Dara Affairs-21

52.2K 1.2K 138
                                    

Sejak mendengar ancaman yang dilontarkan Alex beberapa hari yang lalu kepada nya, Dara memang lebih protektif kepada Bara.

Bahkan Dara, akan berusaha 24 jam berada disisi Bara dan memilih lebih banyak berdiam diri di rumah, demi menghindari pertemuan tak terduga dengan Alex.

"Bara, walaupun kamu hadir karena keinginan mama yang pengen balas dendam. Tapi, bener mama tu sayang banget sama kamu, " ujar Dara, sambil mengecup kepala anak nya, yang sekarang sedang tertidur di dalam pelukan nya.

"Terus, jadi anak baik ya, nak. " lanjutnya.

***

"Kamu yakin akan tes DNA itu? " tanya Alex, saat menerima telfon dari orang suruhan nya, untuk mencari tahu siapa ayah dari anak yang dimiliki Dara.

"Saya yakin pak, kecocokan antara bapak dan anak itu hampir menyentuh 100%, " ujar suara itu dengan tegas.

"Oke, nanti kirimin semua data itu ke email saya, " pesan Alex, lalu tanpa mendengar balasan suruhan nya itu, dia segera mematikan sambungan nya.

"Shit, Dara. Dia menyembunyikan apa yang gue harapin selama ini, " ujar Alex mengumpati kelakuan Dara itu.

Tapi, jauh dilubuk hati nya, dia bahagia. Karena dia sudah mempunyai anak laki-laki. Ya, bukan berarti dia tidak menyayangi Xyla dan bayi yang berada dalam kandungan Falia. Tapi sungguh kebahagiaan nya sekarang berlipat ganda.

"Dengan kamu memilih berkurung diri dirumah, saya nggak bisa cari tau sendiri, Dar? " tanya Alex, seolah berbicara dengan Dara.

Saat larut dalam pikiran yang ingin mengambil anaknya dari asuhan Dara. Ponsel Alex yang berada di meja berdering.

Dan dengan segera Alex mengambilnya ketika mengetahui yang menghubungi adalah istrinya.

"Ma-s, Xy-la, Xy-la. " terdengar suara bergetar karena tangisan pada istrinya itu. Tentu hal itu membuat Alex yang mendengar nya panik.

"Kenapa? Ada apa dengan Xyla, Falia? " tanya Alex, segera berdiri dari kursi nya, dan menyambar kunci mobil bersiap pulang ke rumah.

"Xyla, diba-wa ke ru-mah sa-kit. D-ia, dia kesu-litan na-fas, " ujar Falia terbata-bata.

"Rumah sakit mana? " ujar Alex panik, ketika mendengar anaknya dibawa ke rumah sakit oleh Falia, karena sesak nafas mendadak.

"Permata, " jawab Falia.

"Oke, aku kesana, " ujar Alex setelah berada di dalam mobil dan mulai menjalankan kan mobilnya meninggalkan area perkantoran.

***

"Mau kemana, Mas? " tanya Dara, saat melihat Raihan sudah rapi dengan pakaian nya.

"Loh, kamu nggak dikasih tahu Mami, buat jenguk salah satu sahabat nya bareng Mas? " ujar Raihan, kembali bertanya ke adiknya yang sekarang sedang menyuapi Bara makan.

Dara yang mendengar ucapan Raihan hanya menggelengkan kepala nya, sebagai pertanda memang sang ibu tak menghubungi dirinya.

"Oh, kalau gitu sana siap-siap, temenin Mas pergi, " suruh Raihan pada adiknya itu.

"Mas aja pergi sendiri. Aku mau sama Bara aja," ujar Dara menatap anaknya yang sekarang sedang makan dengan belepotan itu.

"Bawa aja. Sekalian habis dari sana. Kita pergi main dulu, " ujar Raihan.

"Tapi, rumah sakit nggak baik untuk anak kecil, mas, " beritahu Dara, tentang tak boleh membawa anak kecil ke rumah sakit, jika tak ada keperluan yang berarti.

"Kita bawa aja pengasuh nya, nanti jaga di mobil, waktu kita masuk. Sebentar juga kok, " ujar Raihan, menyarankan untuk membawa juga pengasuh Bara ikut serta.

"Tapi--"

Belum selesai Dara mengucapkan keinginan nya, sudah terlebih dahulu dipotong oleh Raihan. "Kamu nggak usah banyak alasan ya Ra. Temenin mas bentar kok. "

Dara hanya bisa menghela nafas nya dengan berat,sebelum menganggukan kepala dan mengatakan. "Tunggu 30 menit, aku mau siap-siap dulu, sekalian nyiapin Bara. "

"Oke, " jawab Raihan setuju dengan ucapan Dara.

***
"Gimana? " tanya Alex panik, ketika melihat istri nya menangis, saat dokter berbicara dengan nya.

"Mas, Xyla kena penyakit thalasemia, " ujar Falia, kemudian memeluk Alex, untuk menumpahkan kesedihan yang dia alami, setelah mendengar penyakit yang menyerang putri kecilnya itu.

Mendengar ucapan istri nya itu, tentu membuat Alex termenung, sebelum memberikan tatapan meminta penjelasan kepada dokter yang dihadapannya itu.

"Jadi, maksud istri saya. Putri kami terkena thalasemia? " tanya nya pelan, karena masih syok. Terlebih masih mendengar isak tangis istri nya itu.

"Iya, Pak. Putri anda mungkin sekarang sedang terserang thalasemia, " ujar dokter itu.

"Penyebab nya? "

"Thalasemia itu sendiri ialah gangguan kelainan genetik pada sel darah. Penyebab thalasemia pada anak adalah kelainan genetik. Gen yang mengalami kelainan tersebut bermutasi dan menghasilkan komponen sel darah merah. Hal ini menyebabkan sel darah merah terganggu dan mudah rusak."Jelas Dokter itu secara rinci kepada Alex.

"Bisa disembuhkan, kan. Dok? " tanya Alex lagi.

"Untuk sekarang, penyakit ini belum bisa disembuhkan, " ujar Dokter itu, yang tentu kian membuat tangis Falia pecah.

"Tapi, kita masih bisa mengatasi nya, dengan melakukan transfusi darah, " ujar Dokter itu, untuk memberikan sedikit semangat kepada pasangan suami istri itu.

"Ambil darah saya saja dok, saya ayahnya, " ujar Alex, sambil menyodorkan kedua tangan nya. Agar bisa diambil darahnya.

"Sebaiknya, darahnya bukan dari kedua orang tua. Jika bisa dari pihak keluarga lain, yang memiliki golongan darah yang sama dengan anak, " ujar Dokter itu memberitahu. "Dan golongan darah Xyla itu AB-," lanjut sang dokter memberitahu.

"AB-? " tanya Alex dengan raut heran. "Tapi, golongan darah saya O+ dan istri saya A+ , dok. Tidak mungkin kami beda golongan darah, dok" Beritahu Alex, mengenai golongan darah dirinya dan Falia.

"Tapi kami sudah mencek nya tadi, kalau golongan darah Putri bapak AB-, " ujar Dokter itu lagi.

Mendengar ucapan dokter itu, membuat Alex termenung, sebelum berucap. "Bisa tinggalkan kami berdua dok? Saya mau bicara dengan istri saya. "

Ucapan Alex itu hanya dibalas anggukan oleh sang Dokter, kemudian memilih pergi, mungkin kembali keruangan nya. Atau memeriksa pasien lain, entahlah.

Tapi, sebelum benar-benar pergi dokter itu berpesan untuk segera mendapatkan orang yang bisa menjadi transfusi darah untuk Xyla, yang tentu hanya dibalas anggukan oleh Alex.

"Falia, kenapa golongan darah kita beda sama Xyla? " tanya Alex, menatap tajam kearah istri nya yang masih menangis itu. "Jangan nangis terus! Jawab! Jangan buat pikiran jahat ku berbicara! " bentak Alex tanpa sadar, membuat Falia menjadi ketakutan.

"Xyla, bu-kan an-ak kandung ka-mu, Mas, " ujar Falia terbata-bata. Ketika Alex mulai mencengkram lengannya, membuat Falia tak punya pilihan untuk mengaku.

"Bukan anak kandung aku? " tanya Alex , tak percaya mendengar ucapan Falia. "Jangan becanda! " bentaknya sekali lagi.

Sungguh, Alex begitu menyayangi Xyla, dia adalah pria pertama yang menggendong anak nya itu.

"A-ku, nggak becanda, aku udah hamil sebelum kita melangsungkan pernikahan. Dan Xyla bukan anak prematur, dia tepat lahir sesuai perhitungan nya, " ujar Falia jujur.

Entah lah, kenapa Falia memilih jujur, karena dia begitu takut ketika mendengar penyakit yang diderita anaknya, berbohong pun percuma, jika nanti akan ketahuan.

"Siapa ayahnya? " tanya Alex datar, entah kenapa dia perlu tahu ayah dari anak yang dibesarkan nya itu.

T. B. C
MYS

Bagi pembaca yang mungkin dari dunia medis, silahkan kritik penyakit ini, kalau memang ada salah penyampaian nya. Karena penyakit ini ku dapat melalui searching di google. Dan aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk penjelasan penyakit ini. Jadi jika ada salah, aku mohon maaf.

Dara Affairs (21+) Where stories live. Discover now