06. Rarity

4K 338 5
                                    

Rarity

.

Pria dengan wajah tegas dan tatapan serius memasuki sebuah ruangan pribadi milik pangeran Korvin. Lelaki amat matang itu menunduk sebagai penghormatan kepada pria lainnya yang memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi darinya.

Aldric mengangguk kecil sebagai balasan atas penghormatan Benjamin. Ia menunggu hingga pria itu mulai mengatakan informasi yang ingin disampaikan.

"Yang Mulia Pangeran Korvin, mengenai keberadaan perempuan tua dua minggu yang lalu, diketahui ia telah meninggal dunia tepat tiga hari setelah kami tahu keberadaannya. Wanita itu bernama Emma Grate, dan dia bukan lah seorang penyihir. Ia hanya seorang nenek tua penjual obat-obatan herbal," jabar Benjamin. Lelaki tua itu merupakan salah satu orang yang dapat Aldric percayai selain Edwin. Mereka memiliki tugas yang berbeda, Edwin yang selalu berada di sampingnya. Sementara Benjamin menjalan tugas lebih rahasia.

"Apa kau yakin, Benjamin? Lalu bagaimana kamu dapat membuktikannya?"

"Isi botol itu hanya obat biasa, yang mulia. Hamba telah memeriksanya bersama Ester. Saat itu Emma hanya mengarang cerita seram agar cucunya tak mengambil botol tersebut."

Aldric menaruh sedikit kekecewaan atas penjelasan Benjamin. Lagi-lagi ia salah mengira. Sekitar tiga belas hari yang lalu tanpa sengaja ia mendengar wanita tua berbicara dengan cucunya mengenai ancaman kutukan. Aldric yang tengah dalam masa mencari keberadaan penyihir yang mengutuknya dulu jelas menaruh curiga pada siapapun yang berhubungan dengan sihir. 

"Kau bisa keluar sekarang Benjamin!" titah Aldric datar.

"Baik Yang Mulia."

Benjamin keluar usai memberi hormat. Selaras dengan hal tersebut, Aldric menatap kosong pada pena bulu yang ada di genggamannya. Sebuah hal aneh telah terjadi untuk pertama kali dalam hidupnya setelah lima belas tahun berlalu. Telah dua puluh hari terlewati, Eirlys, perempuan yang tak sengaja bersentuhan dengannya ternyata masih hidup hingga hari ini. Entah apa penyebab gadis itu masih bisa bertahan, Aldric masih mencari tahu.

Sang pangeran bermata merah itu bahkan telah meminta Benjamin untuk memeriksa kembali latar belakang Eirlys. Namun, pernyataan Lissa tentang masa lalu Eirlys sejalan dengan fakta yang Benjamin temukan. Eirlys hanya gadis biasa.

Jengah dengan apa yang dialaminya akhir-akhir ini. Aldric pun meninggalkan ruang kerjanya, melangkah tegap dan gagah mencari keberadaan perempuan yang menciptakan tanda tanya besar di kepalanya. 

Pernah ia berpikir bahwa kutukan di dalam dirinya telah sirnah. Aldric membicarakan ini semua bersama Benjamin dan Edwin, akan tetapi kedua orang tua itu meragu, sebab warna mata Aldric yang masih sama. 

Aldric melewati kamarnya serta lorong yang membawanya menuju dapur. Tak ada satu orang pun berada di dalam tempat mengolah makanan tersebut. Melalui pintu keluar yang ada di sana, Aldric memutuskan untuk memeriksa keberadaan Eirlys di kebun kecil hasil karya Lissa. 

Dugaan Aldric tak meleset, di bawah terik matahari yang mulai jingga seorang gadis berparas manis tengah memetik bunga yang bermekaran. Tak jauh darinya, Lissa sedang memotong tanaman liar yang tumbuh. Eirlys tampak tenang dan sesekali tersenyum melihat bunga-bunga yang ia petik. Tampaknya lolos dari kematian memberi dampak besar untuk hati gadis tersebut.

Sesekali kedua perempuan itu mengobrol ringan. Aldric baru mengetahui bahwa keduanya ternyata amat dekat. Selama ini, ia tak begitu memperhatikan karena sibuk dengan urusan pekerjaan.

Melihat pemandangan tersebut, Aldric yang awal mulanya ingin membawa Eirlys berbicara memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Ia memilih kembali ke ruang kerja.

Cursed PrinceWhere stories live. Discover now