Bab 20

13.7K 958 60
                                    

Pagi harinya jam 5.45, Alena Sudah berdiri di depan apartemen Mahesa dengan pakaian sederhana yang sangat berbeda dengan pakainya saat di perusahaan.

Sesuai janji Mahesa semalam, ternyata  sopir yang disuruh Mahesa sudah menunggunya di luar kontrakannya.

Mulai dari bangun sampai berdiri di depan apartemen Mahesa, Alena masih merasa kesal dengan Mahesa yang menyuruhnya untuk pergi ke apartemennya.

"Senyum Alena, kamu mau bertemu dengan pak Mahesa, bos kamu." Ucap Alena menyemangati dirinya sendiri dan berusaha untuk tersenyum di depan apartemen Mahesa sebelum membuka pintunya. "Ingat dia bos kamu dan sebelumnya kamu juga tahu bagaimana risiko menjadi sekretaris pak Mahesa, harus siap dua empat jam saat di butuhkan. Jadi sabar aja menghadapi sifat pak Mahesa yang melebihi cewek pms." Lanjut Alena sambil membuka pintu apartemen Mahesa dengan pin yang sudah di kirim Mahesa di teleponnya.

Masuk ke apartemen Mahesa, Alena melihat Mahesa yang masih mengunakan baju tidurnya duduk di ruang tamu sambil menyilangkan kakinya dan memegang majalah bisnis di tangannya.

"Akhirnya kamu datang juga." Ucap Mahesa sambil meletakkan majalah tadi di atas meja dan berdiri langsung menghampiri Alena. "Sepertinya kamu masih memakai parfum." Lanjut Mahesa setelah berdiri di depan Alena dan sedikit mencondongkan dirinya di dekat Alena.

Alena yang risih dengan tindakan Mahesa, mendorong dada Mahesa.

Mahesa mendapatkan tindakan tiba-tiba Alena merasakan jantungnya kembali berdetak dengan cepat. Mahesa tidak menyangka Alena akan berani menyentuh dia kembali tanpa se izinnya.

"Pak, jantung bapak seperti orang habis maraton." Ucap Alena dan mendekatkan telinganya ke dada Mahesa untuk mendengar detak jantung Mahesa. "Cepat." Lanjut Alena.

"Ngapain kamu?" Tanya Mahesa sambil mendorong kepala Alena untuk segera menjauh darinya. "Saya suruh kamu gak pakai parfum kesini tapi masih aja kamu pakai. Kamu mau menggoda saya." Lanjut Mahesa berusaha untuk santai dan menstabilkan kembali jantungnya yang berdetak lebih cepat di waktu yang tidak tepat.

"Sabar Alena dia bos kamu." Ucap Alena di dalam hati dan berusaha tersenyum kearah Mahesa. "Ingat Kemaren bos kamu sakit dan juga memberikan kamu kalung." Lanjut Alena di dalam hati.

"Pak Mahesa, saya gak memakai parfum ke rumah bapak sesuai yang bapak inginkan." Ucap Alena. "Lagian saya juga gak pernah pakai parfum." Lanjut Alena tersenyum kearah Mahesa.

"Baguslah kalau gitu." Balas Mahesa dingin. "Ayo buatkan saya sarapan, saya sudah lapar dari tadi saya nunggu kamu." Lanjut Mahesa.

Melihat Mahesa yang sudah kembali ke sifat memerintah seenaknya aja, Alena yakin kalau Mahesa sudah sembuh dan tidak perlu dia tanyakan lagi apakah Mahesa masih sakit atau sudah sembuh.

"Lebih baik diam dari pada nanti kena semprot." Ucap Alena di dalam hati sambil melihat Mahesa yang berjalan menuju kamarnya.

*****

Di dapur apartemen Mahesa.

Alena yang sudah di dapur langsung memulai menyiapkan bahan-bahan yang dia perlukan untuk membuat nasi goreng.

Sambil membuat nasi goreng untuk Mahesa, Alena tidak henti-hentinya mengomel. "Ternyata jadi sekretaris pak Mahesa, harus lengkap jadi pembantunya, pantas gajinya besar." Ucap Alena.

"Kamu memang cocok jadi pembantu saya." Ucap Mahesa yang baru masuk ke dapurnya mendengar ucapan Alena. "Baju kamu coba lihat, mana ada karyawan perusahaan saya memakai baju seperti kamu." Lanjut Mahesa melihat Alena yang sedang memasak.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Where stories live. Discover now