Cumi, Cuma Mimpi!

5 1 0
                                    

Aneh! Entah mengapa aku merasa kesepian dalam keterasingan sementara aku sedang berada di tengah keramaian. Seperti saat ini ketika diriku berjalan di tengah keramaian pengunjung yang datang ke salah satu mall di kota ini. Entahlah! Selain rasa sepi aku juga merasa kalau belum menemukan sesuatu yang aku cari padahal semua barang yang  dibutuhkan olehku semua sudah ada dalam keranjang belanjaanku tapi tetap saja aku merasa ada yang kurang lengkap, sesuatu yang tak dapat kutemukan. aku mencoba tersenyum dan akhirnya aku pun pulang tanpa dia ...dia yang aku cari.

Sore itu aku duduk seorang diri menikmati indahnya pemandangan di sebuah pantai. Aku menjejakkan kakiku ke atas hamparan pasir yang sesekali diterpa ombak yang menepi. Begitu berulang kali seakan tak pernah ada kata bosan ombak berkejaran ke tepi pantai. Kulihat beberapa orang yang juga sedang berenang di sebelah sana. Di sini, di pantai ini tetap saja mataku menyisir setiap sudut pandang seakan mencari sesuatu. Yah! Mencari sesuatu seperti saat aku berada di tengah keramaian  mall kemarin. Aku sendiri tak mengerti apa yang aku cari, seekor ikan kah atau beberapa kulit kerang yang berserakan di bibir pantai? Bukan! Bukan itu yang sedang aku cari ...tapi sudahlah! Nanti saja kucari dia! Aku tak peduli yang penting aku bisa menikmati indahnya me time di pantai ini walau pun yang aku cari belum juga ketemui.

Hujan yang turun di keesokan paginya membasahi tanah yang nampak retak dan gersang dengan padang ilalang yang mengering karena telah lama ditimpa musim kemarau hingga sangat merindukan rintik hujan. Air hujan juga membasahi rambut dan tubuhku karena tiada tempatku untuk berteduh. Aku terus berjalan di tengah hujan yang kian deras tanpa ku tahu apa yang sedang kucari dalam derasnya air hujan ini. Mungkinkah hujan ini akan  redakan gelisahku karena terus mencari bayangannya namun kenyataannya tetap tak pernah hadir di sini di dalam dunia nyata. Sudah sering kali aku bisikkan namanya di angin lalu agar angin membawa salam rinduku padanya agar ia tahu ada hati yang juga rindu untuk bertemu agar ia mau memberi kabar dimana sekarang dia berada.

"Hei! Siapa yang sedang kamu cari Dita? Dari tadi sepertinya dirimu sedang mencari sesuatu yang hilang?" goda Nayla padaku yang dari tadi mataku tak lepas memandang ujung jalan itu berharap kehadiran seseorang di sana. Dia yang aku tunggu ...

"Tidak ada yang kucari aku hanya menunggu seseorang yang pernah pinjam sesuatu padaku." jawabku beralasan.

"Pinjam apa? uang? Berapa banyak? Pasti dia sudah lama pinjamnya dan belum dikembalikan hingga kamu sangat berharap dia akan mengembalikannya padamu." Nayla bertanya lagi karena penasaran.

" Sudahlah Nay... Kita tidak usah membicarakan hal itu lagi karena aku sedang tidak ingin membahasnya." Aku coba mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain karena siapa pun tak akan mengerti tentang apa yang kurasakan saat ini. Sebenarnya bukan uang yang ia pinjam tapi hatiku yang sampai saat ini belum ia kembalikan  hingga kini aku selalu mencarinya sementara ia telah pergi tanpa sepatah kata pun sebagai kata perpisahan ... terasa begitu menyakitkan! Tak pernahkah ia mengerti aku masih belum bisa merelakan sekeping hati yang ia bawa pergi menjauh dariku.

Malam itu aku berjalan di tengah keramaian orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan kecil dan sempit ini. Semua berjalan dengan kemauan mereka sendiri dan tak ada satu pun yang peduli pada apa yang aku cari di malam itu. Sesekali aku bertanya pada mereka yang berlalu di dekatku namun mereka hanya menjawab tidak tahu. Sinar temaram dari lampu jalan menerangi jalanku. Kemana lagi harus kucari dirinya? Sejenak diriku terpana saat seseorang dengan kemeja berwarna putih terlihat berjalan dari ujung jalan sana. Aku benar-benar tak menduga bila akan bertemu dengannya di sini, kulihat dia menghentikan langkah kakinya ketika menyadari kehadiranku hingga mataku dan matanya beradu pandang dalam keheningan yang tercipta di antara aku dan dia namun kemudian ia meneruskan langkah kakinya seakan tak peduli akan kehadiranku. Aku mengejar langkahnya sambil mencoba meraih jemari tangannya namun kembali terlepas. Setelah sekian lamanya pencarianku dengan susah payah aku mencarinya dan kini ... saat dia telah berada di hadapanku akankah kubiarkan ia pergi begitu saja tanpa penjelasan sebagai jawaban atas berbagai pertanyaanku? 

"Mengapa kamu menjauh?" tanyaku begitu jemari tangannya teraih olehku dan berada dalam erat genggamanku sambil kupandang seraut wajahnya, wajah yang dulu pernah membuatku kehilangan saat dia menghilang dari pandanganku.

"Kita tidak akan pernah bisa bersama lagi untuk selamanya." itulah kata-kata yang terucap dari bibirnya menjadi jawaban atas  pertanyaanku, jawaban yang terasa ringan diucapkan namun berat rasanya untuk kuterima dan kumengerti alasannya ... Jawaban yang seketika itu juga menghentikan langkah kakiku yang sedang mengejar langkahnya yang semakin jauh meninggalkan diriku yang masih berdiri memandang sosoknya hingga menghilang di kegelapan malam. Aku berteriak memanggil namanya berulang kali ... di tengah temaramnya suasana malam ini berharap ia mau menghentikan langkahnya dan menoleh kearahku namun ia tak kunjung kembali. Sepi ... tanpa seorang pun di sini karena semua menghilang bersama berakhirnya pencarianku pada dirinya.

Tiba-tiba aku tersentak dan terbangun dari tidurku, kudapati diriku yang sedang memandangi langit-langit di kamarku dan kulirik jam dinding yang baru menunjukkan jam dua dini hari. Ternyata tadi aku cuma mimpi tentang seseorang yang pernah hadir dan menjadi sahabat baikku. Ternyata dia baik-baik saja di sana walau aku melihatnya hanya di dalam mimpiku. Yah! Cuma mimpi namun aku merasa lega.

"Jadi seseorang yang kau cari selama ini sebenarnya tidaklah nyata? Seseorang itu hanya berada dalam mimpimu saja Dita? Capek deh!" Nayla sungguh tak menyangka kalau yang kucari adalah seseorang yang hanya berada di dalam mimpi.

*Apakah kamu tidak berpikir untuk mencari cinta yang nyata bukan cuma mimpi seperti sekarang?" tanya Nayla lagi. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Nayla. 

"Aku tahu seorang pengganti mungkin akan dengan mudah dicari dan didapatkan namun menemukan seseorang yang benar-benar sanggup menghidupkan getar hati  dengan ketulusannya yang dapat terlihat dari indah sinar di matanya tentu tak akan semudah membalikkan telapak tangan karena cinta tak bisa dipaksakan."  Kulihat Nayla mendengar perkataan ku dan menganggukan kepalanya tanda setuju dengan pendapatku.

"Aku bahagia Nay, walau pun seseorang yang sanggup menghidupkan api cinta yang telah padam di hatiku hanyalah seseorang yang cuma ada dalam mimpiku." Cuma dalam Mimpi.











INDAH Where stories live. Discover now