chapter 07.

4.5K 239 17
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Setelah beristirahat selama dua hari Gilang kembali masuk kuliah, sejak jam 8 Gilang sudah di kelasnya karena hari ini pak Iyan akan mengajar. Gilang berusaha untuk tidak membuat kesalahan yang membuat mood dosen muda itu berantakan, nanti setelah selesai kelas dia akan bertanya mengenai nilai untuk tugas yang berikan.

Gilang benar-benar pasrah jika harus mengulang semester, dosen yang satu ini dikenal dengan sebutan dosen kematian karena setiap mahasiswa yang membuat kesalahan di kelasnya akan mengulang semester depan. Nilainya akan otomatis E dan tidak di izinkan untuk mengikuti sisa kelas yang ada.

Gilang menelungkup di meja karena sedikit mengantuk, perjalanan dari rumah ke kampus lumayan memakan waktu jadi Gilang bangun pagi-pagi sekali dan sekarang masih mengantuk. Kelas masih setengah jam lagi jadi lumayan jika di pakai tidur.

"Woy Gilang" Rasanya Gilang ingin mengumpati orang yang menggebrak mejanya tapi di tahan.

"Apa Bagas?" Gilang menatap malas Bagas temannya di kampus.

"Gimana keadaan lo, udah sehat lagi kan"

"Bisa di liat sendiri gue gimana" Gilang benar-benar malas menangani Bagas.

"Bagus kalo gitu bisa praktek sampai jam sebelas malem kan artinya" Bagas tertawa lepas saat melihat raut frustasi Gilang.

"Baru aja masuk udah langsung praktek mana laprak gue telat ngumpulin"

"Gue bercanda, eh tapi laprak yang mana lu telat ngumpulin nya" Bagas bingung sendiri, Gilang anak rajin jadi tidak mungkin terlambat menyerahkan tugas.

"Ya tugas punya pak Iyan lah, itu kan tugas terakhir kita"

"Lah bukanya udah ya?" waktu itu di kelas tugas yang dia kumpulan lengkap kenapa bisa Gilang bilang dia terlambat mengumpulkan.

"Kan lo tau sendiri pas jadwal pak Iyan gue masuk RS dan gak sempet kasih tau lo sama yang lain" Gilang tidak paham kenapa Bagas bisa lupa dengan deadline tugas pak Iyan padahal dia jelas asistennya.

"Lo ngumpulin Lang, gue sendiri yang itung dan mastiin tugas anak kelas lengkap kalo gue gak salah tugas lo dititip ke trio cabe" Sebutan trio cabe adalah untuk tiga uke di kelas mereka "coba nanti lo tanya ke mereka" Bagas juga tidak terlalu yakin siapa yang mengumpulkan tugas Gilang tapi bisa dipastikan jika Gilang mengumpulkan tugas.

Karena jika ada yang tidak mengumpulkan tugas sudah pasti satu kelas akan mengerjakan kuis dadakan dari pak Iyan. Untuk kemarin sampai sekarang mereka masih aman berati tidak ada masalah dengan tugasnya.

"Lah kok bisa nyampek ke mereka tugas gue?" Gilang kebingungan sendiri karena jelas sekali tugasnya masih di kost saat dia pergi ke rumah sakit, abangnya juga pergi dari rumah sakit sekitar pukul sepuluh kurang jadi tidak mungkin sempat untuk ke kost mengambil tugas.

"Kalo itu gue gak tau jadi coba tanya sama orangnya langsung" Saat Bagas mengatakan itu terdengar teriakkan memanggil nama Gilang "nah itu mereka tanya gih" Bagas menyingkir karena tidak ingin di ganggu trio cabe-cabean itu.

"Gilang pas banget lo masuk, gue ada banyak pertanyaan buat lo" Radit memutar bangkunya agar bisa menghadap Gilang begitupun Raka dan Raihan.

"Sama gue juga punya pernyataan penting yang bakal berpengaruh ke masa depan lu bertiga" Gilang memelototi ketiganya.

"Gak usah melotot mata lo sipit, langsung tanya aja nanti keburu masuk"

"Bangke si Raka, jadi gini kata Bagas lu bertiga yang ngumpulin tugas gue" Ketiganya mengangguk karena memang benar jika mereka yang di mintai tolong "nah kalian tau siapa yang kasih itu tugas?" Gilang mengebrak meja membuat banyan mahasiswa yang tengah tertidur tersentak kaget.

Raihan memukul kepala Gilang. "Santai aja anjing jangan buat kaget, kita sih gak kenal karena baru pertama kali liat tapi yang jelas cowok cakep" Mereka terlalu terpesona kemarin jadi lupa menanyakan nama.

"Coba sebut ciri-cirinya" Gilang penasaran siapa yang mau mengantarkan tugasnya ke kampus. Dia ingin membahas dengan mentraktir makan dan mungkin menawarkan sesuatu.

"Cowok tinggi, kulitnya putih terus hidungnya mancung, matanya tajam gak sipit kayak lo" Gilang memikirkan ciri-ciri yang di sebutkan Radit meski sedikit kesal karena Radit terus mengatainya sipit.

"Dia pake baju warna item gak? kayak mau pergi ngelayat gitu" Gilang ingin memastikan apakah yang mengantar tugasnya itu Rizal atau abangnya, ciri-ciri yang di sebutkan lebih condong ke Rizal karena abangnya juga sipit sepertinya.

"Iya pake kemeja sama celana bahan, anjir Lang tampilannya kayak sugar daddy lol kenal orang kayak gitu dimana sih gue jadi pengen satu" Gilang menatap sinis Raihan yang sudah seperti belatung nangka.

"Kepo kalian, udah sana bubar gak ada pertanyaan lagi gue tadi cuma kepo sama tugas gue" Gilang melambaikan tangannya agar tiga orang ini kembali menghadap kedepan.

Nanti pulang kuliah Gilang akan menghubungi Rizal, bertanya apakah sedang tugas atau tidak. Seperti janjinya tadi Gilang akan mentraktir makan siapapun yang membantunya mengumpulkan tugas.

Gilang tidak menyangka jika Rizal perhatian seperti itu, seingatnya dia hanya mengatakan sekali jika memiliki tugas yang harus dikumpulkan. Dokternya itu malah ingat dan mengumpulkannya ke kampus rasanya Gilang sangat berterima dengan tindakan itu.

"Pak dokter emang terbaik lah meski suka ngomel-ngomel" Gilang bergumam pelan.

Moodnya yang pagi tadi sempat buruk langsung berubah jadi baik hanya karena tugasnya sudah di kumpulkan, entah kenapa ada perasaan berbunga-bunga di hatinya padahal hanya masalah tugas.

Senyumnya tidak luntur bahkan saat pak Iyan memintanya untuk maju menjelaskan sesuatu Gilang tidak mengeluh padahal biasanya akan cemberut sampai materi selesai.

"Senyum terus awas nabrak, lo kan merem kalo senyum" Bagas sudah jengah dengan Gilang yang terus tersenyum, ingin rasanya melihat Gilang menabrak tembok karena tidak bisa melihat.

"Anjir ya lo, gue merem bukan berati gak bisa liat ya" Gilang jadi kesal, kenapa teman-temannya terus meledeknya jika sipit.

Lagipula kalo sipit kan enak bisa di kira chindo tanpa harus caper bilang chindo gara-gara suka pake baju ketek-an, dengan jadi sipit orang-orang pasti langsung mikir kalo Gilang itu chindo padahal sebenarnya bukan.

"Tumben banget sih lo good mood pas kelas pak Iyan, biasanya aja tertekan kek orang kelilit pinjol" Bagas cukup keheranan dengan Gilang yang full senyum sejak tau siapa yang menyerahkan tugasnya, padahal sebelumnya sudah seperti orang tidak memiliki harapan hidup.

"Gak ada alasannya, gue hari ini cuma seneng aja dan semangat buat masuk kelas" Bagas geleng-geleng kepala, sudah bisa di pastikan jika Gilang kerasukan setan.

Mana ada mahasiswa teknik semester 4 seperti mereka yang punya semangat hidup, kebanyakan mahasiswa teknik yang masih terlihat normal adalah maba. Untuk mahasiswa seperti mereka datang ke kampus dengan tampilan lelah dan mengantuk sudah biasa.

Tampilan mahasiswa penuh semangat dan senyum hanya mitos di jurusan teknik, kebanyakan hanya mahasiswa yang memiliki kantung mata dan mata panda karena kurang tidur. Mencari mahasiswa dengan tampilan modis dan trendy juga sulit kebanyakan mereka berangkat dengan tampilan seadanya yang penting rapi.

###

TBC

Love DiagonosisWhere stories live. Discover now