Prologue (Versi baru!)

1.1K 57 4
                                    

𖥔 Happy reading 𖥔

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

Haaa!

Seorang lelaki terbangun dari tidurnya setelah mendapatkan mimpi buruk masa kecilnya. Lelaki itu menjambak rambutnya karena rasa pusing mulai melanda—bahkan disertai rasa mual.

Tangannya menari-nari di atas nakas karena sedang mencari benda yang disebut ponsel pintar. Seingatnya, ia menyimpannya di sana.

Dapat.

Saat ponselnya sudah berada di genggamannya, ia berdecak melihat sisa baterai ponsel di bawah dua puluh persen. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, ia menerima banyak pesan dari kekasih hatinya.

30 pesan belum terbaca. 18 panggilan tak terjawab.

Ada apa? Jarang sekali sang kekasih memberinya pesan hingga menyampah seperti itu.

Saat dibuka, ia jadi kebingungan sendiri melihat pesan-pesan kekasihnya dari tanggal yang berbeda. Pantas saja terlihat banyak, ternyata sudah tiga hari ia tidak membaca pesan sang kekasih.

Tunggu! Tiga hari pesan belum terbaca?

Lelaki itu segera memeriksa tanggal di ponsel dan baru menyadari bahwa tiga hari sudah terlewat semenjak ia tidur. Berarti ia sudah tidur selama tiga hari?

Ia kembali melihat pesan dari kekasih dan terkejut melihat pesan-pesan yang dikirim hari ini.

My Joy : Aku tidak tahu sekarang kau masuk sekolah atau tidak karena aku juga tidak sekolah. Aku sakit.

Hanya menggosok gigi dan membuang air kecil, setelahnya lelaki itu langsung mendatangi kediaman sang kekasih menggunakan transportasi umum; taksi.

Setelah bersusah payah menaiki tangga besi yang sempit, akhirnya ia sampai di lantai tiga yang tak lain adalah kediaman kekasih di rumah susun ini.

Dipikir-pikir, tangga sempit dan tinggi ini tidak cocok untuk Meredith—ibu sang kekasih—yang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Impian lelaki itu menjadi bertambah sekarang, yaitu ingin membelikan tempat tinggal yang layak untuk sang ibu kekasih.

Ah, ia jadi ingin segera menikahi kekasihnya.

Tok tok tok!

Tidak ada sahutan seolah di rumah tidak ada siapa-siapa.

Tok tok tok!

Sekali lagi lelaki itu mengetuk pintu sambil mengeluarkan suaranya agar orang rumah tahu bahwa ia yang datang.

"Joy, ini aku."

Tok tok tok!

"Joy, kau baik-baik saja di dalam? Aku merindukanmu."

Prison [On going]Where stories live. Discover now