Bab 23

15.9K 1K 286
                                    

Alden di buat kesal dengan kelakuan Mahesa di depannya, bagaimana tidak setalah selesai mereka makan siang, karena tahu dengan sifat Mahesa, Alden dengan hati-hati meminta Mahesa untuk menyuruh Alena untuk masuk ke ruangannya tapi langsung di tolak oleh Mahesa dengan dingin tanpa perlu pikir panjang.

"Sabar Al, bos kita posesif." Ucap Gino ke Alden yang duduk di sampingnya dan melihat ke arah Mahesa menatap mereka dengan dingin.

"Saya cuma ingin melihat bagaimana reaksi kamu saat bersentuhan dengan Alena secara langsung, supaya saya bisa mempelajarinya." Jelas Alden yang masih tidak menyerah. "Saya bukan mau ambil Alena dari kamu." Lanjut Alden.

"Saya gak butuh hal itu dan saya juga gak tertarik dengan perempuan lainnya. Cukup Alena aja perempuan satu-satunya yang bisa saya sentuh." Ucap Mahesa. "Kamu sebagai dokter saya masa gak tahu apa yang saya maksud. Percuma saya bayar kamu mahal-mahal." Lanjut Mahesa dingin.

Setelah lama berbicara dengan Alden, Mahesa dapat menyimpulkan kenapa dia bisa bersentuhan dengan Alena. Selain karena tertarik dengan Alena dia juga sangat suka dengan bau Alena yang ternyata sangat cocok dengan penciumannya.

Sebelum kenal dengan Alena, Mahesa yang tidak bisa bersentuhan dengan perempuan membuatnya berpikir hidupnya akan sendiri selamanya dan dia juga tidak berpikir untuk menikah.

Tapi setelah dia tahu dia bisa bersentuhan dengan Alena, Mahesa berubah pikiran hidupnya selama tiga puluh tahun ini yang tidak pernah dekat dengan perempuan dan tidak pernah merasakan tertarik dengan perempuan berubah pikiran setelah bertemu dengan Alena.

Apalagi setelah berkonsultasi dengan Alden hari ini buat Mahesa tambah yakin dengan pikirannya sendiri.

Mendengar ucapan Mahesa Alden memutar matanya males dan dia di buat kesal oleh ucapan Mahesa, kalau memang Mahesa tahu tentang tubuhnya Kenapa dia harus memaksanya untuk datang ke Indonesia.

"Terus ngapain kamu maksa saya kesini, kalau kamu tahu." Lanjut Alden kesal. "Tahu begini saya gak akan kesini dan siapa dia hari kemaren yang maksa saya datang kesini." Lanjut Alden kesal.

"Saya gak butuh kamu lagi dan saya sudah tahu jawabannya sendiri." Ucap Mahesa dingin.

"Kalau gitu saya pergi." Ucap Alden yang juga tidak mau lama-lama di dalam ruangan Mahesa yang sangat menguji kesabarannya.

Lama-lama di ruangan Mahesa, bisa-bisa dia akan bertemu dengan psikiater.

"Saya juga mau pamit bos." Ucap Gino yang juga ikut beranjak dari tempat duduknya.

Gino juga beranjak dari tempat duduknya, takut Mahesa akan memberikan pekerjaan yang tidak dia inginkan dan rencananya yang akan menemui pacarnya malam ini akan pupus kalau dia masih satu ruangan dengan Mahesa. Apalagi melihat Mahesa yang sedang kesal dan Gino juga tidak tahu apa yang sedang di pikirkan Mahesa.

Melihat Gino yang juga ikut keluar dengan Alden, Mahesa langsung menghentikannya.

"Kamu jangan keluar dulu." Ucap Mahesa ke Gino yang membuat Gino dan Alden langsung berhenti. "Kamu temani saya nanti malam pergi ke ulang tahun pernikahan CEO MY." Lanjut Mahesa.

"Saya duluan." Ucap Alden setelah mendengar ucapan Mahesa dan meletakan tangannya di pundak Gino tanda menyuruh Gino untuk sabar, apalagi melihat Gino yang seperti patung di sebelahnya setelah mendengar ucapan Mahesa. "Mungkin lain waktu saya bisa bertemu dengan Alena." Lanjut Alden dengan segera keluar dari ruangan Mahesa, takut di semprot Mahesa.

Melihat Alden yang sengaja keluar terlebih dahulu buat Gino menjadi kesal, teman yang di harapkan untuk membantunya malah meninggalkannya.

Melihat kearah Mahesa ingin rasanya Gino untuk menangis, padahal dia sengaja untuk ikut keluar dari ruangan Mahesa, menghindari pekerjaan yang akan di berikan Mahesa terhadapnya, tapi ternyata itu  pikirannya sendiri. Mahesa ternyata tetap Mahesa yang tidak akan mempedulikan perasaan karyawannya.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Where stories live. Discover now