Chapter 19.

2.9K 136 5
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Gilang sampai rumah setelah Rizal, tanpa banyak bicara Gilang langsung masuk untuk mandi tingkahnya yang tidak biasa jelas membuat Rizal kebingungan. Gilang tidak biasanya jadi pendiam bahkan saat pulang tidak ada pelukan atau ciuman padahal biasanya akan langsung memeluknya dan menceritakan apa yang terjadi hari ini.

Jarang-jarang Gilang badmood seperti ini, Rizal memeriksa tas belanjaan Gilang dan menemukan ada tiga potong baju dan skincare dari salah satu merek terkenal. Rizal merasa tidak ada yang salah dengan Gilang tapi kenapa mendadak jadi pendiam padahal biasanya mengoceh seperti burung beo.

"Kamu kenapa?, ada masalah di kampus." Rizal mengambil alih handuk yang di pakai Gilang untuk mengeringkan rambut. Gilang sendiri tidak menolak saat Rizal membantunya dan langsung duduk di karpet dekat dengan ranjang.

"Gak ada masalah cuma gak mood aja." Gilang tidak ingin mengatakan apa yang di lihatnya tadi, dia masih belum siap dengan jawaban Rizal nantinya dan juga agar memudahkan Gilang mencari informasi tentang perselingkuhan Rizal dan dokter Vani.

"Gak mood kenapa kan baru aja belanja tadi, masih ada yang kurang?" Rizal bertanya dengan lembut, tidak biasanya Gilang memendam perasaan tidak nyamannya dan juga kenapa Gilang jadi sungkan untuk menghabiskan uangnya.

"Gak usah dibahas pak dokter nanti makin gak mood." Gilang tidak ingin membahas ini terus-menerus karena takut jika tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya kepada Rizal.

Gilang memilih diam saja dan besok dia akan mulai mencari bukti perselingkuhan Rizal dan dokter Vani, dimulai dari ponsel Gilang akan mencarinya disana.

"Pak dokter pinjam hp dong." Gilang mendongak untuk melihat Rizal yang duduk di ranjang.

"Tumben pinjem hp saya, kenapa?" Rizal kebingungan sendiri tidak ada hujan atau badai Gilang ingin meminjam ponselnya.

"Ya udah sih kalo gak mau kasih pinjem." Gilang langsung berbalik memunggungi Rizal. Pikirannya jadi negatif karena Rizal mempertanyakan tujuannya meminjam ponsel padahal sebelumnya langsung memberikan tanpa bertanya.

"Ambil sendiri gih di nakas, jangan ngambek gitu kamu nanti makin lucu." Rizal mengusap rambut Gilang yang sudah kering, melihat Gilang yang cemberut Rizal jadi gemas sendiri.

Gilang langsung bangkit untuk mengambil ponsel Rizal, dia melihat ada satu paper bag yang sama dengan miliknya saat di buka ternyata isinya skincare dari merk yang berbeda. Skincare ini pasti yang dibeli Rizal bersama dengan dokter Vani, Gilang langsung membukanya tidak peduli lagi dengan niatnya meminjam ponsel.

"Dih apaan, semuanya malah merk yang gak cocok di muka gue." Gilang mencibir saat melihat merek skincare nya, Gilang sudah pernah mencoba merek ini dan hasilnya malah berjerawat parah. Pasti dokter Vani sengaja membelikan merk ini agar kulitnya bermasalah, busuk sekali hati dokter satu itu.

"Kamu lagi apa." Gilang terlonjak kaget saat mendengar suara Rizal, saat membalikkan badannya Rizal sudah berdiri dekat sekali dengannya.

"Pak dokter bikin kaget." Gilang mendengus kesal, beruntungnya botol serum yang di pegang nya tidak terjatuh ke lantai kan sayang serum mahal-mahal harus pecah.

"Kamu udah lihat skincare yang saya beli." Tidak menghiraukan kekesalan Gilang, Rizal memilih untuk memeluknya dari belakang.

"Udah pak dokter pake skincare merk ini?" Gilang tidak ingin terlalu percaya diri dengan mengatakan jika skincare ini untuknya.

"Bukan, itu buat kamu." Rizal berinisiatif untuk membelikan skincare karena Gilang terus mengeluh jika wajahnya berjerawat, sebenarnya Rizal ingin mengajaknya untuk perawatan tapi urung karena kegiatan mereka masih padat.

"Maaf pak dokter tapi gue gak cocok pake skincare ini, nanti malah jerawatnya makin parah." Sebenarnya Gilang tidak tega mengatakan ini tapi wajahnya lebih penting, asetnya yang membuat Rizal terpesona tidak boleh rusak.

"Hem gitu ya, simpan aja siapa tau nanti ada temen kamu atau siapa yang cocok bisa di kasih." Rizal tidak keberatan dengan penolakan Gilang, lagipula itu hanya skincare masih bisa di berikan ke orang lain jadi tidak akan sia-sia.

"Iya, pak dokter beneran beli ini buat gue kan." Gilang menatap Rizal intens.

"Iya saya beli untuk kamu, seharusnya saya bertanya dulu tapi saya malah lupa." Rizal baru mendapatkan ide saat makan bersama beberapa koas, mereka tengah membicarakan skincare saat itu dan Rizal ingat jika wajah Gilang sedang berjerawat.

Gilang tidak bertanya lagi, Rizal memang lebih sering melakukan sesuatu dengan diam-diam. Gilang sudah paham love language Rizal yang act of service dan quality time.

"Pak dokter ayo cuddle." Gilang ingin memenangkan hatinya yang tidak menentu dengan memeluk Rizal.

Rizal langsung menggendong Gilang ke ranjang dan memeluk nya sambil sesekali memberikan kecupan di pelipis dan pipi, Rizal tidak mengerti apa yang membuat Gilang bad mood jadi dia hanya melakukan apapun yang bisa menenangkan Gilang.

"Pak dokter harus inget ya tanggal 29 April nanti perayaan hari jadi kita yang ke 100 hari." Gilang mengatakan ini agar Rizal membuat penanda di kalender dan tidak melupakannya.

"Nanti saya akan pulang tepat waktu agar kita bisa merayakannya bersama ya." Karena tanggal 29 April masih tiga Minggu lagi Rizal masih sempat untuk mengatur jadwalnya agar bisa pulang tepat waktu atau mungkin lebih cepat.

"Jangan sampai lupa, awas aja kalo pak dokter lupa." Bagi Gilang ini hal yang spesial jadi jangan sampai Rizal melupakannya, awas saja jika Rizal lupa dia akan kabur dan tidak mau menemui dokter satu ini.

"Saya akan ingat, dan maaf karena tidak bisa mengajak kamu liburan untuk merayakan ini." Rizal merasa bersalah karena mereka hanya akan menghabiskan waktu di apartemen, pasti akan romantis jika mereka bisa menghabiskan waktu berdua dengan liburan ke pantai.

"Gak usah minta maaf, lebih baik kita di rumah tapi bisa lebih intim daripada liburan tapi terasa asing." Gilang ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Rizal, tidak masalah jika mereka hanya di rumah saja asalkan bersama Rizal Gilang tidak akan keberatan.

Quality time bukan hanya tentang hal-hal romantis yang mewah tapi tentang seberapa dekat mereka berdua, tidak perlu pergi liburan ke luar negeri untuk quality time hanya di rumah saja tapi keduanya fokus untuk menghabiskan waktu berdua dengan bercerita atau sekedar melepaskan rindu juga sudah cukup.

Gilang ingin melepaskan rindunya, meski bertemu dengan Rizal setiap hari Gilang tetap merindukannya, kesibukan membuat mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Hanya bertemu saat sore atau malam disaat tubuh sudah lelah membuat hubungan terasa biasa saja.

Hubungan yang seperti mulai gampang goyah entah karena rasa bosan atau adanya orang ketiga, sekarang itu lah yang Gilang rasakan. Ketakutan akan adanya orang idaman lain di hati Rizal. Kejadian di mall tadi membuatnya tidak bisa berpikiran positif meski hatinya ragu Rizal akan mencari cinta yang lain.

Logika dan hatinya berpegang. Logikanya mengatakan jika Rizal kemungkinan mencari hiburan lain karena dirinya tidak punya cukup waktu sedangkan hatinya tetap percaya jika Rizal hanya mencintainya dan hanya akan ada dirinya untuk selamanya.

Rizal hanya sibuk buktinya dia masih mengirimkan pesan dan setiap pulang akan memeluknya sambil menceritakan apa yang dilakukan hari itu, Gilang percaya jika posisinya di hati Rizal tidak tergantikan dengan siapapun. Rizal tidak tergoda dengan uke lain, apalagi tergoda perempuan di luar sana.

###

TBC

di kasih konflik dikit buat seru-seruan

Love DiagonosisWhere stories live. Discover now