Bab 17

13.7K 901 19
                                    

"Kamu gak usah terlalu dekat dengan mereka." Ucap Mahesa dingin yang sekarang sudah duduk di dalam mobil di kursi belakang.

"Maksud bapak?" Tanya Alena heran mendengar ucapan Mahesa, sedangkan sopir yang sudah duduk di samping Alena sudah merasa takut mendengar suara dingin Mahesa.

"Jangan terlalu dekat dengan Diki, Dani dan Pandu." Ucap Mahesa dingin dengan suara seraknya. "Apalagi sampai membuatkan mereka bekal, kamu duga saya gak punya kantin di perusahaan ini." Lanjut Mahesa dingin.

Alena di buat bingung oleh sifat Mahesa dari mulai masuk ke dalam lift sampai saat sekarang ini yang sudah berada di dalam mobil dan kata pertama yang di ucapkan adalah menyuruh Alena untuk tidak terlalu dekat dengan Diki, Dani dan Pandu.

Alena duga awalnya, Mahesa benar-benar akan memecatnya, karena perkataannya waktu itu, tapi dia tidak tahu ternyata Mahesa membawah ena

"Tapi pak, mereka kan rekan saya dalam berkerja dan mereka sudah banyak membantu saya selama bapak perjalanan bisnis dan pekerjaan mereka juga bagus. Jadi sebagai ucapan terima kasih. Saya membuatkan mereka bekal, karena itu yang saya bisa." Ucap Alena tidak suka mendengar ucapan Mahesa.

Mendengar pujian Alena ke Diki, Dani dan Pandu Mahesa semakin cemburu, melihat Alena yang belum sampai satu minggu dia tinggalkan, Alena sudah berani memuji cowok lain di depannya dan juga membuatkan mereka bekal.

"Saya bos kamu." Ucap Mahesa dingin. "dan jangan membantah ucapan saya atau kamu mau saya pecat." Lanjut Mahesa sedikit kesal dengan Alena.

"Saya salah satu sekretaris bapak. Jadi wajar saja saya dekat dengan mereka, sebagai sekretaris bukannya seharusnya kami kompak. " Ucap Alena. "Lagian kenapa bapak melarang saya untuk dekat dengan mereka?" Tanya Alena heran.

"Gak ada alasan." Ucap Mahesa dingin. "Kamu cukup dengerin saya dan gak boleh membantah. Kalau ada yang kamu gak paham tentang pekerjaan kamu dan ada yang kamu tanyakan silahkan langsung temui saya." Lanjut Mahesa dingin.

"Tapi pak..." Belum selesai Alena melanjutkan ucapannya, Mahesa sudah membantah ucapan Alena.

"Kalau kamu berani membantah lagi." Ucap Mahesa. "Saya benar-benar akan pecat kamu." Lanjut Mahesa bersandar di kursi belakang saat merasakan kepalanya kembali sakit.

Alena mendengar ancaman Mahesa tidak berani untuk membanta lagi. "Memang paling benar, kalau pak Mahesa perjalanan bisnis." Ucap Alena di dalam hati.

"Owh iya kita mau kemana pak?" Tanya Alena mengalihkan pembicaraan Mahesa.

Alena juga merasa kasihan melihat sopir yang dari tadi cuma diam mendengar mereka tanpa tahu harus kemana.

Alena merasa kagum melihat sikap profesional Gino, tanpa di suruh Mahesa, Gino sudah menghubungi sopir membantu mereka untuk menyetir mobilnya.

"Apartment."Ucap Mahesa dengan suara seraknya.

"Tapi pak, tadi pak Gino suruh saya antar bapak ke rumah sakit dulu." Ucap sopir itu takut-takut sambil melihat ke arah Mahesa yang duduk di belakang.

Mendengar ucapan sopir tersebut Alena juga kembali melihat ke arah belakang dan melihat wajah Mahesa yang sudah pucat.

"Apartemen." Ucap Mahesa dingin dan bersandar di kursi mobilnya.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit aja pak." Ucap Alena. "Bapak sepertinya sakit." Lanjut Alena

"Kamu masih membantah ucapan saya." Ucap Mahesa dingin dan menutup matanya karena kepalanya terasa semakin pusing.

Alena mendengar itu merasa kesal dengan Mahesa, padahal dia cuma ingin Mahesa pergi ke rumah sakit melihat kondisinya, apalagi Alena lihat Mahesa yang bersandar di kursi mobil sambil menutup matanya.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Where stories live. Discover now