16. One Night

3K 236 1
                                    

16 One Night

.

Eirlys membuka pintu kereta lebar-lebar, kemudian mengulurkan tangan dengan perasaan gugup. 

"Permisi, Yang Mulia." Ucapan itu disampaikan dengan lirih agar Jacob tak dapat mendengarnya.

Tak ada reaksi apapun dari Pangeran Korvin. Pria itu hanya diam dan menanti. Eirlys meraih tangan besar dan agak kasar milik Pangeran Korvin dengan penuh kehati-hatian. 

"Mari saya tuntun Anda, Yang Mulia." Lagi-lagi Eirlys berbisik, memberi tanda pada Pangeran Korvin. Lantas, sambil meraba Pangeran Korvin turun dari kereta dengan tangan telanjang yang digenggam oleh Eirlys. Sejak dari area perbatasan kota Ville, Pangeran Korvin tak mengenakan kaos tangan lagi. 

Eirlys merasa detak jantungnya bertalu semakin cepat saat memimpin Pangeran Korvin ke dalam penginapan sederhana milik keluarga Lawson. Dia meremang, merasa gugup setiap langkahnya, terutama saat tangannya masih tergenggam erat oleh tangan besar Pangeran.

Mereka melangkah masuk ke ruang penerima tamu yang sederhana, dengan perabotan kayu yang sudah agak usang namun tetap terjaga kebersihannya. Suasana tenang terasa kontras dengan kegugupan yang melanda Eirlys. Di samping meja penerima tamu, Helen Lawson, adik perempuan Jacob yang kemungkinan berusia tak jauh berbeda dengannya, tampak menunggu dengan ramah.

"Selamat datang di penginapan Keluarga Lawson!" sapa Helen sambil tersenyum hangat, menyambut kedatangan mereka. Matanya melekat pada Pangeran Korvin, seakan terkesan oleh kehadiran pria itu. Kedua matanya tertutup oleh kain hitam, akan tetapi Helena yakin dari bentuk rahang serta hidungnya, pria itu memiliki paras yang tampan.

Eirlys memperkenalkan diri dan Pangeran, "Kami ingin memesan dua kamar untuk malam ini, jika memungkinkan."

Helen mengangguk paham, "Tentu saja, tapi sepertinya hanya tersisa satu kamar yang kosong untuk malam ini."

Eirlys menelan ludah, merasa kebingungan. Ia tahu tidak mungkin memisahkan Pangeran Korvin dengan kamar terakhir itu. "Ba-bagaimana dengan kamar lain? Adakah penginapan lain di sekitar sini?"

Helen menggeleng pelan, "Maaf, malam ini sedang penuh di penginapan-penginapan lainnya di kota ini. Dan mengingat cuaca buruk akan datang di luar, mungkin tidak bijaksana untuk mencoba mencari tempat lain."

Eirlys menatap Pangeran Korvin dengan cemas, mencari pertolongan dalam tatapan pria itu. Namun, Pangeran hanya diam, seolah menyerahkan semua keputusan padanya. Eirlys berdecak di dalam benak, pria itu kan hanya berpura-pura buta bukan malah membisu.

"D-dalam hal ini, mungkin kita harus mengambil kamar terakhir itu," ujar Eirlys akhirnya, suaranya hampir tidak terdengar jelas karena gugup.

Helen mengangguk ramah, "Baiklah, saya akan segera siapkan kamar untuk Anda berdua. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini."

Eirlys mengangguk cepat, merasa nelangsa.

"Sambil menunggu Helen menyuruh pegawai menyiapkan kamar. Apa kalian ingin memesan makanan?" Jacob bertanya dengan senyum ramah.

"Aku ingin makanan yang berkuah." Kali ini Pangeran Korvin membuka suara.

"Kami memiliki sup ikan dan kerang, kacang dan domba, serta domba bercampur wortel dan kentang, Tuan," balas Jacob menjelaskan makanan berkuah yang mereka miliki.

"Aku ingin yang terakhir."

"Baik. Bagaimana dengan Nona Eirlys?" Jacob mengalihkan pandangan, menatap Eirlys.

"Aku ikut pesanan Kakak ku saja."

"Baiklah. Kalau begitu kalian mau makan di kamar atau di ruang makan?"

Cursed PrinceWhere stories live. Discover now