[ 20 ] Hottea

178 40 14
                                    

"Ini pancake gosong punya siapa?!"

"Bikinan mas itu, bun!"

"Bunda ngga mau tau ya, walaupun gosong harus dihabisin!"

"Adek katanya yang mau makan!"

"Eh! Engga ada ya aku bilang begitu! Lu kenapa sih mas ah!"

"Mau siapapun yang makan bunda ngga peduli yang penting habis!"

"Adek ngga mau!"

"Mas apalagi."

"UDAH SINI AYAH YANG MAKAN!"

Yasmin, Sagion, "I LOVE YOU DAD!"

Sephora hanya bisa tercengang melihat keributan di dapur milik keluarga Liam dengan para anggota keluarganya yang terlihat sibuk dengan urusan masing-masing. Suara teriakan tampak bercampur aduk dengan nyaringnya peralatan dapur yang beradu, benar-benar mendominasi seisi rumah.

Perempuan ini baru saja turun dari lantai dua setelah menyempatkan diri untuk mandi di kamar atas milik suaminya. Rasanya ia sudah mandi dengan cepat— yang artinya tidak terlalu lama meninggalkan dapur karena ia memang tengah membuat beberapa jenis kue. Sebelum ditinggalkan pun keadaannya masih damai tentram. Tapi lihatlah sekarang, selain kondisi dapur yang berantakan, bau gosong bahkan sudah semerbak menyelimuti.

"Ah, akhirnya penyelamat bunda datang," Helena menghela lega, ibu dua anak ini sudah pusing melihat anak-anaknya yang menjadikan dapur sebagai tempat bermain. "Tolong bunda kak, lihat tuh kelakuan suami kamu, masa bikin pancake aja item begitu"

Sephora kini bisa sedikit tertawa setelah beberapa saat hanya terhenyak. "Lagian kenapa bunda percaya sama dia? Di rumah aja ngga pernah aku kasih izin buat masak, bun"

"Haduh, anaknya maksa. Katanya mau bikinin kue buat istrinya."

Lagi-lagi menantu keluarga Liam ini tertawa. Ia lalu beranjak ke meja makan dimana beberapa camilan dan minuman hangat sudah tersaji.

"Ayah kok makan kue yang gosong?" Tanya Sephora sembari menarik satu kursi lalu duduk di sana.

"Mau gimana lagi? Bundanya maksa suruh ngabisin pancake-nya sedangkan si tersangka ngga mau tanggung jawab, kak." Keluh Yovaliam dengan raut pasrahnya.

"Kalau ngga mau ya ngga usah, yah," Sagion ikut bergabung, mengambil posisi duduk di samping istrinya. "Lagian bunda aneh, orang udah ngga layak di makan masih aja maksa abisin"

"Mangkanya kamu jangan sok-sokan ya, mas!" Susul Helena di ikuti anak gadisnya.

Kini mereka semua sudah berkumpul di satu meja makan. Itung-itung sebagai acara nge-teh di sore hari yang cukup terik ini.

"Ayahnya juga sih yang nurut-nurut aja," si bungsu menyela sembari mengambil pancake pisang buatan kakak iparnya di awal.

"Kan ayah emang tipe suami-suami takut istri." celetuk Sagion yang mana langsung mendapatkan perhatian tajam dari si yang di sindir.

Tak mau kalah, Yovaliam pun membalas, "bukannya kamu juga sama ya mas? Kamu juga padahal begitu."

"Emang keliatan?"

"Banget."

Sephora dan Helena yang mendengar pembicaraan ayah dan anak itu hanya geleng-geleng saja. Ey, memangnya apa yang salah dengan sebutan 'suami-suami takut istri' ini? Padahal mereka biasa saja. Para suaminya saja yang terlalu bucin. Terlalu manut-manut ketika disuruh.

"Di minum" ujar Sagion, menyodorkan segelas teh ber-aroma melati yang asapnya masih mengepul. "Tanpa gula kok."

Perempuan ini lantas tersenyum, "iya, makasih Gion."

DID WE MAKE IT : ?Where stories live. Discover now