07. Rarity

3.8K 323 2
                                    

07. Rarity

.

Aldric menjulurkan tangan tanpa kaus tangan di depan Eirlys. Ia menatap dalam tepat pada wajah Eirlys yang kebingungan serta ragu untuk menuruti kemauan sang Pangeran. 

"Tanganmu!"

"Ta-tapi Yang Mulia." Eirlys berbicara terbata-bata. Sekujur tubuhnya meremang hanya karena tatapan intimidasi dari sang Pangeran. Pria itu terus menunggu dengan tangan masih pada tempat yang sama.

"Bukankah kau selamat setelah sentuhan itu? Harusnya yang sekarang juga sama, bukan?" 

Hanya sekali Eirlys selamat, belum tentu yang kedua ia juga akan terlepas dari kutukan tersebut kan? 

"Akan ku kabulkan satu permintaan mu, apapun itu," bujuk Aldric. 

Perlahan Eirlys menatap kesungguhan dari pancaran kedua mata sang Pangeran. Sekarang, hanya satu keinginan yang terlintas di benaknya. Hal yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun, karena terasa amat mustahil bagi Eirlys.

"Jika sampai jam dua belas malam kau masih hidup, artinya kutukan itu tak berlaku padamu," jelas Aldric datar. Sesungguhnya ia pun tak yakin, akan tetapi, rasa penasaran dalam benaknya jauh lebih besar.

Eirlys menggigit bibirnya ragu-ragu, namun akhirnya, ia menurunkan tangan dengan hati-hati ke arah Aldric. Meski harus mempertaruhkan nyawanya, ia ingin mencoba lagi, berharap bahwa sentuhan sang Pangeran tak membuatnya mati dan ia dapat mencari keberadaan kedua orang tuanya.

Mata mereka bertemu dalam keheningan, atmosfer penuh dengan ketegangan. Aldric mengangkat alisnya, menantikan hasil dari percobaan yang mungkin akan mengubah takdir Eirlys. 

Aldric melepas tangan Eirlys dari tangannya,  ia kembali duduk di atas kursi yang megah, menatap Eirlys dengan tatapan tajam. Ruangan itu dipenuhi oleh aura kekuasaan dan ketegangan yang mencekam. Hanya sedikit cahaya dari lilin yang menyala redup yang menyinari wajah mereka.

Eirlys merasa detak jantungnya berdegup kencang setelah pengalaman yang tidak biasa tadi. Matanya mencari-cari tanda-tanda perubahan, sementara Aldric tetap diam, menyimpan misteri di balik ekspresi wajahnya. 

"Ku harap kutukan itu tidak mempan padamu," ujar Aldric dengan nada dingin. Eirlys merasa lega, namun kebingungan masih tersemat di wajahnya. 

"Apa artinya ini, Yang Mulia?" tanya Eirlys, mencoba merangkai makna dari pengalaman yang baru saja dialaminya.

"Aku belum bisa memastikan apakah ini berarti kebebasanmu atau hanya penundaan dari kutukan tersebut," jawab Aldric tanpa menyelakai rasa misterius yang menyelimuti kata-katanya. Eirlys menelan ludah, merenung pada nasib yang belum jelas. 

"Keluarlah, Eirlys. Jika esok kau masih bertahan, datang lah ke ruangan ku dan bicarakan apa yang kau inginkan," ujar Aldric seraya merenung.  Membiarkan Eirlys keluar dari ruangannya dalam keheningan malam.

Ketika Eirlys berhasil menutup pintu, ia dibuat terkejut akan kehadiran Lissa tepat di depan wajahnya. Beruntung ia tak sampai berteriak, bisa-bisa Pangeran Korvin keluar dari ruangannya.

"Kenapa Bibi berdiri di sini?" tanya Eirlys seraya menarik Lissa menjauh dari pintu ruang kerja Aldric.

"Apa yang Pangeran Korvin bicarakan?"

Eirlys menatap Lissa cukup lama, berpikir bahwa tak mungkin ia menceritakan soal perintah Pangeran Korvin, Eirlys tak mau membuat Lissa khawatir. Jikapun ia mati tepat jam dua belas nanti, Lissa juga akan mengetahuinya kala pagi menjelang.

"Pangeran hanya menanyakan tentang kenapa aku masih hidup meski tak sengaja menyentuh tangannya. Aku pun bingung Bi, setelah itu Pangeran menyuruhku keluar," ucap Eirlys menjelaskan dan ia bersyukur ketika Lissa terlihat percaya.

"Bukankah itu suatu anugerah, Eirlys? Atau ada mungkin saja ada sesuatu dalam dirimu?"

Terdengar suara tawa dari Eirlys, yang sebenarnya ia lakukan agar sedikit meredakan kekhawatiran dalam hatinya. "Sesuatu seperti apa Bi?" tanyanya usai mengurai tawa.

"Bibi hanya menerka. Tidak mungkin bila tidak ada sesuatu kan?"

Eirlys mengangkat bahu. Ia tak dapat memikirkan kemungkinan apapun yang ada di dalam dirinya. Selama hidup, ia merasa tak ada yang berbeda dari manusia lain. Ia manusia biasa.

"Bukankah Bibi mau mengajariku merajut? Ayo kita lakukan sekarang!" Eirlys sengaja mengalihkan pembicaraan, tak ingin terus memikirkan kutukan.

Beruntung, Lissa teralihkan. Wanita tua itu tampak bersemangat menuntun Eirlys berjalan menuju kamarnya. 

"Sebentar! Biar Bibi ambilkan benang dan jarumnya," kata Lissa seraya membuka nakas kecil di samping lemari kayu. 

Dalam waktu bersamaan, Eirlys duduk di pinggir kasur Lissa yang cukup empuk. Entah karena rumah ini tak memiliki kamar khusus pelayan atau tidak, namun, kamar Lissa maupun kamar Eirlys memiliki ruangan yang bagus dengan kasur cukup nyaman, berbeda dengan tempat tidurnya dulu ketika bekerja di istana.

Kasur sedikit bergoyang ketika Lissa duduk di samping Eirlys. Ia memberikan benda-benda yang dibutuhkan untuk merajut pada Eirlys. Menjelaskan tahap-tahap awal dalam menciptakan sebuah rangkaian benang yang indah dan berfungsi.

Eirlys memperhatikan dengan serius dengan apa yang Lissa ajarkan. Beberapa kali melakukan kesalahan, membuat Lissa gemas dan mengomel. Bukannya bersedih, Eirlys tertawa saja.

"Aku sudah mengantuk Bi. Kita lanjutkan besok saja ya?" ujar Eirlys. Ia menguap setelah itu.

"Baiklah. Besok kita belajar lagi. Kau tidak boleh lupa dengan apa yang ku ajarkan tadi!" tegas Lissa dengan nada yang membuat Eirlys tertawa. Gadis itu membantu untuk membereskan benang serta jarum yang telah mereka gunakan, menaruh kembali ke dalam nakas. 

Dari balik tubuhnya, Lissa memerhatikan Eirlys dengan seksama. Agak bingung dengan sikap Eirlys malam ini, perempuan muda itu tampak berusaha bersikap ceria dari biasanya. Atau hanya memang perasaan Lissa saja.

"Terima kasih untuk pelajarannya malam ini Bi. Aku harus beristirahat agar bisa menerima materi dengan maksimal besok," ucap Eirlys dengan kedua sudut bibir melengkung ke atas. Akan tetapi, tidak dengan isi hatinya. Ia amat ketakutan dengan apa yang terjadi di jam dua belas malam nanti. Berharap tak ada hal buruk yang terjadi padanya.

 Berharap tak ada hal buruk yang terjadi padanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baca di Karyakarsa buat update lbh cepat.

Cursed PrinceWhere stories live. Discover now