11

494 66 34
                                    

Monday baru saja keluar dari ruangan bimbingan konseling saat Dongho dan gengnya  menatapnya dengan tatapan mengejek dan mengacungkan jari tengah sambil meludah ke lantai.

Ia mengabaikan si berandalan itu dan ia harus hati-hati karena guru dan kepala sekolah sudah memperingatkannya untuk bersikap dengan baik. Ia sudah sering bolak balik ke ruang guru dan ruang bimbingan konseling selama hampir sebulan terakhir ini, ia disalahkan karena terlibat perkelahian dengan Dongho. Ayah Dongho adalah anggota dewan sekolah dan salah satu donatur terbesar di yayasan sekolah SMP Yeoreum. Jadi pihak sekolah cenderung melindungi anak nakal itu dibandingkan mencari solusi untuk menghentikan kenakalan dan penindasan yang ia lakukan pada anak-anak yang lain selama ini.

Setelah jam pelajaran terakhir selesai, Monday masih betah berada di dalam kelas dan teman-temannya sudah pulang ke rumah masing-masing. Ia menatap ke arah mejanya yang kotor dan coretan-coretan buruk tentang dirinya masih awet di permukaan meja yang sudah rusak itu. Ia menyeringai ketika membaca kata-kata hinaan yang ditujukan untuknya.

"Oh, mendung" gumam Monday saat menoleh ke arah jendela kelas, ia melihat ke arah langit dan perlahan-lahan gerimis yang lembut berubah menjadi hujan deras yang  sangat berisik.

"aku tidak mau pulang ke rumah" Monday menarik tudung hoodienya, menyembunyikan kepalanya dan rambutnya yang berantakan jatuh menutupi sebagian wajahnya.

Ibunya kumat lagi dan wanita gila itu bisa membahayakannya dan Monday takut saat ibunya mulai berhalusinasi dan ingin mencoba menikamnya dengan pisau dapur seperti dua minggu yang lalu.

Suara derit pintu geser terdengar, Monday mendongak dan ia terkejut saat melihat Jungkook berdiri di ambang pintu.

Mereka saling menghindari pandangan masing-masing, Jungkook bergegas masuk ke dalam kelas dan ia  mengecek laci bangkunya dan memeriksa sesuatu di tempat itu.

Monday hanya diam tapi ia tetap memperhatikan gerak gerik Jungkook yang sejak tadi mencoba menghindari tatapannya.

Jungkook mengambil ponsel dari laci bangkunya dan anak itu kembali ke dalam kelas karena lupa dengan benda itu. Rupanya ponselnya ketinggalan sejak tadi.

"Apakah kamu masih sangat membenciku, Jungkook?" Monday tiba-tiba memberanikan diri untuk berbicara dengan Jungkook,

Jungkook masih menatapnya dengan tatapan benci dan juga jijik, Monday menelan pahit ke tenggorokannya,

"Minggir, aku mau lewat"

Monday berdiri di depan pintu dan Jungkook berusaha untuk mengabaikan pertanyaannya. Tapi anak aneh itu mencecar Jungkook dengan banyak pertanyaan  yang mengganjal hatinya.

"Kenapa? Kenapa kamu membenciku? Kenapa kamu semarah itu padaku  Jungkook?  Apa karena aku pernah menciummu? Atau karena kamu malu saat semua orang tahu bahwa kita berteman, atau kamu menyesal sudah pernah baik padaku?"

Monday mendekat dan jungkook mendadak terlihat gugup, punggungnya menyentuh tembok dan ruang geraknya menjadi terbatas karena Monday yang terus mendekatinya.

"Semuanya!"

Jungkook geram dan mendorong Monday dengan kasar dari dekat pintu."Kamu menjijikkan!"  Jungkook menatap dengan angkuh dan juga benci.

Suara derit pintu terdengar dibanting dengan keras, Monday merasakan hidungnya sedikit  terhantam benda itu dan darah segar mulai menetes jatuh dari lubang hidungnya, ia menggeser pintu dengan hati-hati dan melihat Jungkook berjalan menghampiri Lee Sohee dengan tergesa-gesa.

"Jungkook? Bagaimana ponselmu? Kamu sudah menemukannya?"

"Iya, Sohee, ponselku ketinggalan di laci meja-, aku sudah mengambilnya" jungkook tersenyum dan memperlihatkan ponselnya kepada Sohee.

I Hate MondayWhere stories live. Discover now