13. Runaway

2.9K 246 4
                                    

Hay gaes??
Gimana puasanya? Aman kan? Wkwk
Btw, aku mau kasih sedikit info buat yang baca di versi karya karsa (kalo ada wkwk), mungkin entar ada part yang akan aku tahan post di bulan ramadhan ini karena yahh gitu deh 🤣
Tunggu habis lebaran aja ya.

J

adi, entar jgn bingung semisal 2 cerita aku blm update di Karya karsa artinya di tahan dulu. 🗿

Di wattpd gimana?

Aman sih karena pasti aku skip bagian2 tertentu, tp tetap seminggu sekali ya. Entar aku coba pikirin buat target vote untuk update next chaper, siapa tahu nambah votenya di lapak ini. Mau coba gk?

Love u all 🫶🫶
Selamt membaca dan semangat puasanya buat yang menjalankan.

13 Runaway

.

Sebuah decakan terdengar dari seorang pria yang menjadi pemimpin dari empat orang yang bersamanya. Di depan mereka, tepat di perbatasan kota Ville, empat nyawa kawan sejawat terbujur kaku bersimbah darah segar. 

Mereka baru saja kembali dari rumah Pangeran Korvin yang mengalami kebakaran. Tidak menemukan satupun korban, kecuali hewan-hewan ternak yang terbakar. Mereka diperintahkan untuk kembali ke Ville atas utusan Raja Oleander X, sementara sang Raja dan lainnya kembali ke Istana Oleander. Namun, apa yang mereka temui kini sungguh mengejutkan. Sudah dapat ditebak siapa pelakunya, pasti orang suruhan si Pangeran Terkutuk.

"Ada satu mayat yang kehilang zirah. Sepertinya orang yang membunuh mereka menyamar menjadi prajurit." Salah satu bawahannya berkata. Lucas, sang Pemimpin pasukan kecil itu mengerti. Dari kondisi yang dilihat jelas pelakunya hanya ada satu orang.

"Kita harus mengumpulkan semua prajurit yang berjaga di Ville. Periksa satu persatu! Dua orang tinggalah di sini dan urus mayat-mayat itu!"

Hari telah menjelang tengah malam. Lucas bersama yang lainnya menghabiskan waktu cukup lama di rumah Pangeran Korvin, mencoba memadamkan api dengan bersusah payah. Tentu menghabiskan waktu cukup lama mengingat rumah itu cukup besar.

Rumah Pangeran Korvin sengaja dibakar, terbukti dengan tidak adanya mayat yang ditemukan. Banyak buku serta berkas-berkas menjadi abu. Pangeran Korvin telah menghanguskan bukti-bukti bisnis seni keramik ilegalnya.

.

"Kondisi di luar sepi, Yang Mulia. Tidak ada tanda-tanda keberadaan prajurit istana yang berjaga." Richard hadir setelah terburu-buru memeriksa kondisi lingkungan sekitar. Hari menjelang larut, tentu keadaan kota cukup sepi dan orang-orang sedang beristirahat di rumah.

"Kita berangkat sekarang." Lirikan mata Pangeran Korvin mengarah pada Eirlys yang membalas dengan anggukan kecil. Langkah besarnya membawa keluar dari rumah yang terhubung dengan toko milik Richard. Seperti yang Richard sampaikan, keadaan di luar telah sepi. 

Pangeran Korvin berbalik bersama Eirlys yang berdiri di sisi belakang tubuhnya. Tanpa sepatah kata pun mengangguk kecil pada tiga orang yang telah membantunya hari ini. Ketiga orang itu menunduk hormat melepas kepergian sang Pangeran bersama Eirlys.

Mereka menaiki kereta kuda dengan Pangeran Korvin yang mengendarai di depan. Eirlys melirik kemudian tersenyum pada Benjamin, Richard serta istrinya. Saat beberapa waktu berada di rumah Richard, ia sempat bercengkrama dengan istri Richard, Marline namanya.

Mereka berjalan dalam kesunyian kota, melewati perumahan serta pertokoan dengan pintu tertutup. Kereta mereka melaju cepat hingga memasuki hutan belantara.

Aldric, ia sengaja tidak keluar melalui perbatasan, prajurit istana pasti berjaga di setiap penghujung kota. Akan lebih aman bagi mereka melewati jalan lain.

Kereta mereka meluncur dengan gesitnya melalui jalan setapak yang meliuk-liuk di antara pepohonan yang rimbun. Angin hutan menyapu wajah mereka dengan lembut, mengusir panas kelelahan perjalanan yang membebani mereka. 

