22. Defend

2.1K 301 29
                                    

22 Defend

.

Suasana hutan yang tenang tiba-tiba terusik oleh beberapa derap kuda di belakang kereta yang Pangeran Korvin kendarai. Adrenalinnya seketika terpacu saat menyadari bahwa tiga orang yang tadinya menjaga perbatasan kini menatap bengis ke arah mereka.

Angin berdesir melintasi pepohonan yang merapat, menyampaikan teriakan angin yang berbisik di antara daun-daun yang bergoyang. Suasana hutan yang tenang seketika itu terusik oleh derap kuda yang memecah kesunyian, menerjang tanah dengan gontai di belakang kereta yang melaju dengan kecepatan sedang. Pangeran Korvin menggenggam erat kendali kereta, matanya menyorot tajam ke depan, meresapi setiap bayangan yang muncul di antara pepohonan.

Seketika, jantungnya berdegup kencang saat melihat tiga sosok orang dengan seragam yang ia kenal. Mereka tiba-tiba muncul dari bayangan hutan, hadir dengan masing-masing mengendarai kuda, disertai sikap yang menakutkan di tengah jalan. Tiga orang prajurit Oleander, mata mereka memancarkan keangkuhan yang tidak tersembunyi. 

Mereka tidak memiliki rasa hormat pada sang Pangeran. Ketakutan yang dulu selalu hadir saat berhadapan dengannya kini sudah tak Pangeran Korvin dapati. 

Matanya sempat melirik pada tangan ketiga orang itu. Rupanya kaos tangan yang mereka gunakan adalah alasan dibalik keberanian tersebut.

Adrenalin segera membanjiri tubuhnya, menyala dalam dirinya seperti bara api. Dugaannya sejak tadi pagi terbukti benar. Orang yang menyentuhnya saat subuh tadi telah mati, dan sekarang ia dihadapkan pada tiga musuh yang ingin menangkapnya.

Tidak ada waktu untuk ragu. Dengan sigap, Pangeran Korvin melompat turun dari kereta, menggenggam kuat belati yang terselip rapi di sepatunya. Ia berdiri tegap di tengah jalan, matanya bersinar memancarkan keberanian dan tekad yang kuat.

Mata merahnya membalas tatapan angkuh mereka. Pangeran Korvin tak ingin tampak takut, ia jelas telah terlatih sejak dini. Beberapa kali perampok ingin menjarah rumahnya, mereka semua mati olehnya sendiri atau bersama orang-orang yang berjaga.

Bahkan, tak jarang beberapa kali bertemu dengan penjahat saat melakukan perjalanan jauh. Ia tak pernah terluka parah.

"Ternyata dugaan kami benar. Kau lah yang menyebabkan kematian teman kami." Pria yang berbicara itu merupakan orang yang subuh tadi berbicara dengan Eirlys. 

"Bukan salahku, jika dia menyentuhku."

Kilat emosi makin ketara. Wajah ketiganya mengeras ketika melihat ekspresi santai si Pangeran Terkutuk.

"Pantas saja kau diusir dari istana. Sikapmu sangat rendahan. Berbeda jauh dengan Pangeran Lexin."

Aldric menyeringai. Ia geleng-geleng kepala mendengar pujian pada Pangeran tamak tersebut. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari Lexin yang suka bermain wanita.

"Aku rasa kalian akan menyesali pujian tersebut."

"Cih! Kau sungguh besar kepala. Tunggu saja saat Raja memenggal kepala batu mu itu."

"Benarkah? Apa aku harus merasa takut sekarang?"

"Banyak bicara! Kau tahu kau tak pantas menjadi putra mahkota. Karena apa? Karena tidak ada satupun anak bangsawan atau putri kerajaan lain yang mau dijodohkan denganmu. Malam pertama bisa menjadi malam terakhir buat mereka."

Ketiga orang itu tertawa puas. Sementara Aldric tampak biasa saja, akan tetapi ia bersiap. Belati di tangannya digenggam erat, seperti gerakan kilat ia mengayunkan belati tersebut ke arah depan, hingga tertancap lurus mengenai leher salah satu dari mereka. Aldric berhasil menghentikan tawa mengejek itu. Orang yang berada di tengah tak lagi bisa meraup oksigen, ia mati dengan darah mengalir deras dari lehernya.

Cursed PrinceWhere stories live. Discover now