12. Asher

197 20 5
                                    

𖥔 Happy reading 𖥔

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

12. Asher

"Kau mengenal Tuan Loen?" tanya Cyra dengan binaran di matanya. Zoia tahu bahwa Cyra sedang menahan diri untuk tidak menjerit senang dan kaget.

"Tuan Loen?" gumam Zoia seraya menatap kembali ke arah lelaki di hadapannya. Wajahnya sangat mirip, tapi Zoia ragu jika lelaki itu adalah mantan kekasihnya karena Allen di rumah sakit dan Allen yang tadi malam ditemuinya sungguh berbeda dengan Allen yang saat ini ada di hadapannya. Lelaki ini lebih mirip seperti Asher—lelaki yang ditemuinya di rumah kosong.

Ia masih ingat bahwa lelaki bernama Asher juga berkuliah di sini, tapi ia tidak menyangka bahwa marga lelaki itu adalah marga mantan kekasihnya. Apakah Allen sebenarnya memiliki kembaran? Tapi Allen mengaku hanya memiliki saudara perempuan. Apakah mantan kekasihnya berbohong?

"Oh, sudah lama tidak berjumpa, Zoia."

Zoia mengalihkan atensi kepada lelaki satunya lagi yang duduk di samping ... entah Allen atau Asher.

"Kaito."

"Oh, apakah saling mengenal?" tanya lelaki mirip Allen itu dengan raut wajah kaget yang dibalas kernyitan bingung oleh lelaki bernama Kaito tersebut.

"Aku dulu pernah satu kelas dengannya. Jangan bilang kau lupa."

Lelaki yang mirip dengan Allen tersebut hanya terkekeh salah tingkah sambil mengusap tengkuknya.

"Kau juga mengenal Tuan Harper?" tanya Cyra lagi. Perempuan itu tidak bisa menahan rasa penasarannya ternyata.

"Y-Ya, saat high school kami memang satu angkatan dan pernah satu kelas juga."

"Kau dulu sekolah di mana? Pasti sekolah internasional, ya?" tanya Alinta merasa bangga karena Zoia bisa mengenal dua orang dari keluarga terpandang.

"Ya, aku mendapatkan beasiswa menjadi flutis."

"Waw, hebat! Lalu kenapa kau berhenti bermain flute?" tanya Cyra yang tak dijawab oleh Zoia karena disela oleh lelaki yang mirip dengan Allen.

"Duduklah, Zoia. Memangnya kau tidak pegal berdiri terus? Atau kau ingin terus memandang wajahku?" goda lelaki itu cukup narsis. Terlihat bukan seperti sikap Allen yang sebenarnya bagi Zoia.

Setelah memposisikan tubuh duduk dengan benar, tidak lama Zoia merasa bahunya menjadi berat karena lelaki mirip mantan kekasihnya itu menumpukan dagu di bahunya. Sialan, Zoia jadi tegang dan gelisah sekarang.

"Bisakah kau sedikit menjauh dariku?" Zoia mendorong pelan kepala lelaki itu.

"Tapi bahumu nyaman untuk dijadikan sandaran." Lelaki itu malah semakin menjadi dengan merangkulkan kedua tangannya di leher Zoia.

Prison [On going]Where stories live. Discover now