[ 9 ] Oatmeal

231 53 61
                                    

Satu piring porselen itu nampak kosong; menandakan jika pemiliknya telah menghabiskan jatah sarapannya tanpa meninggalkan sisa. Roti oatmeal rolls, menu sarapan yang di buat langsung oleh istrinya ternyata mampu meningkatkan napsu makannya di pagi hari karena rasanya yang begitu pas di lidahnya.

Tangan Sephora ini ajaib sekali, selain pandai mengobati pasiennya ia juga pandai membuat berbagai macam sajian bercitarasa sedap.

Kegiatan Sephora yang berdiri membelakangi— karena tengah sibuk di depan sink, jadi menarik sepasang netra Sagion. Apalagi setelah ia menyadari jika perempuan itu memakai ikat rambut yang dibelikannya semalam, Sagion jadi menyunggingkan senyumnya samar, tanpa disadari.

"Sepho?" panggilnya kemudian.

Sementara yang dipanggil masih fokus pada kegiatannya, "iya?"

"Lagi ngapain?"

"Ini, cuci buah-buahan,"

"Nanti lagi, kamu ngga mau sarapan dulu?"

Anggur hijau yang telah selesai di cucinya itu ia simpan pada wadah kecil, lalu dibawanya ke meja makan dimana Sagion masih berada disana.

"Aku udah sarapan kok," ia menempatkan tubuhnya di hadapan lelaki ini. "Waktu bikin rotinya aku nyicip lumayan banyak jadi udah cukup ngisi perut."

Sagion mengangguk mengerti. "Kamu yakin mau kerja hari ini? Kalo sekiranya masih belum sanggup bisa kan di undur?"

"Justru diam di rumah bikin aku bosen. Aku pengen ada aktivitas lain. I feel better when i'm busy, tenang aja."

"Ya udah." mau melarang pun rasanya percuma karena yang dikatakan perempuan itu memang ada benarnya juga. "Aku mau bilang makasih sama kamu"

"Makasih? Lagi ?" Sepasang alis perempuan ini pun bertaut. Pasalnya, entah keberapa kalinya lelaki itu mengucapkan rasa syukurnya.

"Hm,"

"Udah berapa kali kamu bilang makasih? Harusnya kamu berterima kasih sama papa, karena dia yang paling kasih kamu kesempatan ini."

"Tentu, aku bakal luangin waktu buat ketemu papa nanti." Jawabnya. Soal kejadian menguras emosi di rumah sakit kala itu, benar-benar Sagion jadikan pelajaran untuknya. Ia sangat berterima kasih kepada Hanbin juga Sephora yang mau menerimanya— setidaknya untuk sekarang.

"Ngomong-ngomong Yasmin pulang jam berapa? Aku bangun dia udah pergi?" Lelaki ini mencari topik lain.

"Iya, pagi banget, pas masih gelap. Kayanya dia buru-buru."

"Mungkin takut di interogasi kakaknya."

"Hng?"

"Yasmin sempet pacaran sama Jun ternyata. Bisa-bisanya mereka backstreet dan aku baru tau setelah Jun menikah."

Baiklah, untuk hal ini, Sephora akan pura-pura tidak tau saja. "O-oh.. ya?"

"Aku gak pernah larang Yasmin mau pacaran sama cowok manapun asalkan dia kenalin dulu ke kakaknya. Karena sometimes.. im scared, takut kalo nanti dia yang dapet karma atas kelakuan kakak lelakinya. Am i wrong in thinking that?"

Waw, menyeramkan sekali kalimat lelaki ini. Hari masih terbilang awal, tapi dia sudah membahas soal karma.

Lantas Sephora pun menjawabnya, "jelas salah. Kenapa kamu ngga berpikiran yang baik-baik aja? Sebagian besar hal yang terjadi itu tergantung pemikiran kita sendiri. Ketakutan kamu pun wajar, karna kamu pasti se-sayang itu sama Yasmin. Tinggal berusaha perbaikin kalo kamu emang serius mau berubah. Hidup itu pilihan. Take it or leave it."

DID WE MAKE IT : ?Where stories live. Discover now