Kereta berhenti perlahan, Aldric melangkah keluar dari kereta dengan hati-hati, meninggalkan Eirlys yang ada di dalam. Cahaya matahari yang mulai tampak remang-remang memancar dari pepohonan yang rapat di sekitar mereka, menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari di tanah berdaun basah. 

Mereka telah meninggalkan kota Ville cukup jauh, akan tetapi masih berada di negeri Oleander. Melihat dari peta, negeri Nelvis kemungkinan memerlukan waktu berminggu-minggu untuk sampai.

Dengan langkah ringan, Aldric menelusuri tepian hutan, mengawasi setiap gerakan dan suara yang mungkin mengganggu ketenangan pagi hari. Hati-hati, ia memeriksa lingkungan sekitar. Setelah meyakinkan dirinya bahwa tidak ada bahaya yang mengintai, Aldric kembali ke kereta dan mengetuk pelan pintunya. Tidak ada respon, pria itu membuka pintu dan menemukan Eirlys tertidur lelap, tubuhnya bergerak perlahan dengan napasnya yang teratur.

Pintu kembali ditutup. Terdapat sungai yang mengalir cukup tenang meski melewati bebatuan. Aldric mencari dahan kayu dari pepohonan di sekelilingnyaa, mengeluarkan pisau yang berada di samping tempat duduk kusir. Tangan dengan urat menonjol itu mengayunkan pisau pada salah satu dahan, menarik ke bawah hingga dahan terlepas.  Aldric membuang dedauanan, lantas membuat ujungnya menjadi runcing. Sang Pangeran menaruh kembali pisaunya, melepaskan pakaian bagian atas, lalu berjalan ke tepi sungai. Ia memfokuskan pandangan pada air tenang dan jernih, ketika beberapa ekor ikan berenang di depannya, Aldric melempar tombak, air bergemercik, ikan yang selamat berenang menjauh. Satu ikan berukuran sedang tertangkap. Pria itu melakukan perburuan ikan hingga merasa puas dengan empat ekor ikan.

Eirlys yang tertidur pulas perlahan membuka mata, keadaan di dalam kereta cukup remang-remang. Akan tetapi dari jendela yang tertutup kain merah ia dapat melihat cahaya dari luar. Telinganya mendengar suara gemercik air dari arah kiri. Eirlys penasaran, lantas bergeser kemudian menyingkap tirai kecil.

Manik matanya menyusuri, ia melongo saat menyaksikan pemandangan tak terduga.  Pangeran Korvin sedang berenang indah dan begitu anggun di sungai, tubuhnya diselimuti cahaya pagi yang memancar, menciptakan kilauan yang begitu memukau. Meskipun rambutnya basah dan berantakan oleh air sungai, penampilannya justru semakin mempesona, menambah daya tarik dan pesona yang tak terbantahkan.

Pangeran Korvin melihat ke arah hilir sungai, tak menyadari bahwa Eirlys memandanginya dengan wajah tersipu malu. Tidak menjadi dosa besar kan bila Eirlys tak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh berotot dan gagah itu? 

Lagi-lagi Eirlys tersentak kala Pangeran Korvin berbalik ke arahnya. Kedua mata perempuan itu membesar ketika berpandangan dengan sang Pangeran. Mata merah itu tertuju padanya, Pangeran Korvin menempi, seakan bergerak lambat saat keluar dari sungai. Penampilan itu semakin tampak jelas karena Pangeran Korvin berjalan mendekatinya dalam keadaan tanpa mengenakan baju, hanya celana hitam panjang yang menutupi tubuh bagian bawahnya.

"Kau sudah sudah bangun rupanya," ucap Aldric tenang. Tak menyadari bahwa penampilannya kini membuat Eirlys sesak nafas.

"Ambil bumbu rempah di tas yang diberikan oleh Marline semalam. Aku sudah menangkap ikan, bakarlah untuk sarapan pagi!"

Aldric berbalik. Punggung itu tampak kokoh, tetesan air yang melakat di kulit seakan memberikan sentuhan magis pada relief otot-otot yang terdefinisi sempurna, mengundang mata untuk menjelajahi setiap kontur dengan penuh kekaguman. Keanggunan punggungnya memberikan kesan maskulin yang tak tertandingi, menggoda dengan daya tarik yang melebihi kata-kata. Eirlys memaki pikirannya. Ia seperti gadis mesum saja.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAK  😜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAK  😜

Cursed PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang