Bab 16

14.3K 946 25
                                    

Sampai di parkiran perusahaan, Gino merasa khawatir melihat kondisi Mahesa.

"Bos yakin tetap mau masuk ke perusahaan?" Tanya Gino merasa khawatir melihat kondisi Mahesa yang tambah parah setelah mereka sampai di parkiran perusahaan. "Kalau bos gak kuat, saya akan menyuruh Alena kesini." Lanjut Gino yang tahu kalau sebenarnya Mahesa ingin bertemu dengan Alena.

"Siapa yang ingin bertemu dengan dia." Ucap Mahesa. "Saya ingin melihat kondisi perusahaan selama saya tinggalkan." Lanjut Mahesa.

"Owhhh, iya saya percaya." Ucap Gino yang di abaikan Mahesa karena Mahesa yang sudah berjalan ke lift ekslusif yang ada di parkiran.

Melihat itu Gino langsung mengikuti Mahesa.

Sampai dalam lift, Gino merasa khawatir melihat kondisi Mahesa, dimana sekarang Mahesa sedang bersandar di dalam lift di tambah mata Mahesa yang sudah memerah begitupun dengan hidungnya.

Mahesa sengaja mengunakan lift ekslusif di parkiran dengan Gino, supaya tidak ada karyawan yang tahu kalau dia sudah pulang perjalanan bisnis.

Sedangkan di kantin.

"Wow... Masakan kamu memang enak Len." Ucap Diki sambil mengusap perutnya dan melihat ke kotak bekal di depannya yang sudah kosong. "Sering-sering de bawain kami bekal seperti ini." Lanjut Diki yang langsung dapat anggukan dari Dani dan Pandu.

"Itu ma, mau kalian aja." Ucap Alena menggelengkan kepalanya.

"Tenang Len, kalau kamu mau bawah in kami ke bekal, kami gak apa-apa juga kalau bayar." Ucap Dani.

"Emang kalian pikir, memasak itu enak." Ucap Alena setelah mendengar ucapan Dani. "Aku tetap gak mau walupun kalian bayar." Lanjut Alena.

Alena memang suka untuk memasak tapi untuk diri dia sendiri bukan untuk orang lain, karena bagi Alena memasak sedikit merepotkan kalau sudah banyak yang di masak apalagi untuk tambah porsi di masakannya.

"Lagian cuma nambah porsi untuk tiga orang masa kamu gak mau." Ucap Diki melihat Alena yang masih menolak tawaran mereka.

"Gak mau merepotkan." Ucap Alena sambil mengemasi bekal tadi yang dia bawah.

"Plis la Len, kamu kan yang termudah di antara kami, masa gak mau nurut sama kami." Ucap Dani sedangkan dari tadi pandu cuma diam tidak ingin ikut campur membujuk Alena untuk membuatkan mereka bekal lagi. "Kami bayar kok, kalau gak percaya ini." Lanjut Diki sambil mengeluarkan lima lembar uang 100rb dari dompetnya yang di tarok di atas meja.

Sedangkan karyawan yang ada di kantin cuma bisa melihat mereka dari jauh dan tidak ada yang berani ikut campur dengan mereka.

"Gak mau, ayo pergi." Ajak Alena beranjak dari kursinya.

Diki tidak tahu aja, Alena aja bisa menolak uang 70 juta, apalagi uang 500rb di depannya.

Melihat itu Diki kembali memasukan uang nya kedalam saku dan mengikuti Alena dengan Dani dan Pandu keluar dari kantin.

Karyawan yang tidak suka dengan Alena cuma bisa membicarakannya di belakang dan tidak ada lagi terang-terangan yang berani menganggu Alena.

Dalam lift Diki dan Dani masih membujuk Alena tapi tetap di abaikannya.

"Alena, plis Len, kamu gak kasihan lihat kami." Ucap Diki dan Dani langsung keluar dari lift terlebih dahulu dan berjalan menghadap Alena, sedangkan Pandu berjalan di samping Alena dan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Dani dan Diki.

"Benar Len, kamu gak akan repot, apa yang kamu masak pasti kami akan suka juga." Ucap Dani di anggukki Diki.

"Masakan aku biasa aja, kalian gak perlu seperti ini juga, setelah memakan masakan aku." Ucap Alena melihat Diki dan Dani masih menghadang jalannya.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Where stories live. Discover now