Bab 8

14.8K 877 9
                                    

"Kita mau kemana pak?" Tanya Alena yang duduk di samping Mahesa, saat melihat ke jalan ada beberapa rumah mewah yang mereka lalui.

Walaupun Alena tidak kekurangan uang tapi dalam hidupnya baru kali ini dia melihat rumah yang begitu mewah dan sangat indah.

"Kita mau ke rumah saya." Balas Mahesa fokus menyetir mobil.

"Apa?" Ucap Alena kaget. "Kenapa bapak gak ngomong dari awal?" Lanjut Alena.

"Ini saya ngomong sama kamu." Ucap Mahesa santai dan terus mengendarai mobilnya.

"Saya baru kali ini Lo ke rumah bapak, seharusnya saya bawa sesuatu untuk orang tua bapak." Jelas Alena, karena dari dulu orang tuanya selalu mengigatkan, kalau dia pergi ke rumah temanya maupun orang lain. Lebih baik dia membawa sesuatu walupun cuma kecil dan tidak terlalu berharga.

Alena juga penasaran seperti apa mama bosnya, sehingga dia dengan mudah menyuruh Alena sebelumnya untuk bekerja di perusahaan Mahesa.

"Gak perlu." Balas Mahesa. "Mama saya ingin bertemu sama kamu, saya jadi curiga kalau kamu mengunakan guna-guna ke mama saya." Lanjut Mahesa, karena setahu Mahesa mamanya mencari kan dia perempuan berpendidikan tinggi lulusan luar negeri dan memiliki latar belakang.

Bukan seperti Alena, saat dia lihat berkas Alena, dia berasal dari kampung dan kampus dia kuliah sebelumnya juga tidak ternama.

"Bapak jangan asal ngomong, dosa bapak menuduh saya sembarangan." Ucap Alena kesal mendengar ucapan Mahesa. "Seharusnya bapak itu terimakasih ke saya, karena telah menyelamatkan mama bapak." Lanjut Alena kesal.

"Bukanya saya sudah memberikan kamu pekerjaan di perusahaan saya." Balas Mahesa dingin. "dan itu sudah lebih dari terimakasih." Lanjut Mahesa menatap Alena.

"Terserah bapak." Ucap Alena yang tidak tahu cara berkomunikasi lagi dengan Mahesa yang menganggap apa yang dia katakan selalu benar.

"Hmm.." dehem Mahesa. "Silahkan turun, kita sudah sampai." Lanjut Mahesa yang segara turun dari mobilnya takut Alena akan membukakan dia pintu, sehingga dia akan di omeli mamanya lagi.

Turun dari mobil Mahesa, Alena di kaget kan melihat rumah di depannya yang sangat besar dan juga sangat bagus. Dari luarnya aja, orang akan tahu kalau pemilik rumahnya bukan orang sembarangan.

"Ayo masuk." Ajak Mahesa menyuruh Alena untuk mengikutinya. "Jangan ngomong aneh-aneh sama mama." Lanjut Mahesa.

"Hmm." Dehem Alena mengabaikan ucapan Mahesa, karena massih kagum melihat rumah yang ada di depannya.

Mehasa yang melihat Alena yang mengabaikannya, kembali memanggil Alena.

"Ayok masuk." Ucap Mahesa lagi yang buat Alena kembali sadar dan melihat ke arah Mahesa yang ternyata sudah beberapa langkah di depannya menuju pintu.

"Tunggu." Balas Alena dan mempercepat langkahnya untuk mengejar Mahesa.

Masuk kedalam rumah, Alena kembali dibuatkan kagum, melihat dekorasi rumah orang tua Mahesa yang begitu mewah dan di dalam ruangannya juga begitu luas serta dipenuhi barang-barang yang Alena yakini pasti sangat mahal.

"Tante sudah nunggu kamu dari tadi." Ucap mama Mahesa menghampiri Alena.

Melihat ibuk-ibuk di depannya, Alena yakin kalau ibuk tersebut mama bosnya. Melihat mama bos di depannya yang ternyata kelihatan masih muda dan tidak seperti ibuk-ibuk yang memiliki anak se usia Mahesa.

"Iya Tante." Balas Alena tersenyum.

"Ayok ikut Tante." Ajak mama Mahesa mengandeng tangan Alena untuk mengikutinya untuk duduk ruang tamu.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang