Aku Sudah Tak Marah

5 1 0
                                    

Kemana lagi harus pergi? Hati ini tak juga bisa berpaling ketika bukan lagi diri ini yang dia cinta. Benarkah ini hanya permainan baginya dan benarkah cinta yang ada hanya selingan baginya? Itulah pertanyaan yang kini bermain diingatan.

Rasa kecewa kadang memaksa hati ini untuk berpaling namun hingga kini aku belum bisa! Belum bisa lupakan bayangannya ...

Cinta ini, debarannya laksana getaran yang hadir saat aku merasakan indahnya jatuh cinta untuk pertama kalinya selalu merindu bila berjauhan. Namun sayangnya cinta berteman dengan luka, perih menusuk hati saat cinta tak teraih olehku. Aku jatuh kembali dalam luka dalam yang kedua kalinya dan untuk pulih aku butuh waktu yang lama dan itu teramat sulit!

Sementara itu di sebuah perkantoran terdengar percakapan antara dua orang ...."

"Pak, kalau mau mengurus pengambilan surat ini gimana syaratnya Pak?" tanya seorang perempuan dengan wajah cantiknya pada salah satu staf yang bertugas di salah satu perkantoran di kota ini.

"Ini persyaratannya kak!" ucapnya dengan ramah memberikan sehelai kertas dan menjelaskannya.

Perasaan pertanyaan yang dilontarkan oleh perempuan itu biasa saja tapi jawabannya sungguh jadi terasa luar biasa karena yang yang menjawab wajahnya cute banget untuk dipandang. Perempuan tersebut hanya tersenyum mendengar jawabannya dan mengangguk tanda mengerti.

"Maaf kak? Sudah mengerti yang saya terangkan tadi?" Pria itu balik bertanya pada perempuan yang duduk di hadapannya.

"Ehm ...! Saya belum mengerti!" jawab perempuan itu dengan jujur karena memang ia tak mendengar apa yang dikatakan pria itu tapi ia justru asyik memandang wajah tampan di hadapannya. Aku tersenyum kecil menahan tawa melihat adegan lucu di depanku.

"Jadi ngapain Dia menganggukan kepalanya tadi." bisik pria itu dalam hati sambil menggelengkan kepalanya.

"Boleh minta nomor Handphonenya saja biar bisa tanya via telepon saja kalau ada yang perlu saya tanyakan lagi." ujar Perempuan itu mencoba meminta nomor kontaknya. Sejenak pria itu melirik perempuan di depannya seakan curiga kalau itu hanya modus untuk mendapatkan nomor kontaknya. Sejenak ia ragu karena ia pernah punya pengalaman yang membuatnya jatuh dalam situasi yang bisa dibilang cinlok! Cinta lokasi? Nggak mungkin Pria setampan dirinya jatuh cinta beneran gara-gara bertukar nomor handphone dengan seorang perempuan yang berwajah manis itu. Cinta yang tumbuh gara-gara sering banyak pertanyaan dan jawaban yang dikirimkan via chat tapi cintanya tidak bertahan lama berujung kandas! Bagai sebuah kapal yang menabrak batu karang di lautan hingga kapal pecah! kandas dan karam di lautan seperti kisah itu.

"08xx xxxx xxxx," ucap pria itu membacakan nomor kontaknya karena ia pastikan tak akan kembali cinlok gara-gara bertukar nomor handphone.

"Terima kasih!" ucap perempuan itu pada pria yang sudah memberi nomor kontaknya. Pria itu adalah Didi yang sedang sibuk bekerja. Aku berlalu dan pura-pura tak melihatnya.

Sementara itu Aku dengan duniaku sendiri ...

Hari ini sepulang tugas lapangan yang jauh dari kota membuat badanku terasa pegal-pegal enaknya di pijitin sama ibu tukang pijat langgananku. Kuambil handphoneku dan menelepon tukang urutnya.

"Bu bisa bentar lagi kemari ke kosan di alamat biasa jalan angsa dua?" tanyaku sambil memijat kakiku sendiri. Bawaan capek maunya maraahh ... aja! lihat kamar berantakan maunya marah, lihat dompet sudah tipis maunya marah apalagi lihat chat nggak dibaca apalagi dibalas! Kalau dibaca pun berjam-jam baru dibaca dan tanpa dibalas! Kumatikan handphone agar tak selalu kulihat chat yang kukirim dengan status centang satu alias belum dibaca! Tiga puluh menit berlalu tanpa ada rasa penasaran mengecek sudah centang dua atau belum ya? atau pertanyaan yang ingin kutanya dan sekaligus jawabannya langsung dari dia mengapa tiba-tiba saja dia menghapus nomorku dari kontaknya? Memangnya nomorku sangat mengganggunya? Coba dia hitung! Berapa kali aku telepon atau chat dia dalam satu bulan? Apa iya sehari sepuluh kali? Atau sebulan 60 kali aku telepon dia? Nggak ada, