Bab 9

14.2K 841 15
                                    

Malam harinya, sebelum tidur Alena memandangi cek 70 juta di depannya.

Bukannya senang melihat cek di depannya, Alena malah merasa khawatir karena dia merasa uang ini bukan miliknya.

Mengigat keluarga Alena sebelumnya, Alena masih belum berani untuk menghubungi mereka padahal sudah hampir dua minggu dia bertransmigrasi ke tubuh Alena.

Pagi harinya, sampai di perusahaan Alena sengaja datang lebih lambat dari sebelumnya, sehingga beberapa karyawan di perusahaan yang sudah datang melihat kearah Alena.

"Saya gak tahu hal apa yang dilihat bos dari dia, sehingga dia mempertahankan perempuan seperti ini menjadi sekretarisnya." Ucap karyawan A melihat Alena dari atas ke bawah dan menatap Alena dengan sinis.

"Kalian gak tahu kalau perempuan ini merupakan pacar bos." Ucap karyawan B melihat Alena dengan tatapan tidak suka. "Cantikan juga saya dari pada dia." Lanjut karyawan B.

Dan masih banyak bisik-bisikan yang di dengar Alena saat berjalan menuju lift.

"Jangan dengarin badut yang sedang menghibur." Ucap Diki tiba-tiba yang baru masuk dengan Dani dan Pandu. Mereka tidak sengaja mendengar karyawan yang berbicara buruk tentang Alena dan memandang Alena tidak suka.

"Kamu." Ucap karyawan B marah mendengar ucapan Diki, tapi dia urungkan melihat tatapan Diki, Dani dan Pandu ke arah mereka.

"Kalian kesini untuk bekerja bukan untuk bergosip." Ucap Dani dingin dan berjalan kearah Alena dengan Diki dan Pandu.

Alena mendengar suara mereka, langsung menghentikan langkahnya, Alena tidak peduli dengan omongan karyawan yang ada di perusahaan Mahesa, dia disini untuk bekerja bukan untuk diminta di sukai semua karyawan disini.

Menurut Alena wajar mereka untuk berbicara seperti itu tentang dia, karena untuk bekerja sepertinya mereka lebih bisa di andalkan dari pada dia dan apalagi setelah dia tahu ternyata Mahesa juga tidak pernah menggunakan sekretaris perempuan sebelumnya.

Siapa yang tidak akan suka dengan Mahesa, memiliki wajah tampan dan karir yang bagus serta bisa dikatakan nyaris sempurna, apalagi di usia Mahesa yang sekarang dia masih belum menikah yang membuat perempuan yang tahu akan dirinya berfantasi untuk jadi istrinya.

"Biarin aja, ayo masuk." Ucap Alena mengajak mereka untuk ikut memasuki lift ke lantai 25.

Dalam lift Pandu langsung berkata ke Alena. "Kalau mereka ganggu kamu lagi, jangan sungkan untuk ngomong sama kami." Ucap Pandu yang di anggukki Alena.

"Udah biarin aja, mereka cuma bisa ngomong doang. " Ucap Alena. "Saya akan membuktikan ke mereka kalau saya disini memang bekerja sebagai sekretaris bos dan bukan pacar bos." Lanjut Alena penuh tekat.

"Hmm... Bukanya kamu memang pacar bos?" Tanya Diki ragu-ragu setelah melihat tidak ada kebohongan di wajah Alena.

Dani dan Pandu mendengar ucapan Alena, juga melihat ke arah Alena.

Ditatap oleh wajah-wajah tampan yang melihat kearahnya dengan curiga buat Alena merasa canggung.

"Uhuk' Batuk Alena.

Baru Alena akan membalas ucapan Diki pintu lift mereka sudah terbuka dan mereka sudah melihat Gino yang sedang berdiri di pintu lift.

"Alena, bos sudah nunggu kamu di ruangannya." Ucap Gino yang tiba-tiba dapat perintah dari Mahesa untuk menunggu Alena di depan lift.

Mendengar ucapan Gino, Alena kembali melihat ke arah mereka yang menatap Alena penuh selidik seakan-akan kebohongan Alena sudah terungkap dan yang dia katakan tadi cuma omong kosong.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu