Jerawat

3 1 0
                                    

Biasanya kalau pagi aku selalu sarapan tapi selalu nggak sempat minum teh manis panas karena bisa membuatku terlambat masuk kantor. Kelamaan ...! 

"Pagi Dita, hari ini nampaknya bersemi dan membara sekali ya?" sapa Ririn rekan satu kantor. Membara? Apanya yang membara ya? Pikirku dalam hati. Seragamku warnanya juga nggak merah yang biasanya melekat dengan kata membara.

"Lipstik saya yang membara ya?" kataku bercanda padahal warna lipstikku tidak merah menyala hanya bersemu kemerahan.

"Itu lho yang di wajah, jerawatnya yang membara." Ririn menunjuk ke arah wajahku. Ups! Jerawat lagi ternyata! Permasalahan jerawat nggak ada habisnya. Hilang satu eh! Besoknya sudah muncul dua! Sehingga rekan sekantor sering berkomentar kalau aku sedang kasmaran karena memendam rasa rindu yang terpendam.

"Sama siapa nih rindunya? Jangan dipendam nanti tambah banyak tuh jerawatnya." Goda Ririn lagi. 

"Sama siapa ya? Kasih tahu nggak ya? Sebenarnya aku rindu sama kekasihku masak kekasih orang." jawabku sambil tertawa kecil membalas candaan teman-teman yang hanya iseng saja.

Aku mengambil gelas untuk menyeduh teh panas dan kuambil sedikit gula lalu kubawa ke ruangan kerja dan kuletakkan di atas meja. Kuambil cermin kecil dan kulihat memang banyak jerawat di wajahku, membara seperti kata temanku.  Kayak api saja membara ...

"Pakai produk ini lho Dita, bisa menghaluskan wajah, menghilangkan jerawat dan mencerahkan kulit wajah." Temanku mempromosikan salah satu produk kecantikan kulit.

"Iya nih, bisa bikin wajah kita jadi cantik nggak? Biar mantan balik lagi ... " kataku bertanya pada temanku yang kebetulan juga memakai produk tersebut.

Aku mengeluarkan masker dari dalam tasku dan memakainya. Ini adalah cara satu-satunya yang paling gampang dan nggak pakai ribet dengan mengenakan masker.

"Nggak biasanya nih pakai masker? Pasti ada yang ditutupi iya kan ... Buka saja memangnya kenapa sih?" Rekan kerja yang lain ikut komentar tentang alasan aku memakai masker.

"Untuk menghindari virus makanya aku pakai masker!" jawabku dengan alasan seadanya.

"Virus apa nih? Corona atau virus cinta?" tiba-tiba Rio main nimbrung aja.

"Aku tahu nih, Dita pakai masker karena banyak jerawat yang sedang bersemi di wajahnya. Kata orang kalau banyak jerawat berarti sedang jatuh cinta, Rio terus bicara sambil tertawa. Aku tersenyum dan melangkah pergi karena tidak ingin membalas masalah cinta dan rindu yang terpendam yang di kaitkan dengan jerawat. Hhh ... Nggak ada topik lain apa selain jerawat.

Setelah jam kerja usai aku langsung pulang ke rumah dan cuci muka dengan sabun pembersih muka. Saat bercermin aku menghitung berapa banyak jerawat di wajahku. Ya ampun! Apa penyebabnya hingga wajahku jadi jerawatan seperti ini? Aku tak habis pikir apa iya orang yang banyak jerawatnya sedang kasmaran?

"Satu, dua, tiga, empat! Ya ampun ada empat jerawat yang tersebar di wajahku. Ehm .. Pasti nih gara-gara inget sama dia! Tapi aku selalu ngeles dengan alasan wajahku jerawatan karena aku banyak makan makanan yang berlemak. Bicara soal makanan aku jadi laper dan seperti biasa kalau lagi pengen makan ke luar aku pergi bersama Indri Sohib yang setia.

" Makan yuk di luar ... Aku mau makan mie goreng atau nasi goreng pokoknya yang digoreng deh." Ajakku pada Indri dan ia pun tak menolak ajakkanku.

Dengan mengendarai sepeda motor aku berboncengan dengan Indri mencari tempat makan yang enak tapi ... tunggu dulu aku melihat Didi yang sedang berdiri di depan kantornya sambil mempermainkan handphonenya seperti sedang membaca dan membalas pesan dari seseorang. Ehm ... Balas pesan dari siapa ya? Jadi penasaran? Cemburu ya? Sedikit! Kalau saja dia melihat kearahku tentu sudah kuberikan senyuman yang paling manis untuknya tapi dia sibuk chat jadi dia tidak mengetahui kehadiran aku dan Indri yang sedang lewat tidak jauh dari tempat ia berdiri.  Tak apalah! Rasanya sudah cukup senang melihat dia dari jauh ..

Sepeda motorku berhenti di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari kantor Didi berjarak kira-kira tiga puluh meter dari tempat Didi berdiri.

"Siapa sih yang kamu lihat Dita? dari tadi matanya selalu lihat ke arah sana seakan lagi nungguin seseorang." tanya Indri padaku setelah memesan dua porsi mie goreng.

"Nggak! Aku nggak nunggu siapa-siapa." jawabku menutupi sikapku yang gelisah melihat ke arah yang dibilang Indri.

"Nampaknya perasaan Didi berbeda dengan yang kurasakan. Harusnya kalau dia juga punya rasa yang sama pasti langkah kakinya akan membawanya kemari. Lama waktu berlalu ... dan aku hampir kecewa setelah aku main tebak-tebakan kancing baju. 

'Datang, enggak! Enggak, datang! Yes! Mudah-mudahan dia datang seperti tebakan terakhirku tadi dia akan datang!" Aku bersorak dalam hati dan tanpa sadar aku tersenyum sendiri.

"Ada apa? Kok senyum sendiri?" Senyumku membuat Indri penasaran.

Belum lagi kujawab pertanyaan Indri tiba-tiba Didi masuk ke rumah makan ini dengan santainya ia berjalan ke pelayan dan memesan nasi goreng! Sama seleranya denganku nasi goreng! Aduh! Dia belum juga menoleh ke arahku tapi debaran hatiku rasanya seperti sebuah nyanyian yang tak tentu iramanya dan kucoba menenangkannya.

"Dita! Itu ada cowok ganteng! Cute banget ... ! Kamu lupakan saja Didi ya!" Indri yang baru pertama kali lihat Didi langsung kasih komentar dan main jodohkan saja aku sama dia. Hah! Tiba-tiba Didi menoleh ke arahku dan sudah bisa ku tebak apa yang kurasakan saat berpandangan dengannya, Dag! Dig! Dug! hatiku untuk beberapa saat kami hanya berpandangan tanpa bicara dan tersadar saat Indri memukul pundak ku!

"Kenapa sih Indri? Katanya kamu suruh aku cari perhatian cowok cute itu. Memangnya menurutmu aku cocok nggak sama dia?" tanyaku serius pada Indri.

"Kalau kulihat dia nggak cocok banget sama kamu Dita! Dia cute imut dan kamu amit-amit! Indri tertawa senang menggodaku sementara aku fokus pada Didi yang berjalan dan mengambil tempat duduk di hadapan kami membuat aku terdiam lebih-lebih lagi Indri yang tak mengerti jika cowok itu adalah Didi mantanku yang belum pernah kuperkenalkan sebelumnya pada Indri. 

"Hai! Lama nggak jumpa, gimana kabarnya?" tanya Didi membuka percakapan di antara kami bertiga.

"Baik! Kamu?" jawabku dan kemudian balik bertanya kabar padanya.

"Aku baik saja! seperti yang kamu lihat." jawab Didi sambil tersenyum manis ... sama seperti dulu dan matanya tak lepas memandang ke wajahku hingga membuatku salah tingkah! 

"Banyak jerawatnya ya!' Ternyata Didi melihat jerawat di wajahku kirain ...

"Hei! Habisin tuh nasi gorengnya! Dari tadi melamun aja!" Lagi-lagi suara Indri terdengar! ternyata  cuma khayalanku bersama Didi.







INDAH Where stories live. Discover now