02. Prince Korvin

4.6K 352 7
                                    

Pangeran Korvin

.

Sesuai perkataan Briana, mereka tiba di rumah pangeran Korvin tepat pada malam hari. Suasana di tempat itu cukup sepi, hanya terdapat beberapa penjaga di depan gerbang. Dari arah luar pagar tampak lampu menyinari dari bagian dalam. Bangunan yang disebut rumah itu ternyata cukup besar, memang tak sebesar istana di pusat. Namun, sekali lihat saja orang-orang akan sadar bahwa rumah itu bukan milik orang sembarangan. 

Pagar besi besar itu dibuka oleh dua orang penjaga. Morris membawa keretanya masuk menuju ke jalan kecil yang disusun dengan bebatuan kecil menuju ke bagian belakang rumah. Di sebuah pintu besar yang terbuka lebar berdirilah Lissa seorang diri. Bibirnya tersenyum seraya memandangi Eirlys yang baru turun bersama Sandra.

"Selamat malam. Selamat datang di kediaman Pangeran Korvin!" Lissa menyambut ramah. Dihampirinya Eirlys untuk memberikan pelukan hangat. "Bibi senang kau mau ikut kemari."

"Senang bisa bertemu dengan Bibi lagi," balas Eirlys. Tangannya membalas rangkulan Lissa yang hanya bertahan sebentar. Eirlys berjalan mundur dan Lissa kini memusatkan perhatian pada Sandra dan Morris. "Apakah kalian akan menginap di sini?"

"Tidak Lissa. Kami akan mencari penginapan di Duskwood." Morris membalas. Mana sudi ia membawa istrinya menginap di rumah seorang pangeran yang memiliki kutukan menakutkan. Para pekerja disini pun terpaksa berada di tempat ini karena menerima gaji yang cukup besar dari biasanya.

Duskwood merupakan salah satu desa yang berada di bagian timur, berjarak tak jauh dari area kediaman Pangeran Korvin. Desa yang cukup ramai penduduk, kebanyakan dari mereka merupakan pengrajin kayu terbaik di Oleander. 

"Oh baiklah kalau begitu. Kalian pasti kelelahan. Biar para penjaga yang menurunkan persedian. Aku akan menjamu kalian dengan daging rusa panggang dan sebotol anggur." Lissa tersenyum seraya berucap. Ia tahu bahwa Morris pasti menolak tawaran tentang menginap. Otak mereka telah terdoktrin oleh kabar buruk mengenai pangeran Korvin. 

"Ayo masuk." Lissa menarik lembut tangan Eirlys. Mengajaknya berjalan bersisian dengannya. Sementara Morris dan Sandra mengikuti dari belakang. Lissa membawa mereka ke sebuah meja makan persegi empat panjang yang tentunya bukan ruang makan utama. Ruang makan tersebut dikhususkan untuk para pekerja di rumah pangeran Korvin. Ini merupakan kedua kalinya Morris dan Sandra berada di sana karena jamuan Lissa.

"Mari duduk. Biar ku ambilkan makanannya."

Lissa menepuk kecil bahu Eirlys, agar perempuan muda itu duduk di salah satu kursi kayu yang berhadapan langsung dengan Morris dan Sandra. Sedangkan Lissa membuka sebuah pintu kayu dan memasukinya. Sekilas Eirlys dapat melihat sedikit ruangan itu. Namun. Teralihkan oleh Sandra.

"Kamu mengenal mengenal Lissa?"

Eirlys mengangguk sekali. "Iya Bi. Bibi Lissa lah yang membawa ku bekerja di istana."

"Oh begitu rupanya. Pantas saja kalian tampak begitu akrab." 

Di samping Sandra, suaminya memantik api untuk menghidupkan cerutu. Pria tua itu menghisapnya hingga kepulan asap menciptakan aroma tembakau di sekitar mereka.

"Ah maafkan suamiku. Apa kau tidak masalah dengan asap cerutu?" Sandra memandang dengan perasaan tak enak hati. Suaminya itu merokok di depan orang asing tanpa permisi. 

"Tidak masalah Bi." Eirlys membalas seraya tersenyum kecil. Sandra yang menyaksikan hal tersebut merasa lega. Dalam benaknya pun memuji betapa indah senyuman yang dimiliki oleh gadis di hadapannya ini. Kulit yang putih, rambut kecokelatan, mata hitam yang berbinar seakan memancarkan aura yang polos, serta bibir kecil yang menggemaskan. Sungguh sosok gadis beranjak dewasa yang memukau. Sayang sekali sepertinya Eirlys tak menyadari apa yang dimiliki oleh raganya.

Cursed PrinceWhere stories live. Discover now