12 Runaway
.
Aldric memasang topi baja di kepalanya. Benda itu cukup berbau tak sedap karena merupakan bekas dari salah satu pengawal yang ia bunuh. Terakhir, ia menyematkan pedang panjang di pinggang. Benda berat yang kini melekat di tubuhnya bukan apa-apa. Meski untuk pertama kali menggunakannya, pergerakkan Aldric begitu luwes sehingga berhasil kembali menunggangi kuda.
Memasuki lingkungan perkotaan, beberapa warga Ville memperhatikannya. Mereka menatap takut, tanpa tahu bahwa yang berada di dalam sana merupakan Pangeran Korvin. Ia membawa kuda dengan santai seraya melihat kiri dan kanan, banyak prajurit istana Oleander di sana. Mereka mengawasi di setiap sudut kota, tak curiga ketika melihat Aldric yang melewati mereka.
Aldric tahu tujuannya, hanya ada satu orang yang cukup terkenal dengan ahli berlian di kota Ville, Richard Elwin. Dengan tenang ia perlahan mendekati toko milik Richard. Kudanya berhenti atas kendalinya, Aldric turun dengan membawa serta sedikit barang miliknya. Ia masuk dengan tergesa membuat tiga orang yang tengah berbincang-bincang itu berhenti, mereka menatap terkejut sekaligus takut ke arahnya.
"Aku Pangeran Korvin," ucapnya.
Benjamin merasa lega, suara berat itu amat di kenalinya.
"Boleh kami masuk, Richard?"
Tanpa ragi Richard menganggukan kepala, mempersilakan orang yang ia hormati masuk ke bagian dalam tokonya. Tak lupa ia menutup toko, takut bila ada prajurit yang mencurigai keberadaan sang Pangeran.
Aldric duduk pada sebuah sofa yang berada di ruang tamu. Toko milik Richard menjadi satu dengan rumah. Pria tua itu bisa dikatakan cukup berada dalam segi ekonomi, wajar memiliki perabotan yang cukup lengkap serta nyaman.
Aldric melepas topi baja, lantas menaruhnya di atas meja. Tiga orang lainnya menatap dalam kekhawatiran, mereka berdiri tepat di hadapan Aldric yang berkeringat akibat perjalanan yang melelahkan. Nafasnya menghela panjang, wajahnya memerah akibat terkurung dalam baju besi.
"Bisa jelaskan mengapa pihak istana dapat mengetahui rumah produksi keramik kita?"
Benjamin menunduk hormat, kemudian mulai berbicara, "Izin menyampaikan, Yang Mulia Pangeran. Pagi ini pihak istana datang untuk memeriksa perkembangan kota secara mendadak. Tak seperti biasanya, seharusnya mereka datang pada minggu depan dan para pengrajin dapat berhenti membuat keramik. Akan tetapi, diluar dugaan mereka datang dan memergoki rumah produksi yang sedang beroperasi."
Salah satu tangan Aldric yang berada di atas meja mengepal. Geram dengan kondisi yang tengah terjadi. Lumayan sulit untuk menghentikan produksi keramik, masih banyak pesanan yang belum diproses dan dikirimkan. Aldric berpikir dalam diam, mencari jalan keluar yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini.
"Benjamin," panggil sang Pangeran.
"Ya, Yang Mulia."
"Selesaikan sisa pesanan yang masih tertunda di rumah produksi yang terletak di tempat tinggal Simon. Hentikan proses pembuatan keramik hanya setelah semua pesanan terpenuhi, dan jangan menerima pesanan tambahan apa pun! Sertakan surat permohonan maaf atas keterlambatan. Aku akan menemani Eirlys dalam mencari keberadaan orang tuanya," jelas Aldric dengan tegas.
Simon merupakan salah satu orang terpandang di kota Ville, memiliki kebun yang luas serta ternak. Rumah Simon yang besar adalah pilihan tepat bagi Aldric. Pria matang itu telah merelakan gudang yang terletak di bagian belakang rumahnya sebagai produksi karya seni keramik. Tempat itu hanya bisa dimasuki dari pintu depan, tak ada akses masuk lain.
Bukan tanpa sebab, Aldric tak ingin membuat kliennya kecewa, belum lagi harus membayar ganti rugi yang dapat mengalutkan para pengrajin. Semua pemesan telah membayar lunas dengan perjanjian di atas kertas. Mau tak mau, pembuatan barang harus tetap dijalankan meski terlambat dari perjanjian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed Prince
FantasySemenjak Eirlys Demetria bekerja di Istana sebagai seorang pelayan, ia selalu dibuat penasaran dengan wajah sang pangeran yang seringkali diperbincangkan oleh seluruh orang-orang di Istana. Banyak yang mengatakan bahwa pangeran Korvin memiliki waj...