chapter 02.

8.6K 417 26
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Entah sudah berapa lama Gilang menahan rasa sakit hingga kesadarannya mulai menipis, saat akan pingsan dia melihat ada seseorang yang membuka pintu kamarnya.

"Tolong" Gilang mengulurkan tangannya sebelum pandangan berubah jadi gelap.

"Gilang, kenapa lo tiba-tiba pingsan" Abang sepupu Gilang yang baru saja datang di buat kaget dengan keadaan Gilang yang sepertinya sekarat.

Karena takut terjadi sesuatu Tunggal memanggil ambulans untuk membawa Gilang ke rumah sakit, kedatangan ambulans tentu membuat penghuni kost yang ada di kost langsung panik apalagi mereka melihat salah satu penghuni kost dibawa dengan ambulans dengan keadaan tidak sadarkan diri.

Tunggal benar-benar panik sampai-sampai dia meninggalkan kamar kost Gilang tanpa terkunci, lagipula siapa yang tidak kaget saat baru datang di suguhkan dengan pemandangan orang sekarat padahal malamnya masih sempat bertelepon.

Di rumah sakit Tunggal hanya bisa menunggu Gilang mendapatkan penanganan dokter dengan cemas, alasan mengapa dia sering mengunjungi Gilang di kost karena menghawatirkan kehidupan adik sepupunya.

Sejak SMP Gilang tinggal dengan keluarga Tunggal karena orangtuanya meninggal di kecelakaan pesawat, karena pilih-pilih makanan dan tidak akan makan jika tidak suka Gilang jadi punya asam lambung dan seiring berjalannya waktu jadi semakin parah karena pola makannya yang tidak teratur.

Saat di rumah mungkin ibunya akan mengontrol makanan Gilang, tapi semenjak jadi anak kuliahan dan tinggal sendiri di kost pola makannya kembali berantakan. Tunggal menduga jika tumbangnya Gilang kali ini pasti karena sering telat makan dan mengkonsumsi banyak makanan mengandung gas dan kafein.

"Keluarga pasien" Tunggal menghampiri perawat yang keluar dari UGD

"Bagaimana keadaan adik saya suster"

"Pasien mengalami kenaikan asam lambung karena pola makan yang tidak teratur dan membutuhkan perawatan untuk beberapa hari kedepan, pasien akan di pindahkan ke ruang inap jadi tolong urus admistrasi di bagian depan" Setelah mengucapkan terimakasih Tunggal langsung menuju bagian administrasi untuk mengurus semua prosedur.

Setelah menyelesaikan semuanya Tunggal langsung menuju ruang inap Gilang untuk mengecek keadaanya. Rasanya dia ingin mengomel panjang lebar pada Gilang, tapi niat itu sirna saat melihat adik sepupunya bisa tidur dengan tenang tidak ada lagi keringat dingin dan rintihan kesakitan.

Tunggal menghela nafas "Untung aja tadi abang cepet dateng kalo nggak, gimana keadaan kamu" Tunggal mengelus rambut Gilang dan memilih untuk duduk di kursi.

Mengirimkan pesan pada sang mama untuk memberi kabar jika Gilang kembali masuk rumah sakit. Gilang pasti akan menyalahkan nya karena memberitahu mamanya jika dia masuk rumah sakit, biarkan saja Gilang mendapatkan omelan panjang dari mamanya untuk hal ini.

Tunggal berharap jika mamanya akan menyeret kembali Gilang untuk pulang ke rumah dan bukannya tinggal di kost, dia masih tidak mengerti kenapa Gilang memilih tinggal di kost padahal rumahnya juga tidak begitu jauh dari kampus hanya satu jam perjalanan jika macet.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore, Tunggal melihat Gilang sebelum meninggalkan ruangan untuk pergi membeli makanan di kantin.

Hanya selang beberapa menit setelah Tunggal pergi Gilang membuka matanya menguap sebentar, sebelum akhirnya duduk perutnya sudah tidak terlalu sakit meski masih terasa mual.

Gilang menoleh menatap sekitar mencari orang yang mengantarnya ke rumah sakit. Saat akan pingsan pandangannya kabur jadi dia tidak melihat dengan jelas orang yang masuk ke kamarnya.

Pintu terbuka dan Gilang melihat suster yang mendorong troli berisi makanan di belakangnya ada sosok jangkung mengenakan jas putih khas seorang dokter

"Halo Gilang ini makanan kamu tolong di habisin ya, jangan nyuruh orang lain buat makan" Gilang menerima dengan senyum manis seporsi makanan bergizi ala rumah sakit.

"Suster Anna jangan khawatir, Gilang pasti abisin kok" Gilang mengedipkan matanya dengan genit yang di balas gelengan kepala oleh perawat tersebut.

"Sakit aja masih genit, cepet baring lagi biar saya periksa kamu" Gilang menaruh makanan itu di meja samping dan kembali berbaring dengan cemberut. Dokter satu ini selalu saja galak, keningnya akan mengerut sampai kedua aksi tebalnya menyatu.

Karena sering bolak-balik masuk rumah sakit banyak dokter dan perawat yang mengenalnya, salah satunya adalah dokter jangkung bernama Rizal ini, sebenarnya bisa di bilang jika Gilang adalah pasien tetap dokter Rizal.

"Kamu ngapain konsumsi alkohol dan kopi di tambah lagi pola makan kamu yang berantakan, mau mati muda kamu" Dokter Rizal sebenarnya cukup muak menerima pasien seperti Gilang, jika di kasih pantangan hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

"Amit-amit gue mati muda, pak dokter kalo ngomong jangan asal dong" Gilang melotot kearah dokter tampan itu, enak saja dia di sumpah kan mati muda.

"Kalo gak mau mati muda kamu nurut sama perkataan saya jangan bandel kayak gini" Sebenarnya mengatakan hal ini menyalahi kode etik sebagai dokter, tapi dokter Rizal benar-benar gemas dengan tingkah Gilang.

"gue sebenarnya gak sengaja pak dokter, gue minum kopi gara-gara harus lembur ngerjain tugas yang di kumpul hari Senin" Gilang ingat tugasnya yang dikerjakan mati-matian "pak dokter hari ini hari apa?" Gilang bertanya dengan panik takut jika sudah telat untuk mengumpulkan tugas.

"Masih minggu malam, kamu gak usah lebay pakai tanya ini hari apa"

"Bukan gitu gue takut aja, kalo gue tidur kelamaan terus udah lewat waktu ngumpulin tugas" Gilang tidak bisa menerima jika itu terjadi karen semua usahanya untuk menerjemahkan tugas itu akan jadi sia-sia.

"Kamu gak koma ya, jadi jangan aneh-aneh lagian lagi sakit kenapa mikir tugas" Dokter Rizal benar-benar bingung dengan kelakuan aneh pasiennya ini.

"Tugas itu penting banget dokter, kalo gue gak kumpulin besok sebelum jam sepuluh nilai gue bakal kosong"

"Jangan mikir tugas lagi, sekarang kamu makan saya bakal awasi kamu makan" Dokter Rizal memberikan makanan yang tadi dan menarik kursi agar bisa duduk di samping ranjang pasien.

Gilang makan bubur yang terdapat irian kecil sayuran dengan cemberut meski rasanya tidak buruk tetap saja Gilang tidak suka makan bubur, dia lebih suka nasi hangat yang dimakan dengan lauk sambal terasi dan ayam goreng.

"Dokter gak harus kerja kok di ruangan gue?" Gilang menatap curiga dokter Rizal yang masih duduk tenang di ruangannya.

Dia sudah selesai makan dan sekarang tengah memakan buah pisang yang tersedia sebagai pencuci mulut.

"Bagian tugas jaga saya sudah selesai"

"Kenapa dokter gak langsung pulang,  terus kenapa milih masih disini?"

"Kenapa kamu jadi banyak tanya gini"  Dokter Rizal mencubit pipi Gilang untuk melampiaskan rasa gemas dan frustasinya mendengar rentetan pertanyaan Gilang.

Menghadapi Gilang jauh lebih melelahkan dibandingkan dengan anak kecil yang sedang tantrum, jika dibiarkan lebih lama maka akan muncul berbagai pertanyaan aneh yang mungkin google juga tidak bisa menjawabnya.

"Dokter kenapa ya manusia itu otaknya gak bisa kayak CPU komputer yang chipset nya bisa diganti sesuai kebutuhan" Belum ada satu jam Rizal bersama Gilang pertanyaan aneh itu sudah muncul.

"Karena otak kamu bukan elekronik" Rizal harus sabar untuk menjawab pertanyaan aneh Gilang, dia seakan jadi google untuk pertanyaan aneh Gilang.

###

TBC

Love DiagonosisWhere stories live. Discover now