chapter 01.

15.2K 539 42
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Gilang Pangestu, mahasiswa teknik semester 4 dari salah satu universitas ternama swasta. Tengah bekerja keras mengerjakan laporan praktek yang harus diserahkan pada hari senin sebelum pukul 10 pagi.

Salahnya sendiri, tidak mengerjakan laporan dari jauh-jauh hari. Sebelum pergi berlibur ke puncak bersama pacarnya sekarang dia pusing sendiri karena harus mengejar waktu.

Dari pagi dia hanya berkutat dengan laptop, jarinya bergerak cepat diatas keyboard sambil sesekali memperbaiki kacamatanya yang melorot. Saking sibuknya Gilang tidak sempat untuk sarapan dan sekarang susah jam 4 sore.

Jujur saja dia merasa lapar, tapi ditahan karena tidak ingin membuang lebih banyak waktu untuk pergi keluar mencari makan atau sekedar membuat mie instan.

Perutnya sudah terasa perih dan sakit, tapi Gilang abaikan karena laporannya lebih penting. Waktu tinggal sedikit tapi baru selesai setengahnya belum lagi waktu untuk mencetak dan menjilid laporannya.

Beruntung Gilang mempunyai printer sendiri di kos dan untuk menjilid dia bisa sendiri karena waktu jadi mahasiswa baru dia pernah bekerja paruh waktu di toko percetakan.

Setidaknya dia tidak perlu khawatir tentang dua hal itu, tapi yang jadi masalah sekarang adalah laporannya yang belum selesai di ketik karena konsentrasinya buyar akibat rasa mual dan perih pada perutnya.

"Gue makan dulu aja perut gue dah sakit" Gilang beranjak dari depan laptop

Sebelum makan dia mengambil satu butir obat asam lambung agar saat makan nanti tidak muntah.  Setelah itu dia mengambil jaket dan keluar mencari makan Gilang sudah tidak kuat lagi menahan lapar.

Tujuannya adalah warteg yang ada di depan gang tidak jauh dari kosan tempatnya tinggal. Selain makanannya enak harganya juga ramah untuk anak kos sepertinya kadang jika beruntung pemilik warteg akan memberikan gratis teh tawar dan bakwan.

"Darimana aja Lang kok baru lihat ibuk" Saat Gilang masuk sapaan ramah pemilik warteg menyambutnya.

"Abis liburan ke puncak Bu pas libur panjang kemarin, Gilang pesen menu kayak biasanya ya Bu"

"Kirain ibu kamu pulang ke rumah, makanya gak kelihatan" keduanya berbincang ringan sambil pemilik warteg menyiapkan pesanan Gilang.

"Ini nasi pake tumis pare, kering kentang sama bakwan jagung" Gilang segera menyantap makanan yang sudah di sajikan.

Menu makanan yang sering Gilang pesan saat makan di warteg ini adalah tumis pare, kering kentang dan bakwan jagung. Kadang-kadang dia juga memesan ayam jika ingin, tapi hari ini tidak dulu karena harus cepat kembali mengerjakan laporan praktek nya.

Setelah membayar Gilang kembali ke kos berkutat dengan laporan praktek nya yang baru selesai setengahnya. Di meja kecil didekatnya ada segelas kopi dan cemilan tahu ranjau yang tadi di belinya.

Seharusnya Gilang mengurangi konsumsi kopi dan makanan pedas agar asam lambungnya tidak semakin parah, tapi dia tidak bisa jika harus lepas dari dua hal itu mungkin karena sudah kecanduan.

Gilang memang tidak merokok seperti kebanyakan cowok, dia lebih suka kopi dan jajan pedas layaknya cewek mungkin karena sering menuruti kemauan pacar-pacarnya sewaktu SMA Gilang jadi menyukai makanan pedas.

Saat Gilang tengah fokus mengerjakan laporan praktek nya ponselnya berdering menampilkan nama Tunggal Pratama, dengan cepat Gilang mengangkat telfonnya karena tidak ingin dimarahi Abang sepupunya ini.

"Halo bang kenapa?" Gilang memilih untuk long speaker agar bisa mengetuk dengan bebas.

"Abang mau mampir ke kos hari minggu jadi jangan keluar sama pacar lo"

"Iya-iya bang gue bakal di kos"

"Awas aja, kalo sampek gue kesana kagak ada orang lo bakal gue geprek" Gilang merinding mendengar ancaman abang sepupunya ini.

"Iya, abang kalo kesini jangan lupa bawa makanan ya"

"Iya, abang cuma mau bilang itu telfonnya abang tutup mau balik kerja lagi"

Setelah telfon terputus Gilang langsung melihat kamar kosnya yang berantakan, dimana ada baju kotor berserakan di lantai dan bungkus makanan ringan di sudut kamar. Dia menghela nafas panjang karena harus merapikan kamarnya sebelum abang sepupunya datang.

Jika melihat kamarnya yang seperti kandang babi, abangnya akan langsung memberikan omelan yang panjangnya mengalahkan kereta api batu bara.

"Nanti aja lah di rapihin gue harus ngerjain laporan dulu" Gilang kembali mengerjakan laporannya yang sangat penting.

Abang sepupunya pasti sampai di minggu pagi jadi masih ada waktu untuk membersihkan ini besok, jadi sebaiknya selesaikan laporan dulu agar bisa beristirahat setelah membersihkan semua ini.

Gilang bekerja lembur untuk menyelesaikan laporan praktek nya dan itu baru selesai di pagi hari. Dia hanya beristirahat sebentar sebelum bergerak merapikan kamar kostnya yang sudah seperti kandang babi.

Perutnya yang keroncong hanya di isi dengan segelas kopi dan sepotong roti tawar, meski tidak bisa mengenyangkan setidaknya perutnya tidak kosong atau asam lambungnya akan naik seperti semalam yang membuatnya harus mual berkali-kali hingga memperlambat pekerjaan tugasnya.

Meski dokter sudah memperingatkan untuk tidak mengkonsumsi kopi dan harus menjaga pola makan, Gilang masih kerap mengabaikan dengan meminum kopi dan makan seingatnya saat sedang sibuk-sibuknya, selama belum tumbang Gilang tidak akan mengikuti pantangan dokter.

Hidup itu singkat jadi dinikmati saja jangan terlalu memikirkan banyak hal yang tidak perlu seperti mengikuti diet atau larangan dokter untuk tidak memakan makanan tertentu, karena bagi Gilang setiap manusia butuh makan untuk hidup jadi kenapa harus dilarang untuk makan.

"Aduh sakit banget perut gue padahal udah makan, repot bener dah dikasih makan sakit gak dikasih apalagi" Gilang mengelus perutnya yang terasa panas dan nyeri pada ulu hati.

Dia baru saja selesai membersihkan kamar kos dan mandi tapi perutnya tidak bisa diajak kerja sama karena rasa nyeri dan panas semakin terasa dan jika nanti dia memaksa untuk makan maka akan mual.

Gilang ingin mengambil obat yang ada di laci di samping kasur tapi tidak sanggup, rasa sakitnya akan semakin terasa saat dibuat bergerak. Keringat dingin bermunculan di pelipisnya, Gilang meringkuk kesakitan di ranjang.

Sepertinya sakit kambuh lebih parah dari biasanya karena sudah tiga hari ini Gilang mengkonsumsi kopi dan saat di puncak kemarin dia minum alkohol, jelas pola makan berantakan ditambah dengan mengkonsumsi alkohol dan kopi memperparah kondisinya.

Jika dia ke dokter yang biasa menanganinya pasti akan mendapat jawaban sarkas dan tatapan datar. Karena sudah bosan mengingatkan dan memberikan pantangan makanan tapi Gilang abaikan dan memilih untuk di rawat di rumah sakit.

"Bang cepetan dateng gue udah gak tahan" Rasanya sangat menyakitkan hingga membuat Gilang ingin menangis.

Meski sering mengalami ini entah kenapa rasa sakit yang dirasakan kali ini benar-benar menyiksanya sampai merasa jika nyawanya bisa saja hilang, Gilang tentu tidak mau mati dengan cara konyol seperti itu rasanya tidak estetik sekali jika meninggal karena asam lambung.

Jika mati karena penyakit dia harap penyakitnya yang sedikit lebih buruk seperti kanker atau jantung agar jika nantinya dia menjadi hantu tidak akan di bully hantu senior karena mati muda gara-gara penyakit asam lambung.

###

TBC

gaes Yaya bawa cerita baru semoga suka ya

Love DiagonosisWhere stories live. Discover now