Bab 22

11K 883 26
                                    

Maaf ya, updatenya lama. Awalnya mau libur satu hari, eh malah keterusan.

Selamat menikmati ceritanya.

Jangan lupa di tunggu terus updatenya ya.

*****

Semenjak Alena pulang dari apartemen Mahesa waktu itu, Mahesa tidak pernah menghubunginya lagi yang buat Alena sangat bingung dengan sifat Mahesa  yang berubah-ubah.

Awalnya Alena mengira Mahesa akan terus menyuruhnya untuk ke apartemennya tapi sampai sekarang Mahesa tidak pernah menghubunginya lagi.

Datang keperusahaan setalah dua hari tidak bertemu dengan Mahesa, Alena sengaja datang lebih lambat dari biasanya, dia juga tidak tahu harus berekspresi seperti apa saat bertemu dengan Mahesa nanti.

Sampai di lantai 25.

Alena juga melihat Diki, Dani dan Pandu yang ternyata sudah berdiri di depan ruangannya.

Alena yang mengigat Mahesa menyuruhnya untuk menjauhi mereka, tapi Alena tidak mau ambil pusing, Alena menganggap itu ancaman Mahesa sementara.

"Ngapain kalian berdiri di depan ruangan aku?" Tanya Alena melihat ke arah mereka dan menyapa mereka seperti biasanya.

Setelah beberapa minggu berinteraksi dengan mereka Alena lebih santai.

Bukan menjawab Alena, Diki malah balik bertanya ke Alena. "Tumben kamu datangnya lambat?" Tanya Diki. "Padahal bos datangnya dari tadi." Lanjut Diki.

"Benar Len." Ucap Dani. "Apa terjadi sesuatu saat kamu di apartemen bos kemaren? secara kan bos suka sama kamu." Lanjut Dani memperhatikan Alena.

"Stop de kalian pikir pak Mahesa suka sama aku, asalkan kalian tahu semenjak aku pergi ke apartemen pak Mahesa kemaren, pak Mahesa gak pernah hubungi aku lagi." Jelas Alena berusaha menyakinkan mereka kalau apa yang mereka pikirkan itu tidak benar. "Jadi gak mungkin pak Mahesa suka sama aku." Lanjut Alena.

"Santai buk bos." Ucap Diki. "Lagian, emangnya ada orang ke perusahaan cuma pergi makan pisang goreng aja. Orang buta juga tahu, kalau bos itu suka sama kamu." Lanjut Diki yang sedikit kesal dengan Mahesa yang bisa memakan pisang goreng buatan Alena waktu itu.

"Enak aja panggil aku buk bos." Ucap Alena yang sengaja menginjak kaki Diki. "Panggil aku Alena." Lanjut Alena.

"Sorry Len, sakit ini." Ucap Diki mengusap sepatunya tadi di injak Alena. "Gak lama kamu juga jadi istri bos, secara bos kan sudah 30 tahun umurnya." Lanjut Diki dalam hati yang tidak berani berbicara secara langsung di depan Alena.

"Sudahlah aku mau masuk dulu, takut pak Mahesa marah lagi." Ucap Alena masuk ke ruangannya dan tidak terlalu memikirkan ucapan Diki dan Dani yang mengatakan Mahesa suka kepadanya.

Alena tidak akan percaya Mahesa suka kepadanya, kecuali Mahesa sendiri yang mengatakannya langsung kepadanya.

"Ayo pergi." Ajak Pandu ke Diki dan Dani yang masih melihat ke arah ruangan Alena yang sudah tertutup. "Jangan ikut campur urusan Alena dan bos, saya gak mau kita harus bekerja lembur lagi." Lanjut Pandu berjalan ke ruangannya yang diikuti Diki dan Dani.

Sedangkan Mahesa yang ada di dalam ruangannya, sedang melihat ke arah telponya yang menampilkan nomor Alena. Semenjak Alena pulang dari apartemennya waktu itu Mahesa menahan dirinya untuk tidak menghungi Alena. Padahal dia sangat merindukan masakan Alena, semenjak memakan masakan Alena waktu itu dia rasa makanan yang dia makan terasa biasa aja.

Selama dua hari ini, Mahesa juga mendesak Alden untuk segera ke Indonesia, walaupun dia tahu jawaban di hatinya sendiri kalau sebenarnya dia memang suka sama Alena, tapi entah kenapa ada sesuatu di dalam dirinya masih tidak mau mengakuinya.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Where stories live. Discover now