13

529 71 39
                                    


Monday mengalami banyak hari yang buruk di sekolah, penindasan yang dilakukan Dongho dan gengnya sudah melewati batas dan sangat menyiksa kehidupannya di sekolah.

Ia selesai mandi dan memeriksa memar di sekujur tubuhnya, ia muntah beberapa kali dan kepalanya sedikit pusing karena ia kelaparan dan belum makan sejak pagi, ia meringis sakit saat menyentuh memar di bagian pipi kirinya yang terlihat jelas.

Monday berganti pakaian bersih dan ia menuruni tangga dan terkejut saat melihat pintu rumah terbuka dengan lebar. Ia melirik curiga ke arah itu dan melangkah dengan pelan dan hati-hati.

"Ibu?"

Suara derit pintu terdengar jelas dan Monday berlari kecil menghampiri pintu yang sudah tertutup kembali.

"Ibu akhirnya pulang!" Mata Monday bersinar terang ketika melihat wanita cantik itu muncul di depan matanya

"Ibu sudah makan?"

Wanita itu mengabaikan pertanyaan Monday, ia memberikan syal dan tas pada anaknya.

"Aku sudah masak, kalo ibu mau makan, aku siapin piring buat ibu" monday mengekor di belakang wanita itu, tapi wanita itu mengabaikannya seolah ia adalah makhluk yang tak kasat mata.

Ibunya melangkah agak linglung dan masuk menuju ke kamarnya, Monday mengintip ke dalam kamar, ia melihat ibunya sudah berbaring di atas tempat tidur.

Selama berhari-hari ibunya pergi entah kemana, monday sudah berhenti bertanya kemana wanita itu pergi karena wanita itu memiliki tempramen yang sangat buruk.

Monday membaca surat dari sekolah dimana pihak sekolah akan  memanggil orangtuanya  secara langsung, Ia menatap sedih pada secarik surat mengecewakan itu, ibunya tidak mungkin pergi ke sekolah dengan kondisinya yang sangat tidak stabil. Keluarga Dongho mengancam akan melaporkannya ke polisi.

Suara gedebuk keras terdengar dari kamar ibunya, Monday berlari cepat dan ia segera mengecek kondisi wanita itu karena ia sangat khawatir dan juga was-was.

"Ibu?"

Monday menarik pintu dan masuk ke kamar ibunya, ia melihat koper yang terbuka dan isi lemari yang berantakan dan terbongkar begitu saja.

"Bantu ibu berkemas" perintah wanita itu dengan wajah datar dan lesu.

Wanita itu tersenyum tapi senyumannya pahit dan matanya sangat sendu, wajahnya putih pucat dan rambut panjangnya terurai tetap rapi dan indah.

"Ibu mau pergi lagi?"

"Iya, Monday.."

Monday cemberut dan wanita itu menghampirinya dan membelai wajahnya dengan lembut.

"Kenapa pipimu memar?" Alis wanita itu berkerut, menatap curiga kepada Monday.

"Aku terjatuh dari tangga" dusta Monday dan ia menghindari tatapan curiga ibunya, ia segera merapikan pakaian yang berantakan di sekitar tempat tidur.

Ia melirik ke arah koper, melihat koper kosong yang belum terisi.

Ibunya berdiri dan menghampiri Monday, tiba-tiba memeluk putranya dengan erat.

"Ibu?"

Monday bingung dan tidak biasanya sang ibu memberikannya pelukan sayang, dan saat ini ibunya kembali bertingkah aneh. Wanita itu melepaskan pelukannya pada Monday, ia menatapnya cukup lama sebelum membelai pipi memar Monday dengan lembut.

Monday sedikit membungkuk, mencoba mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan sang ibu,

"Ibu menyayangimu"

I Hate MondayWhere stories live. Discover now