Bab 18

14.5K 1.6K 148
                                    

Siapa yang merasa nanggung bab sebelumnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa yang merasa nanggung bab sebelumnya?

Penasaran gak sama terusannya? Apakah jadi berciuman? Atau membuat penonton kecewa?

Jangan lupa ombaknya yang banyaakk 🌊🌊🌊

Tapi aku mau memperingatkan untuk bab ini. 'Be wise'

*** 

Pra kembali meneguk gelas berisi air itu sampai habis. Mengabaikan ucapannya barusan, tentu saja Arum tak akan menganggap ucapannya serius. Perempuan itu cukup sulit, bahkan dari awal ia tahu dan itu pula alasannya mengiyakan ajakan perjodohan dari mamanya.

Arum berdiri. Egonya tergelitik dengan tawaran gila Pra yang kedua kali. "Bisa?" tanyanya seolah menyetujui tawaran Pra.

Arum mungkin sudah sangat frustasi hingga mengucapkan kata-kata yang sangat gila. Ia bahkan tak sadar dengan apa yang ia ucapkan lantas merevisi cepat-cepat. "Hah? Apa? Gue ngomong apa tadi?" tanyanya melongo.

Bodoh. Ia baru saja mengatakan hal yang bodoh. Apa tadi katanya? 'Bisa?' Biasa apa Arum? Bisa untuk mengajarinya berciuman? Wah, setelah ini Arum berjanji akan check up MRI ke seluruh bagian otaknya.

Pra menyeringai, memamerkan lesung pipinya. Pra berjalan mendekat setelah meletakkan gelasnya. Matanya menatap Arum dengan tatapan yang sanggup membuat Arum menegang.

"Ap..apa? Kenapa lo mendekat?" Jantung Arum berpacu sangat tepat sejalan dengan langkah Pra yang semakin tak berjarak darinya.

Pra sedikit merunduk mencoba menyamakan tinggi kepalanya dengan posisi Arum, membuat Arum hampir kembali terjengkang kalau Pra tak menangkap lengannya, menyeimbangkannya, tapi kemudian melepaskannya. "Be careful babe," ucap pria itu sambil memandang Arum dengan ekspresi angkuh.

Mata Arum seperti terkunci, ia bisa merasakan darah mengalir deras ke seluruh tubuhnya. Apalagi saat Pra mencari-cari ucapan bodoh yang wanita itu katakan. "Apa tadi kata lo?"

Arum seperti berada di ujung jurang dan mungkin akan dengan sukarela menerjunkan dirinya sendiri. Bola mata pria itu coklat sedikit kehitaman. Kelopak matanya cenderung mengikuti garis sang ayah, monolid namun tak sipit. Justru perpaduan mata lebar dan kelopaknya membuat matanya sangat indah.

"Lo akan mencium gue?" tanya wanita itu dengan polosnya. Sungguh semesta pun tak paham dengan isi kepala Arum.

Pra tersenyum tipis. "I just asked you, Do you want me to teach you again?"

"Lo bakal cium gue?" tanya Arum sekali lagi. Entah apa yang diinginkan Arum. Ia terlalu takut dan ragu. Ia sadar bahwa posisinya sangat berbahaya, dengan wajah Pra yang hanya berjarak beberapa centi dari mukanya. Arum bisa merasakan gelombang panas di sekujur tubuhnya karena pria itu.

(un) Match CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang