Bab 34

14.9K 1.5K 96
                                    

Hai! Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! Apa kabar?

Maaf yaa nunggu lama. Kirim ombaknya dulu dong yang kangeenn 🌊🌊🌊

Semoga puas ya sama yang manis-manis ini. Happy weekend!

***


"Kamu gak ada kerjaan?" tanya Arum di balik pelukan lelaki itu.

"Hm?" tanya pria itu sekali lagi. Suara Arum terdengar samar di dadanya. Mereka saling berpelukan di kasur wanita itu selama beberapa waktu. Tak ada yang mengganggu–dan Pra berharap selamanya akan begitu.

Arum menjauhkan kepalanya lalu menengadah. "Kamu," katanya dengan sedikit penekanan. "Gak ada kerjaan beneran emang?"

Pra menunduk menatap wanita itu. Tangan Pra mengusap jejak air mata yang mengering di ujung mata Arum. "Ada."

"Lah kok malah ke sini?" tanyanya heran.

Pria itu tak bisa menyembunyikan senyumnya yang merekah. "Kerjaannya nemenin kamu di sini," balasnya lantas kembali mempererat tangannya mengungkung sekaligus mencium kening Arum. Dagunya menempel di dahi wanita itu dengan napas yang berhembus menerpa anak rambut Arum.

Pipi Arum memanas, sangat mudah membuat wanita itu salah tingkah berkat gombalan yang terdengar garing sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi, Arum juga tak bisa menepis perasaannya yang membuncah. Dua bulan ini Arum sekuat hati menahan hatinya yang mungkin sudah hancur lebur. Ia bertahan dengan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja, ia hanya butuh waktu untuk meredakan sakitnya ini.

"Apa sih!" katanya memukul pelan dada Pra dengan kepalan di tangannya. "Gombal!" Astaga dia sebelumnya membayangkan bahwa gerakan seperti itu terlihat menggelikan. Tapi kalau sudah salting seperti ini, organ tubuhnya seolah mengambil alih secara otomatis.

Pra terkekeh. "Beneran. Seharian ini aku kosongin jadwal buat kamu."

"Buat aku?"

"Hu um. Aku mau meyakinkan kamu soal perasaan kamu."

"Yang tadi itu, masuk rencana kamu juga?" tanya wanita itu kembali menengadah mencari keberadaan wajah tampan Pra. Garis rahang Pra sangat indah membentuk rahangnya yang tegas. Sangat tampan.

Pra mengangguk membuat Arum semakin penasaran. Sebenarnya apa saja yang pria itu rencanakan. Tak pernah dalam bayangannya, hubungan lelaki itu dan Aruna hanya tipuan. Tipuan hanya untuk membuat Arum cemburu.

"Kamu rencanain apa aja sih?" tanyanya penasaran.

"Eum... apa aja yang penting kamu balik sama aku. Kita lanjutin hubungan kita sampai pernikahan."

Arum terkesikap, ia membatu selama beberapa detik. Kenapa tiba-tiba pria itu bicara pernikahan? Arum memang pernah membayangkan itu. Astaga, tentu saja pernah, bahkan setiap saat–maksudnya, setiap wanita itu menulis di buku-bukunya. Membayangkan sosok lelaki yang akan menemaninya sehidup semati, tentu saja Arum menginginkannya.

(un) Match CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang