Chapter 20.

2.8K 136 6
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Gilang membawa satu tas berisi kotak makan siang, dia ingin mencoba masakannya bersama Rizal jadi disinilah Gilang sekarang menyusuri koridor rumah sakit untuk pergi ke ruangan Rizal.

Seperti rencananya kemarin yang ingin mencari bukti perselingkuhan Rizal dengan dokter Vani. Gilang sengaja datang ke rumah sakit tanpa mengabari Rizal agar rencananya berjalan lancar. Kemarin Gilang sudah membuka ponsel Rizal tapi tidak ada hal aneh atau mencurigakan.

Gilang berhenti saat akan belok ke lorong sebelah kiri, ada Rizal yang tengah berjalan berdua dengan dokter Vani. Keduanya tampak romantis ditambah dokter Vani yang tertawa bahagia. Dengan langkah cepat Gilang menghampiri keduanya dan langsung mendorong dokter Vani menjauh.

"Gilang jangan kasar." Rizal yang kaget dengan kedatangan dan tindakan Gilang tidak sengaja membingungkan nada bicaranya.

"Lembek banget baru di dorong dikit aja dah oleng." Gilang mencibir dokter Vani yang langsung pura-pura terjatuh.

Rizal yang mendengar cibiran Gilang hanya menghela nafas, dia membatu dokter Vani untuk berdiri. Rizal mengerti jika Gilang cemburu tapi tidak seharusnya bertindak kasar seperti tadi.

"Gilang jangan kasar gitu kasihan dokter Vani, sekarang minta maaf."

"Gue gak dorong dia keras ya pak dokter cuma geser aja." Gilang berkata jujur, tadi dia tidak mendorong dokter Vani dengan keras hanya sedikit menggeser agar tidak dekat dengan Rizal. Dasar perempuan caper, baru di dorong seperti itu saja sudah jatuh.

"Kamu itu laki-laki tenaganya beda dengan perempuan, saya gak mau kamu kasar seperti tadi jadi minta maaf sekarang." Rizal merasa tidak enak dengan dokter Vani karena sikap kasar Gilang, meski Rizal mengerti jika Gilang kesal dengan posisi mereka yang berdekatan tadi.

"Maaf." Tidak ingin memperpanjang masalah Gilang meminta maaf meski tidak tulus.

"Tidak masalah." Dokter Vani tersenyum, meski kesal karena Gilang tiba-tiba datang menggangu waktunya dengan Rizal.

Rizal yang mendengar Gilang tidak niat meminta maaf hanya menghela nafas panjang, setidaknya Gilang sudah mau minta maaf.

"Kamu ngapain kesini?" Gilang tidak mengatakan apain mengenai kedatangannya ke rumah sakit.

"Niatnya sih mau ngajak pak dokter coba masakan gue tapi udah gak mood gara-gara pak dokter belain dokter Vani." Gilang menyerahkan tas berisi kotak makan yang dibawanya.

"Saya tidak membela siapapun Gilang sikap kamu tadi itu salah."

"Iya iya belain aja terus gue mau balik, terserah pak dokter mau makan apa buang masakan gue." Setelah mengatakan itu Gilang langsung pergi, Rizal ingin mengerjar tapi di tahan dokter Vani.

"Dokter Rizal masih harus periksa pasien kamar Bima." Untuk pertama kalinya Rizal mengeluhkan pekerjaannya.

"Hah saya taruh ini dulu, dokter Vani duluan saja nanti saya menyusul." Setelah mengatakan itu Rizal langsung pergi meninggalkan dokter Vani.

"Rusak semua kan gara-gara cowok gak jelas itu, harusnya tadi gue bisa visit bareng dokter Rizal." Dokter Vani langsung melengos pergi saat dokter Rizal sudah menjauh.

Kesempatan bisa visit bersama dokter Rizal tidak setiap hari datang dan hari ini kesempatan bagus karena ada pasien yang baru saja operasi pengangkatan kista. Dokter Vani benar-benar ingin mencabik-cabik Gilang yang merusak kebersamaannya dengan dokter Rizal.

Love DiagonosisWhere stories live. Discover now