Chapter 21.

2.7K 139 15
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Gilang tengah berdiri di cermin untuk melihat penampilannya. Gilang sudah memakai telinga kucing dan sweater kebesaran berwana abu-abu milik Rizal, kakinya hanya terbalut kaos kaki pendek. Gilang tidak mengenakan celana hanya celana dalam model g-string.

"Ini beneran cara pakainya di masukin ke pantat." Gilang mengamati ekor kucing yang bagian pangkalnya terdapat besi berbentuk seperti telur.

Tadi Gilang sudah mencari cara pakainya dan sekarang dia sedikit ragu untuk memasukan benda itu ke lubang analnya. Rasanya benar-benar aneh saat besi dingin gitu bersentuhan dengan kulitnya.

"Ayolah pasti bisa semuanya demi pak dokter." Gilang menyemangati dirinya sendiri agar bisa memberikan kejutan yang sempurna untuk Rizal.

Setelah beberapa percobaan benda itu berhasil masuk. Gilang menghela nafas lega meski ada rasa tidak nyaman karena benda itu terasa mengganjal.

Gilang melihat jam ternyata sudah pukul enam sore pasti sebentar lagi Rizal akan pulang ke rumah seperti janjinya. Gilang tidak berani duduk di sofa karena ekor kucing nya semakin masuk ke dalam.

"Gak buruk juga lama-lama." Gilang sudah mulai terbiasa dengan benda yang bersarang di lubang analnya.

Karena lucu saat di pakai berjalan Gilang jadi menggoyang-goyangkan pantatnya. Didepan cermin Gilang tertawa bahagia, Gilang tidak lupa mengambil foto dengan beberapa gaya ada yang manis ada yang seksi.

Gilang terlalu antusias dengan mainan barunya sampai tidak sadar jika sekarang sudah jam tujuh malam tapi Rizal belum pulang. Gilang menaruh ponselnya dan berjalan ke ranjang untuk duduk menunggu Rizal pulang.

Gilang menunggu dengan sabar tapi Rizal masih belum pulang, ini sudah sangat terlambat kenapa Rizal tidak mengabarinya jika pulang terlambat. Gilang khawatir jika Rizal mengalami musibah di perjalanan pulang, bisa saja Rizal kecelakaan saat buru-buru pulang.

"Pak dokter kemana sih?" Gilang membuka ponselnya berharap ada satu pesan saja dari Rizal tapi room chat nya tetap kosong.

Gilang mengirimkan pesan suara tapi hanya centang satu, tidak menyerah Gilang mencoba untuk menelfon berharap Rizal mengangkat telponnya. Sudah beberapa kali mencoba tetap tidak tersambung hanya suara operator yang menjawab.

"Pak dokter jangan buat panik dong." Awalnya Gilang hanya berharap Rizal kehabisan kuota jadi tidak bisa menjawab pesan WhatsApp nya tapi sudah dihubungi dengan telfon reguler tetap tidak bisa.

Tidak menyerah Gilang mencoba untuk mencari Instagram milik pekerja di rumah sakit. Gilang mencari satu persatu staf mana yang online dan mengirimkan pesan tapi tidak ada yang membalas.

Gilang semakin panik karena tidak mendapatkan jawaban hanya suster Anna yang membalas pesannya mengatakan jika tadi dia bertemu dengan dokter Rizal yang ingin pulang.

Kekhawatiran Gilang semakin menjadi-jadi membacanya. Rizal sudah pulang dari jam 6 tadi seharusnya sekarang sudah di rumah meski harus mampir ke tempat lain. Jarak dari rumah sakit ke apartemen hanya beberapa menit.

"Tenang Gilang jangan panik, kalo panik gak akan bener semuanya." Gilang mencoba untuk menenangkan diri, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan.

Setelah tenang Gilang kembali lagi mencari staf rumah sakit yang bisa dimintai informasi. Sampai Gilang menemukan sebuah postingan baru di Instagram milik dokter Riyan. Ada beberapa orang yang berkerumun mengelilingi dokter Vani sambil membawa confetti, kue dan kotak hadiah.

Love DiagonosisWhere stories live. Discover now