21. Ungainly

3.3K 367 101
                                    

21 Ungainly

.

Sesuai harapan, mereka tiba di perbatasan yang dilingkupi pagar kawat berduri sebelum matahari terbit dari ufuk timur. Di gerbang yang besar, terdapat beberapa penjaga dengan tubuh besar dan berwajah sangar. Tatapan mereka tertuju ke arah kereta yang Eirlys bawa semakin mendekat ke arah mereka. Tiba-tiba Eirlys merasakan kegugupan melingkupi sekujur tubuhnya.

"Selamat pagi, Nona!" sapa salah satu dari enam orang yang berjaga. Nada bicaranya jauh dari kata ramah, hanya datar dan tegas.

"Pagi," balas Eirlys.

"Sebelum keluar dari negeri ini. Tolong perlihatkan gelang putih kalian!"

Eirlys menunjukan  pergelangan tangannya. Di atas gelang tersebut terdapat motif kecil yang memiliki logo khas kerajaan Oleander, panah dan busur yang menyilang berwarna keemasan. Ia dan Pangeran Korvin sempat mengenakannya pada saat selesai sarapan.

Dua seorang dari penjaga gerbang perbatasan itu menghampiri Pangeran Korvin yang duduk di kursi belakang, melakukan hal yang sama serta pengecekan pada kereta mereka.

Pekerjaan itu dilakukan tak lebih dari tujuh menit. Dari ujung matanya Eirlys dapat melihat dua orang yang memeriksa kereta mengangguk sekali pada pria yang tadi bicara dengannya.

"Serahkan gelang putih itu dan kalian bisa lewat!"

Dengan gerakkan cepat Eirlys memutar ujung pengait gelang, kemudian menyerahkan benda itu pada mereka. 

Sementara di belakang, Pangeran Korvin meraba-raba, memerlukan sedikit waktu hingga benda itu terlepas. Lantas ia mengulurkan tangan menghadap bawah, gelang itu menggantung, akan tetapi secara mendadak seseorang merenggut gelang itu hingga tangannya menyentuh tangan Pangeran Korvin. Tentu sang Pangeran sedikit terkejut, jika begini maka bisa dipastikan orang itu mati atau akan tetap hidup seperti Eirlys. Dan kalau penjaga itu benar-benar mati, Aldric yakin mereka akan mengejar dirinya dan Eirlys. 

Terasa guncangan kecil kala kereta mulai bergerak pelan, sepertinya Eirlys melanjutkan perjalanan.

Waktu berjalan cukup cepat, perlahan sinar mentari dapat dirasakan oleh Pangeran Korvin. Pria itu lantas membuka ikatan di kepalanya. Penglihatannya sedikit buram di awal, tapi secara perlahan menjadi jernih. 

Aldric menelusuri pemandangan hutan di depannya. Seperti yang ia rasakan sebelum membuka mata, matahari sudah bersinar. Tampaknya mereka pun sudah berada jauh dari perbatasan dan kini berada di hutan belantara.

"Berhenti!" desisnya tiba-tiba.

Eirlys mengikuti perintah tersebut. Terdengar langkah kaki menyentuh tanah, ia menoleh, mendapati Pangeran Korvin turun menghampirinnya.

"Kita sudah berada cukup jauh dari perbatasan. Biar aku yang membawanya," kata Pangeran dengan tegas.

"Baik, Yang Mulia," jawab Eirlys singkat, menundukkan kepalanya dengan hormat.

Namun, saat Eirlys turun dari bagian kusir kereta, gaunnya tersangkut pada sesuatu dan hampir membuatnya terjatuh. Hanya beberapa inci lagi sebelum tubuhnya benar-benar tergelincir ke tanah. Beruntung sekali, Pangeran Korvin bereaksi dengan cepat, meraihnya dan menyelamatkannya dari malapetaka itu. 

Eirlys merasa wajahnya memanas, pipinya bersemu karena rasa malu. Terjatuh di depan Pangeran dan masuk dalam dekapan tangan kokohnya, wajah Eirlys terbenam pada dada bidang pria itu, membuat hatinya berdebar keras. Ia melepaskan diri perlahan dan menundukkan pandangannya, tidak berani menatap mata Pangeran Korvin.

"Terima kasih, Yang Mulia. Dan maaf atas kecerobohan hamba," ucap Eirlys, suaranya serendah bisikan angin.

Pangeran Korvin hanya mengangguk, sudut bibir tertarik amat kecil hingga perempuan di depannya tak sadar. Melihat pipi bersemu merah itu cukup menghibur paginya.

Cursed PrinceUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum