🔞 chapter 10. 🔞

7.9K 274 40
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

warning ⚠️ ini ada adegan dewasanya jadi hati-hati

happy reading

###

Keduanya tengah duduk di dalam tenda di luar turun hujan deras seperti saat mereka berangkat, suasana benar-benar canggung setelah ciuman itu. Mungkin hanya Rizal yang merasakannya, Gilang masih asik berbicara dengan santai sambil meminum susu coklat hangat.

"Pak dokter jangan diem aja dong" Gilang menangkup wajah Rizal agar menghadapnya.

Rizal tentu saja ingin menjauh, dengan jarak sedekat itu akan bahaya jika Rizal kehilangan kendali untuk melumat kembali bibir Gilang seperti tadi. Tidak boleh sampai terjadi sesuatu yang lebih dari ciuman karena Rizal tidak ingin Gilang membencinya.

"Pak dokter kenapa sih kok diem aja" Gilang menekan pipi Rizal yang membuat bibirnya mengerucut.

"Jangan gini Gilang" Rizal berusaha untuk melepaskan tangan Gilang.

"Pak dokter kenapa sih, marah sama gue?" Gilang melepaskan tangannya dan menatap Rizal dengan cemberut.

Melihat Gilang cemberut Rizal hanya bisa menghela nafas kenapa godaannya hari ini besar sekali, apa karena sudah merasakan manis dan kenyalnya bibir Gilang pikirkan jadi semakin liar.

"Saya gak marah sama kamu, cuma saya gak mau kalo saya khilaf"

"Khilaf aja gak masalah pak dokter, manusia kan emang suka gitu" Gilang masih tidak paham khilaf yang di maksud Rizal dengan mudanya mengatakan itu

"Jangan menyesal setelah ini" Dengan cepat posisi Gilang berubah yang awalnya duduk kini jadi dibawah kungkungan Rizal.

Rizal benar-benar tidak peduli lagi, Gilang sudah memberikan izin kan jadi buat apa menyia-nyiakan kesempatan. Tujuan pertamanya adalah bibir tipis Gilang, melumat dan menghisap lidahnya mulai masuk mengajak lidah Gilang bergerak bersama.

Tangannya tidak tinggal diam bergerak naik turun mengelus pinggang Gilang, sesekali naik ke dada untuk mengelus kedua puting Gilang.

"eghh" Desahan Gilang tertahan karena ciuman.

Pikiran Gilang jadi kosong seketika, seharusnya dia menolak karena merasa jika harusnya Rizal mencium perempuan bukan dirinya, tapi Gilang tidak bisa menolak karena jujur saja apa yang Rizal lakukan pada tubuhnya Gilang suka.

"Kamu mau tetep lanjut apa stop disini" Rizal masih sempat bertanya pada Gilang untuk keputusan terakhir.

"Lanjut pak dokter, tangung sama saya udah sange pak dokter mau stop" Gilang tidak ingin ini berhenti entah kenapa dia jadi sange, padahal selama berciuman dengan pacarnya Gilang biasa-biasa saja.

"Jangan menyesal nanti, kalo kamu gak sanggup bilang saya akan berhenti" Rizal mulai menjamah leher Gilang memberikan beberapa tanda kemerahan.

Tangannya juga sudah turun meremas dada Gilang, sambil sesekali menarik gemas putingnya. Gilang yang merasakan sensasi geli bercampur nikmat hanya bisa mendesah tipis-tipis, rasanya malu sekali harus mengeluarkan desahan jadi sebisa mungkin dia tahan.

"Angh pak dokter ahh ahh" Gilang tersentak kaget saat putingnya di lumat Rizal dan merasakan penisnya di remas dari luar celana.

Rasanya seperti tersengat listrik saat kepala penisnya di elus oleh jari jempol Rizal, refleks Gilang merapatkan kakinya. Ini benar-benar gila, Gilang tidak pernah merasakan seperti ini meski sedikit aneh Gilang menyukainya.

Gilang terbaring pasrah dan Rizal mulai membuka celana Gilang, menampilkan penis berukuran sedang, Rizal langsung mengulumnya memasukan semuanya ke dalam mulutnya dan mulai bergerak naik turun, tangannya meremas kedua bola Gilang.

Love DiagonosisWhere stories live. Discover now