Bab 13

13.9K 1.5K 114
                                    

Halo, selamat malam!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, selamat malam!!

Mau minta ombaknya yang banyyak dongg 🌊🌊🌊

Selamat membaca cerita Arum dan Pra ya, semoga senang. Happy reading!!

***

Arum kesulitan menghindari pria itu. Ia sendiri tak paham kenapa Pra seperti cctv yang memantaunya. Beberapa kali Pra mampir ke rumahnya, entah hanya memberi kue yang katanya dibuat Bu Ernie atau tanpa alasan.

Apa pria itu tak punya kerjaan? Bagaimana bisa hampir setiap hari Pra selalu ke rumahnya. Mau tak mau Arum menyembunyikan wajah ketusnya di depan Ibu dan Bapaknya. Bahkan pernah saat pagi Pra rela mampir ke rumahnya untuk minta sarapan padahal arah kantornya berbalik arah.

Sampai Arum tak tahan dan akhirnya memutuskan untuk menulis di luar kamar.

Sehari saja, sehari ia tak mau melihat wajah Pra yang suka cengar-cengir tidak jelas. Arum memang tak suka, apalagi setelah pra itu kerap kali memberikan perhatian kecil padanya. Setelah beberapa hari lalu ia membantu Arum berbelanja, membawakan barang-barangnya, dan mengantarnya pulang, hati Arum terasa sedikit berdesir.

Masalahnya ia tak pernah diperlakukan demikian oleh laki-laki. Ia tahu perhatian kecil bisa berdampak besar bagi hati wanita, itu yang selalu ia tulis di novel-novelnya. Namun ia tak menyangka bahwa ia pun bisa kepikiran padahal orangnya adalah Pra, lelaki yang ia benci.

Pra beberapa kali juga membelikan Arum kopi dan jajanan untuk teman menulis. Astaga, untuk apa? Ibunya saja tak pernah peduli dengan kebiasaannya itu. Bagi Arum dan mungkin sebagian besar penulis, kopi adalah minuman wajib saat menulis. Jadi coba jelaskan bagaimana Arum tidak merasa terusik dengan perhatian kecil yang Pra berikan untuknya.

Gak boleh. Gue gak boleh bisa suka sama Pra. Pra itu brengsek!

Mumpung hari ini Arum akan bertemu Bella dan mendiskusikan tentang perkembangan novel terbarunya. Kali ini dia sudah riset sangat mendalam, tanpa bantuan ide seperti apa yang Bella usulkan. Lewat buku, drama, film, atau bahkan tutorial yang terkesan gila.

Astaga rasanya Arum malu sekali.

Bella membaca dengan seksama. Alis matanya mulai mengkerut saat membaca di bagian tertentu. Ia menghela nafas. "Lo belum melakukan hal yang gue usulin ya?"

Arum menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Itu udah gue benerin loh. Kata-katanya gak monoton. Adegannya juga gak itu-itu aja."

"Iya tapi gak ada rasanya Rum. Tulisan lo ini kayak makanan yang plattingannya bagus tapi rasanya hambar. Gak dapat sama sekali di gue feel-nya. Malah terkesan cringe kayak tulisan anak SMP."

Wah. Semua usahanya beberapa hari ini–mengendap-ngendap di malam hari tak membuahkan hasil.

"Gue mau ceritanya bernyawa. Orang yang ngebaca bisa ngerasain apa yang tokoh rasain. Gue bukan mau bikin buku seks doang ya Rum. Tapi ini romance!"

(un) Match CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang