokan lo masih sakit, katanya," balas Arum kalem.

"Ya... ya sakit emang. Tapi..." Mata Pra kembali tertuju ke Ray. "Kenapa cecunguk ini juga ikut makan sih?"

Raymond mengedikkan bahunya. Membalas Pra dengan mata melebar seolah tak mengerti salahnya dimana. "Kenapa? Kan gue udah jagain lo semalem bos."

Ah Pra lupa fakta itu. Tapi tetap saja Pra merasa kesal. Dia sudah sangat senang saat ia mengira Arum tak pulang dan menjaganya semalaman. Hanya saja saat Raymond muncul di balik kamar mandinya dan mematahkan pemikirannya, ah dia sangat kesal.

"Iya. Lagian juga gue yang minta tolong dia. Gak enak kalau dia pulang cuma bawa pegel nemenin lo semalem, Pra," jelas Arum lugas.

"Lo kok malah nyuruh dia jagain gue?" tanya Pra ke Arum.

(un) Match CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang