[ 6 ] Applepie

223 50 46
                                    

Sentuhan terakhir dari seorang hairstylist telah membuat penampilan lelaki itu sempurna, dengan gaya rambut hitamnya yang di sisir rapih ke arah belakang. Tubuh kekarnya tercetak begitu gagah pada balutan tuxedo dilengkapi dasi kupu-kupu berwarna hitam. Jangan lupakan juga jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, sehingga membuat dirinya tampil sempurna.

Pada edisi kali ini, perusahaan yang Sagion pimpin bekerja sama denganb seorang desainer populer untuk mengeluarkan edisi terbatas berupa setelan pria dan wanita dengan tema wedding.

Tentu Sagion harus terlibat, setidaknya sebagai model lelakinya— yang mana seharusnya dipasangkan bersama Natania, karena ini merupakan momen pertama perusahaannya mengeluarkan produk couple.

Agar lebih meyakainkan dan menarik para konsumen, Sagion harus terjun langsung.

"Sebentar lagi kita mulai, ya. Tolong siap-siap."

Kalimat dari seorang photographer itu membuat Sagion berbalik, pada kamera dan lampu-lampu yang mulai menyorot pada latar polos di belakangnya.

Satu hal yang harus di konfirmasi, jika Sagion tidak tau menau siapa model perempuan yang akan dipasangkan dengannya.

Namun saat sepasang maniknya melihat seorang perempuan berjalan ke arah stage di mana ia berada, jantung Sagion seolah berhenti sesaat.

"Sepho...?" Monolognya, tercekat.

Tubuh semampai Sephora nampak terbalut white gown dengan rambut panjangnya yang tersanggul; menampakan leher jenjangnya. Gaun perempuan ini nampak mengekspos bagian bahu, punggung, dan dadanya sehingga membuat kulit putih mulusnya seakan menyatu dengan warna pakaiannya.

Sagion meneguk salivanya berat. Jika begini, rasanya ia jadi flashback dengan momen pernikahan mereka.

"Why are you here?" Tanya Sagion sedikit berbisik.

"Nanti aku jelasin. Sekarang bisa kita cepet selesain pemotretannya dulu? Aku sedikit gak nyaman sama bajunya."

Ya, Sagion paham. Gaun itu benar-benar terbuka. Tentu Sephora merasa tak nyaman mengenakan, apalagi di kesehariannya perempuan itu selalu berpakaian 'aman'.

"Bisa kita mulai sekarang?" Pertanyaan photographer itu langsung diberi anggukkan oleh Sagion.

Mereka berdua pun menuruti perkataan si pemotret yang memberikan berbagai macam arahan sampai akhirnya mereka diberikan kebebasan untuk bergaya secara alami.

Berjalan beberapa menit, Sagion kini menunjukkan gestur kikuk saat Sephora secara terang-terangan menatapnya dari samping.

"A-apa?" lirik lelaki ini, canggung.

"Kenapa kamu gak mau bales tatapan aku?"

"Siapa bilang?"

"Aku, barusan." Jawabnya, "dari tadi kamu sama sekali gak mau kontak mata langsung. Kenapa? Afraid to fall in love with me?"

Pupil mata Sagion melebar, kaget atas kalimat Sephora yang cukup... konyol?

"Lets do it."

Damn! Sephora baru menyadari jika Sagion ternyata memiliki duality yang sangat kontras. Suaranya tiba-tiba berubah menjadi rendah, air mukanya seketika beralih serius, juga dengan auranya yang sedikit mengintimidasi.

"Ini kan yang kamu mau, hm?" Kalimat lelaki itu begitu dingin, membuat perempuan yang mendengarnya tak melakukan perlawanan.

Bagaimana tidak? Sagion dengan mudahnya menarik pinggang Sephora sampai tubuh keduanya menempel, berhadapan. Sadar jika dirinya tengah melakukan pemotretan, Sephora pun sontak mengalungkan kedua tangannya pada bahu Sagion agar mendapatkan gambar yang sempurna.

DID WE MAKE IT : ?Où les histoires vivent. Découvrez maintenant