Bab 18

14.9K 972 26
                                    

Sampai di kamar Mahesa, Alena membantu Mahesa untuk melepaskan jas di tubuhnya dan juga membantunya untuk berbaring di tempat tidur.

"Ada yang bisa saya bantu lagi pak?" Tanya Alena setelah melihat Mahesa yang berbaring di tempat tidur.

"Kepala saya pusing." Balas Mahesa jujur. "Kamu bantu saya untuk memijat kecil kepala saya." Lanjut Mahesa.

"Bapak yakin?" Tanya Alena ragu walaupun dia sudah bersentuhan kulit dengan Mahesa, Alena masih ragu untuk bersentuhan lagi dengan Mahesa.

"Cepat." Ucap Mahesa mengambil tangan Alena dan meletakan di dahinya yang ternyata sangat panas.

"Bapak demam." Ucap Alena kaget dan melepaskan tangan Mahesa dari tangannya. "Stok obat bapak ada?" Lanjut Alena lembut dan juga merasa khawatir melihat kondisi Mahesa saat ini.

"Di dalam laci." Ucap Mahesa menunjuk laci yang ada di samping tempat tidurnya. "Tapi saya belum makan siang jadi belum bisa minum obat." Lanjut Mahesa yang di sertai bunyi perutnya.

'krukk'

Mendengar bunyi perut Mahesa, Alena langsung melihat ke arah Mahesa. "Pantas bapak sakit begini, tubuh bapak aja gak bapak jaga." Ucap Alena.

"Saya dari bandara langsung ke perusahaan, mana sempat saya mampir untuk makan siang." Jelas Mahesa.

Baru Alena akan membalas ucapan Mahesa, malah terhenti setelah mendengar bunyi bel apartemen Mahesa.

"Bantu saya membuka pintu." Suruh Mahesa setelah mendengar bunyi bel apartemennya.

"Baik pak." Ucap Alena keluar dari kamar Mahesa.

Membuka pintu apartemen Mahesa, Alena melihat laki-laki yang mengunakan jas putih dan juga ada Gino yang berdiri di sampingnya.

Gino setelah di beritahu sopir tadi kalau Mahesa tidak mau ke rumah sakit, tapi tetep pergi ke apartemen dengan Alena langsung mengajak dokter pribadi keluarga Mahesa untuk pergi ke apartemen Mahesa untuk mengobatinya.

"Saya yakin, bos gak akan mau ke rumah sakit kalau sakit begini." Ucap Gino setelah melihat Alena yang membuka pintu apartemen Mahesa. "Makannya saya langsung bawah kan DOKTER kesini." Lanjut Gino sedikit teriak supaya di dengar Mahesa di dalam kamarnya.

Gino sudah tahu kalau Mahesa tidak akan mau ke rumah sakit kalau dia sakit begini, selain untuk pemerikasaan kesehatan yang dia lakukan sekali tiga bulan dan juga pemerikasaan traumanya terhadap perempuan itupun di paksa mamanya, Mahesa tidak akan pergi ke rumah sakit.

Intinya Mahesa akan pergi ke rumah kalau itu sangat penting menurutnya.

"Silahkan masuk pak." Suruh Alena ke Gino dan dokter tersebut.

"Sebenarnya bos gak mau ke rumah sakit itu, karena gak mau disuntik." Ucap Gino yang jiwa gosipnya kembali muncul dan mengeraskan suaranya supaya di dengar Mahesa.

Gino juga ingin membalas dendam ke Mahesa, karena gara-gara Mahesa sampai sekarang dia masih bermusuhan dengan pacarnya nomornya juga sudah di blokir, apalagi saat dia pulang perjalanan bisnis ternyata pacarnya pergi jalan-jalan keluar negeri dengan temannya, padahal dia juga sudah menyiapkan hadiah spesial untuk pacarnya itu.

"Yang benar aja pak, seorang pak Mahesa yang dingin dan galak serta suka memerintah ternyata takut di suntik."  Ucap Alena merasa tidak percaya mendengar ucapan Gino. "Pantas saja dari tadi bapak Mahesa menolak di ajak ke rumah sakit, ternyata takut di suntik, padahal ke rumah sakit gak harus di suntik juga." Lanjut Alena menggelengkan kepalanya mengetahui salah satu sifat kekanak-kanakan Mahesa.

"Jangan anggap bos terlalu sempurna." Ucap Gino. "Dia juga ada kekurangannya." Lanjut Gino terus berjalan menuju kamar Mahesa dengan Alena dan dokter.

Saat Alena akan membuka pintu kamar Mahesa ternyata pintu kamarnya terkunci.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang