15. Masquerade

2.5K 235 0
                                    

15 Masquerade

.

Jantung Eirlys berdebar setiap melintasi pepohonan besar pada kiri dan kanan. Matanya berusaha terus terpaku ke depan, hingga dari kejauhan sinar obor perlahan memperpendek jarak karena ia mendekat.  Terdapat dua orang yang berjaga di gerbang masuk wilayah kota perbatasan. Tatapan mereka lurus ke arah kereta kuda yang tengah ia bawa.

Pelan, langkah kuda berhenti atas kehendak Eirlys sebagai kusir. Seorang penjaga menghampirinya.

"Selamat malam, Nona! Ingin bermalam atau hanya lewat?" Pria bertubuh besar itu bertanya dengan wajah datar dan serius. Sementara yang satunya mengelilingi kereta untuk  melakukan pemeriksaan, lalu sadar akan keberadaan Pangeran Korvin dengan mata tertutup kain hitam.

"Kami hanya ingin bermalam satu malam," jawab Eirlys. Ia berusaha bersikap normal walau sebenarnya amat gugup karena menerima tatapan intimidasi dan penuh selidik.

"Dari mana kalian berasal?"

"Kami pengelana dari Dixer."

"Pria itu siapa? Kenapa matanya ditutupi kain?"

Eirlys makin tertekan. Ia menelan air liurnya pelan, berharap kegugupannya tidak terdeteksi. "Laki-laki itu kakak ku. Matanya mengalami kebutaan."

Dari sudut matanya, Eirlys dapat melihat rekan penjaga itu berjalan mendekati temannya dan berdiri di samping kanan. 

"Semuanya aman," ucapnya yang baru selesai memeriksa kereta. Satu belati kecil ia temukan dan berpikir bukan hal besar. Bagi seorang pengelana pasti membutuhkan benda tajam untuk kebutuhan selama perjalanan. 

"200 koin perak murni untuk biaya masuk dan keluar." Pengawal yang bertanya pada Eirlys menyebutkan nominal transaksi. 

Sontak Eirlys menyerahkan kantung yang sempat Pangeran Korvin beri padanya. Lantas penjaga tersebut membuka kantung dan menghitung koin perak murni satu persatu. Ia mengangguk setelah selesai menghitung, lalu memberikan dua gelang putih yang terbuat dari kain pada Eirlys.

"Jangan sampai hilang! Gunakan saat kalian bertemu penjaga di ujung desa perbatasan dan keluar dari sini!"

Eirlys menggenggam dua gelang tersebut erat. Kemudian memasukkannya pada saku kecil yang ada di sisi kanan gaunnya. "Terima kasih."

Gerbang dibuka, Eirlys mengangguk sekali dan menarik tali kekang. Di belakangnya Pangeran Korvin diam mendengarkan.

Awal memasuki desa perbatasan, tak begitu banyak rumah yang terlihat, namun semakin Eirlys menelusuri jalanan semakin padat akan bangunan. Malam itu penduduk desa perbatasan ramai berlalu lalang di sebuah pasar malam pinggir jalan. Jalanan yang cukup luas memudahkan kereta yang Eirlys bawa untuk lewat. Perempuan itu memutuskan untuk melipir ke sebuah toko pakaian, berniat menanyakan letak sebuah penginapan.

Eirlys turun dan berjalan ke sisi kiri kereta, berdiri tepat di samping jendela. Ia tak menundukkan kepala, takut dicurigai jika ia melakukannya. Kondisi saat ini, mereka sedang dalam penyamaran.

"Hamba ingin menanyakan letak penginapan, Yang Mulia." Intonasi bicara Eirlys amat rendah. 

Pangeran Korvin menganggukkan kepala. Lantas Eirlys, bergegas menuju toko pakaian yang cukup ramai dikerumuni oleh kaum wanita. Perempuan itu tersenyum ramah pada wanita tua yang baru selesai melayani seorang pelanggan.

"Ada yang bisa kubantu?" Garis kerutan tercipta di sudut mata wanita pemilik toko. Ia menatap Eirlys lembut.

"Maaf jika kehadiranku mengganggu. Aku hanya sedang mencari penginapan yang cukup murah di sekitar sini. Kira-kira apakah Bibi tahu?" tanya Eirlys.

Cursed PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang