Chapter 23.

3.2K 144 14
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Matahari mulai tinggi dan cahaya masuk dari jendela yang gorden nya tidak di tutup membuat tidur nyenyak Gilang terganggu, Gilang menggeliat sebentar saat menyadari ada yang memeluknya.

Gilang langsung berbalik saat ingat jika dia semalam tidur sendirian dan sedang ada di Bali buka rumah apalagi apartemen Rizal. Wajah Gilang langsung berubah jadi datar saat melihat wajah tampan Rizal yang menatapnya lekat.

Tanpa bicara Gilang melepaskan rangkulan Rizal dan beranjak dari ranjang untuk pergi mandi, Rizal yang melihat Gilang mengacungkan nya hanya bisa menghela nafas sabar. Reaksi Gilang jauh berbeda dari dugaannya membuat Rizal ketakutan lagi, bagaimana jika Gilang benar-benar tidak ingin memaafkannya.

"Sini saya bantu mengeringkan rambutnya" Rizal membawa handuk kecil dan membatu Gilang mengeringkan rambutnya, Rizal tetap bersikap lembut seperti biasanya.

Gilang sendiri tidak menganggap jika Rizal ada di sekitarnya, Gilang benar-benar tidak peduli dengan keberadaan Rizal yang mengekori nya. Rizal sendiri terus mengikuti setiap pergerakan Gilang meski dirinya dianggap transparan, Rizal tidak akan menyerah untuk mendapatkan maaf dari Gilang.

Tapi sudah seharian Gilang tetap tidak membuka suaranya, Rizal mulai tidak tahan lebih baik Gilang memaki atau memukulnya dibandingkan harus diam seperti itu. Rizal sudah mengajak Gilang berbicara tapi tidak mendapatkan respon sama sekali, Rizal sudah tidak tahan masalahnya dengan Gilang harus segera di luruskan.

"Gilang jangan diam seperti ini, kamu boleh pukul saya atau maki-maki saya asal kamu mau memaafkan saya" Rizal menaruh tangan Gilang di pipinya, mengisyaratkan agar Gilang memukulnya.

Gilang yang awalnya diam memberikan satu tamparan keras tidak hanya itu pukulan dilayangkan, Gilang sudah menahannya sedari tadi tapi Rizal malah memancingnya untuk melampiaskan kekesalannya.

"Ayo pukul lagi, lampiaskan emosi kamu" Rizal tidak kapok meski sudah mendapat pukulan.

Sejak tadi Gilang mengabaikan Rizal agar tidak kelepasan menghajar Rizal, sekarang Gilang akan benar-benar memukul Rizal lagipula pria itu sendiri kan yang memintanya jadi Gilang mengabulkannya.

"Pak dokter itu brengsek tau gak, janji bakal setia tapi malah sama cewek lain" Gilang melayangkan pukulan-pukulan kearah Rizal guna melampiaskan emosinya.

Rizal hanya diam menerima setiap pukulan yang Gilang layangkan, jangan tanya bagaimana rasanya tentu saja sakit tapi bagi Rizal tidak masalah. Setelah Gilang lebih tenang dan semua yang dipendamnya di keluarkan Rizal akan mejelaskan apa yang terjadi.

"Kalo pak dokter cuma butuh ngewe mending cari uke lain yang emang cuma butuh ngewe jangan gue!" Satu pukulan terakhir yang Gilang layangkan benar-benar keras Rizal sampai meringis.

Tubuh Gilang merosot ke bawah, seperti anak kecil Gilang menangis dengan menaruh kepalanya diantara kedua lutut, bahunya bergetar hebat sejak kemarin banyak pemikiran negatif yang memenuhi otaknya. Gilang benar-benar kalut tidak bisa berpikiran jernih, di otaknya Rizal sebenarnya tidak menginginkannya itu kenapa dia selingkuh dengan dokter Vani.

Rizal yang melihat Gilang menangis tersedu-sedu memeluknya, penampilan Rizal sudah babak-belur sudut bibir nya robek dan wajah tampannya yang dihiasi memar.

"Keluarkan semuanya jangan ada yang di tahan" Rizal mengelus punggung Gilang dan memintanya untuk mengeluarkan semua yang dipendam.

"Kenapa pak dokter jahat sama gue?, kalo emang gak suka meding bilang jangan selingkuh" Gilang tidak masalah jika Rizal mengatakan tidak menyukainya nanti dia akan pergi meski akan patah hati setidaknya tidak sesakit tau jika Rizal selingkuh.

"Saya gak akan melepaskan kamu" Rizal sudah jika melepaskan Gilang, dia sudah lama memendam perasaannya dan sekarang Gilang sudah di pelukannya tidak mungkin akan di lepaskan dengan mudah.

"Kenapa pak dokter selingkuh, gue tau mungkin gue gak semenarik uke lain tapi jangan selingkuh" Gilang menyadari jika dirinya masih belum seperti uke yang dilihatnya di sosial media tapi kan dia sedang berusaha.

"Siapa bilang saya selingkuh, semua itu salah paham dan kamu itu benar-benar menarik Gilang" Rizal benar-benar tidak selingkuh, dan Gilang benar-benar menarik sampai Rizal ingin mengurungnya untuk diri sendiri.

"Pak dokter bohong kalo bukan selingkuh foto sama dokter Vani itu apa" Gilang melepaskan rangkulan Rizal dan menatapnya tajam, dokter ini sudah ketahuan selingkuh masih saja mengelak.

"Gilang dengarkan penjelasan saya okey, foto yang kamu kirimkan itu memang benar tapi saya bukanya sengaja untuk ikut merayakan dan kenapa saya tidak mengangkat telfonnya karena hp saya mati" Rizal mengumpati siapapun yang mengunggah foto itu, apes nya kenapa pengambilan gambarnya hanya menampakkan dirinya yang paling banyak.

"Terus pak dokter bisa jelasin kenapa waktu itu jalan berdua sama dia di mall, terus kenapa pak dokter juga belain dia waktu di rumah sakit dan masih satu lagi siluman ulat bulu itu kirim foto pelukan sama pak dokter"

"Dengar baik-baik dan jangan potong, kejadian yang di mall itu saya tidak bohong soal makan bersama dokter lain hanya saja setelah selesai saya berniat mencarikan skincare untuk kamu yang berjerawat" Rizal menatap mata Gilang agar Gilang mengerti jika semua yang di katakan jujur.

"Kebetulan dokter Vani menawarkan untuk membatu, dokter Vani perempuan jadi lebih mengerti tentang skincare dibandingkan saya, dan kejadian yang di rumah sakit saya minta maaf saya hanya tidak ingin kamu bertindak kasar seperti itu" Rizal melanjutkan penjelasannya, dia menjelaskan dengan perlahan agar Gilang mengerti.

"Terus soal foto pelukan itu pak dokter bisa kasih alasan apa lagi" Untuk dua hal lainnya memang bisa Gilang terima penjelasannya tapi untuk foto pelukan Gilang benar-benar butuh penjelasan yang logis.

"Foto pelukan?, saya tidak pernah berpelukan dengan dokter Vani atau perempuan lain kamu jangan ngelantur" Rizal memang mengakui untuk kesalah pahaman yang terjadi tapi untuk foto pelukan Rizal tidak pernah melakukan.

Gilang langsung bangkit untuk mengambil ponselnya dan menunjukan foto yang di kirim dokter Vani. Rizal melihatnya dengan seksama dan membaca juga DM yang di kirimkan, ada yang aneh kenapa dia merasa jika badannya jadi lebih kecil dan setelah di zoom ternyata itu hasil editan.

"Kamu ini kenapa bodoh, ini hanya foto editan Photoshop kamu lihat sendiri bagian wajah saya terlihat lebih panjang" Rizal memberikan satu sentilan di kening.

"Ya mana tau sih waktu lihat itu kan langsung kesel di tambah sebelumnya pak dokter mencurigakan" Gilang cemberut, rugi dong dia kabur ke Bali kalo akhirnya gak jadi galau padahal niatnya ingin buat vidio sinematik dengan lagu galau untuk di posting di sosmed.

"Semua sudah jelaskan?, sekarang ayo kita rayakan hari jadi kita yang ke seratus hari" Rizal langsung menggendong Gilang seperti karung beras untuk masuk ke kamar.

"Gak mau acaranya udah batal" Gilang meminta untuk di turunkan, lagipula dia masih kesal dengan Rizal jadi batalkan saja acaranya.

"Rugi kalo batal, kamu kan sudah siap sampai beli mainan segala" Rizal memberikan satu tamparan di pantat Gilang yang semakin montok.

Gilang balas memukul punggung Rizal, kenapa Gilang lupa untuk memasukan mainannya kedalam kotak, Rizal pasti melihatnya sejujurnya Gilang agak menyesal setelah tau itu mainan apa tapi karena terlanjur di beli dan Gilang ingin menyenangkan Rizal jadi dia pakai.

"Tolong Gilang mau di perkosa om-om" Gilang berteriak saat pintu kamar di tutup, ya siapa juga yang akan mendengar teriakan Gilang.

###

TBC

Mereka dah baikan gaes dan sepertinya akan ngewe

Love DiagonosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang