Teman Tapi Mesra

5 1 0
                                    

Sudah beberapa hari ini sejak terakhir jumpa dengan Didi aku jarang komunikasi via telepon  dengannya hanya beberapa kali chat rutinitas bertanya kabar.

Senangnya …

Hari ini tanggal merah berarti aku bisa tidur sepuasnya dan bangun agak siang karena tidak masuk kantor. Sengaja kumatikan alarm jam dan juga handphone dinonaktifkan agar hari libur aku benar-benar free dan bebas dari yang namanya urusan kantor!

Aku terbangun ketika Indri mengetuk pintu dan memanggil namaku.

ADUUUHHH …! Jadi geregetan dengernya!

"Dit! Dita! Bangun Dit! Sudah jam sepuluh nih! Jangan malas-malasan Dit ..." teriak Indri bising memanggil namaku! Bisa nggak sih! Dia nggak ganggu Aku dihari libur kayak gini! 

Aku mengusap kedua mataku. Dengan malas turun dari tempat tidur melangkah ke arah pintu kamarku. Benar saja! Saat kubuka pintu Indri sudah berdiri di sana. Begitu pintu terbuka dia langsung nyelonong masuk ke kamarku!

"Ada apa In? Nggak bisa lihat orang senang, ini kan hari libur, Aku ingin menikmatinya tanpa ada aturan harus bangun pagi dan pergi ke kantor setiap pagi seperti biasanya. 

"Oh! Ya Dit! Bagaimana kalau hari ini kita pergi ke pantai supaya kita nggak suntuk satu harian di rumah aja." Ajak Indri padaku.

"Hari ini aku nggak bisa jalan bareng kamu In." Aku menolak ajakan jalan bersama Indri karena aku sudah terlanjur janji dengan seseorang. Kulihat Indri sedikit kecewa karena biasanya aku selalu memenuhi ajakannya pergi jalan bersamanya.

"Apa kamu ada janji sama Didi? jadi kamu nggak bisa pergi denganku." tebak Indri.

"Bukan dia tapi sama seseorang." jawabku sambil merapikan tempat tidurku. 

"Ok! lain kali saja kita jalan ke pantainya! Akhirnya Indri mengalah dan pergi ke kamarnya. Sebetulnya aku ada janji jumpa dengan seseorang yang katanya kenal dengan Didi. Dia ingin bertemu denganku di taman kota pukul empat sore nanti. Menanti waktu berputar terasa begitu lama karena rasa penasaran yang mengusik tanya dihatiku. Mengapa dia begitu serius ingin bicara denganku. Untuk mengurangi kejenuhan aku memutar video YouTube serial keluarga lucu Mak Beti dengan karakter yang sering membuatku tertawa adalah "Wak Keling" lucu banget! 

Tepat jam tiga aku menelepon seseorang  tapi tidak diangkat dia hanya membalas via chat dan berkata kalau dirinya sudah berada di taman kota sekarang. 

Jadi penasaran pada sosok yang akan bertemu denganku di taman kota. Siapa dia? Laki-laki atau seorang wanita aku juga tidak tahu karena dia hanya menghubungiku via chat dan bila kutelepon tak pernah ia angkat! Sepertinya ia sengaja merahasiakan siapa dirinya.  Entah darimana ia mendapat nomor handphoneku dan ada hubungan apa dia dengan Didi? Akh! Apa gunanya aku risau akan hal yang belum pasti lebih baik aku segera mencari ojek yang kebetulan lagi mangkal.

"Bang, ke taman kota ya." kataku pada salah satu bang ojek yang kena giliran dapat penumpang.

"Iya, Mbak!" jawab bang ojek singkat dan langsung mengantarku ke taman kota dengan semangat.

"Ini ongkosnya ya Bang. Makasih Bang." Aku membayar ongkosnya. Mataku mengamati sekelilingku dan coba menerka siapa di antara orang yang sedang duduk di taman ini sebagai orang yang akan kutemui. Aku merasa jadi merasa menyesal telah menyetujui janji bertemu dengannya di sini. Jangankan namanya, alamatnya, wajahnya ... Dia itu laki-laki atau perempuan pun aku tidak tahu! Aku mencoba meneleponnya kembali tapi tak diangkat seperti yang kuduga. Terpaksa aku mengirim chat dengan mengatakan bahwa aku sudah berada di taman, aku meminta dia mengatakan posisi dimana dia berada. Aku menahan keinginanku untuk kembali pulang dan meninggalkan orang misterius yang benar-benar membuatku kesal. Rasa penasaran ingin tahu siapa dia dan apa hubungannya dengan Didi membuatku bersabar mengikuti kemauannya..

"Aku memakai baju berwarna biru muda, duduk di paling pojok lurus saja maka kita akan berjumpa." kata orang itu padaku tentu saja melalui pesan singkat. Aku berjalan menuju ke tempat seseorang yang duduk membelakangiku, dia memakai baju berwarna biru muda membuat aku jadi Deg! Deg! Degan! Mengapa dia terkesan ingin bermain petak umpet denganku ya? Kuberanikan diri menyapanya ...

"Hai ...!" Sapaku membuat dia berbalik dan aku sungguh dibuat kaget karena dia adalah seorang wanita cantik dan sangat serasi dengan hijabnya yang juga berwarna biru muda!

"Kamu yang bernama Dita?" tanyanya dengan senyum diujung bibirnya yang merah.

"Iya, saya Dita. Kamu siapa? Dan mengapa ingin jumpa dan bicara dengan saya?

"Namaku Nadya aku kekasih Didi." Suaranya begitu lembut namun seperti tajamnya duri yang ditusukkan ke hatiku. Sakiiitt banget! Namun aku mencoba menahan rasa sakitnya!

"Aku tahu nama dan nomormu dari daftar kontak di handphonenya." sambungnya lagi. Entah apa yang harus kulakukan saat itu aku hanya terdiam seolah tak percaya sekali lagi Didi berdusta!

"Jadi apa yang kamu inginkan dariku?"Apa hubungan nya dengan diriku?" tanyaku.

"Kami sudah bertunangan kamu harus jauhi dia karena aku tak suka bila ada yang mendekatinya." Gadis itu mencoba meyakinkanku untuk mengambil jarak dengan Didi. Gadis itu langsung pergi dan berllalu tanpa bicara lagi. 

Akh! Biarin saja! Untuk apa aku pikirin. Hubungan kami kan cuma "jalani aja" tanpa komitmen apa-apa. Nggak pantas rasanya aku marah karena cemburu dengan ucapan gadis tadi. Biarkan saja, tak perlu di bahas bila Didi tetap mau jadi temanku aku juga mau berteman dengannya. Kan Hanya berteman, teman tapi mesra!

INDAH Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu