Bab 3

18.3K 1K 5
                                    

"Ada apa pak?" Tanya Alena setelah masuk kedalam ruangan Mahesa.

"Saya ingin mengingatkan kamu, kalau ada perempuan yang ingin mendekati Saya, kamu harus segera mengusir mereka dan jangan biarkan mereka menyentuh saya." Jelas Mahesa yang duduk di kursinya.

Mahesa belum yakin kalau bukan dia sendiri yang mengingatkan Alena tentang ini, apalagi melihat Alena yang berani tidur saat dia menjelaskan dalam rapat. Dia takut kalau masalah yang sangat penting baginya akan di abaikan Alena.

Mahesa tidak mengerti pikiran perempuan seperti apa, karena dia tidak pernah dekat dengan perempuan.

"Emangnya kenapa sih pak?" Tanya Alena penasaran dan berjalan menuju Mahesa. Apalagi saat Alena melihat wajah takut dan rasa jijik dari Mahesa saat menyebutkan tentang perempuan.

"Jauh-jauh kamu dari saya." Ucap Mahesa langsung berdiri dan menghindari Alena saat melihatnya berjalan ke arah dia.

Alena melihat itu juga merasa heran, kenapa Mahesa begitu takut melihat dia berjalan kearahnya. Padahal dia tidak ada niat jahat ke Mahesa.

"Cepat keluar dan ingat apa yang harus kamu lakukan nanti disana." Lanjut Mahesa menatap Alena dengan tajam dan mendorong Alena dengan penggaris yang ada di mejanya menuju pintu.

Setelah mengusir Alena sampai keluar pintu, Mahesa kembali menutup pintunya di depan Alena yang hanya diam berdiri mematung.

Didalam ruangan Mahesa merasa lega setelah mengusir Alena.

Alena yang di usir oleh Mahesa kembali pulang ke kontraknya. Di setiap perjalanan saat keluar dari kantor Mahesa, Alena mendapatkan tatapan tajam dari karyawan yang ada di kantor Mahesa. Melihat itu Alena mengabaikannya, dia tetap berjalan ke halte bus untuk kembali ke kontrakannya sesuai dengan ingatan yang dia terima.

Melihat kontrakan kecil di depannya, Alena sedikit prihatin dengan nasibnya, walaupun sebelumnya dia tidak bekerja. Setidaknya dia tetap mempunyai biaya hidupnya sendiri dengan uang warisan yang di tinggalkan orang tuanya.

Masuk kedalam kontrakannya, ternyata tidak ada banyak perabotan di dalamnya yang ada hanya tikar kecil dan dapurnya pun masih bersatu dengan ruang tamunya.

Sesuai ingatan yang di terima Alena kalau Alena sebelumnya, baru dua bulan tinggal disini.

Alena sebelumnya merupakan seorang gadis yang tinggal di kampung dan pergi merantau ke kota. Alena sebelumnya juga memiliki orang tua yang masih lengkap dan juga memiliki adek laki-laki yang akan tamat SMA.

Mungkin ini maksud dari Alena sebelumnya kalau dia ingin merasakan keluarga lengkap lagi, tapi entah alasan apa yang membuat Alena sebelumnya dengan rela meninggalkan tubuh aslinya dan mengantikan dengan dia.

Masuk kedalam kamarnya, Alena merasa bersyukur melihat kamarnya begitu rapi dan juga bersih serta dekorasi kamarnya juga lumayan bagus.

Duduk di tempat tidurnya, Alena teringat dia yang akan pergi dengan Mahesa ke resepsi pernikahan nanti, Alena berjalan ke arah lemarinya untuk melihat pakaian yang cocok untuk dia pakai nanti malam.

"Kenapa gak ada pakaian yang cocok sih." Ucap Alena kembali duduk di tempat tidur dan melihat bajunya yang sudah berserakan di sekitarnya.

Mendengar bunyi handphonenya, Alena langsung mengangkatnya yang ternyata dari Gino.

"Saya ada di depan kontrakan kamu." Ucap Gino setelah Alena mengangkat telponnya dan langsung mematikan telponya.

Alena mendengar itu langsung keluar dari kamarnya dan pergi membukakan pintu untuk Gino.

Alena tidak heran dengan Gino yang tahu alamatnya, karena saat dia kerja di perusahaan dia diminta untuk mengumpulkan CV-nya dan juga persyaratan lainnya, sebagai persyaratan bekerja di perusahaan Mahesa.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Where stories live. Discover now