Bab 19

13.5K 910 23
                                    

Setelah Alena pergi, Mahesa menghubungi Alden lewat telpon.

"Saya mau kamu ke Indonesia." Ucap Mahesa setelah telponnya tersambung.

"Bukanya pemerikasaan kemaren kamu baik-baik aja." Ucap Alden yang menduga Mahesa menelponnya kembali menanyakan kesehatannya, padahal sudah jelas kalau Mahesa sebenarnya sedang tertarik dengan perempuan. "Saya sibuk." Lanjut Alden.

"Saya gak mau tahu, dalam minggu ini kamu sudah di Indonesia." Ucap Mahesa. "Tadi saya bersentuhan dengan perempuan dan saya sedikit suka dengan sentuhannya, bahkan saya membiarkan dia menyentuh saya, walupun saya merasakan ada hal aneh di diri saya dan kenangan waktu kecil saya sempat kembali teringat. Tapi saya masih bisa menahannya dia menyentuh saya." Lanjut Mahesa dingin menjelaskan ke Alden.

"Serius? Kamu bersentuhan dengan perempuan?" Tanya Alden kaget langsung menangapi telpon Mahesa dengan serius.

"Hmm... Saya juga suka mencium bau parfumnya yang buat saya merasa tenang." Ucap Mahesa yang sekarang bersandar di tempat tidurnya. "dan saya gak jijik menciumnya." Lanjut Mahesa.

Alden yang mendengar itu memutar matanya malas, dia tahu kalau Mahesa pasti bersentuhan dengan perempuan yang dia suka.

"Baguslah kalau kamu ada kemajuan." Ucap Alden yang penasaran dengan perempuan yang membuat Mahesa mau bersentuhan dengan perempuan. "Sebelum saya datang ke Indonesia, saya sarankan kamu untuk dekat dengan perempuan tersebut secara perlahan, sehingga kamu akan terbiasa bersentuhan dengannya. Selain itu apa yang kamu rasakan saat bersentuhan dengan perempuan tersebut?" Lanjut Alden di telpon.

"Itu saja, saya mau kamu secepatnya kesini." Ucap Mahesa yang langsung mematikan telponya.

Alden yang merasa di gantung oleh Mahesa sedikit kesal dengan Mahesa.

"Dasar." Ucap Alden sambil melihat telponya.

Sedangkan di tempat lain, Alena yang baru sampai di perusahaan sudah jam pulang.

Saat Alena masuk, Alena bertemu dengan karyawan yang akan pulang dan mereka akan menyapa Alena yang di jawab anggukan dan senyuman oleh Alena.

Sampai di lantai 25, Alena melihat ruangan Diki, Dani dan Pandu lampunya ternyata masih hidup yang menandakan mereka masih bekerja dan di pastikan mereka akan lembur.

Melihat ruangan Gino yang ternyata lampunya juga masih hidup, membuat Alena menjadi kagum dengan Gino, karena awalnya Alena duga Gino akan langsung pulang kerumahnya untuk istirahat setelah pulang perjalanan bisnis tapi ternyata Gino masih tetap bekerja.

"Ternyata orang yang kerja dengan pak Mahesa semuanya rajin." Ucap Alena. "dan gila kerja semua." Lanjut Alena yang menambah semangatnya untuk menguasai bahasa inggris dan memahami apa yang harus dia lakukan sebagai sekretaris Mahesa.

Alena yang tidak mau menganggu mereka bekerja langsung pergi ke ruangannya untuk mengambil tas dan siap-siap pulang ke kontraknya.

******

Malam harinya, Mahesa sudah merasakan kepalanya tidak sakit lagi dan panas pada tubuhnya juga sudah berkurang.

Mengigat sentuhan Alena di tangannya tadi, Mahesa langsung melihat ke arah tangannya dan mengusap dahinya tadi yang di pegang Alena.

Baru Mahesa akan menutup matanya, dia masih mencium bau Alena yang masih tertinggal di kamarnya.

"Semuanya gara-gara kamu, saya gak akan biarkan kamu hidup tenang." Ucap Mahesa. "Suruh siapa kamu berputar-putar terus di pikiran saya." Lanjut Mahesa yang ada senyum lembut di bibirnya yang tidak sesuai dengan apa yang dia ucapkan.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Where stories live. Discover now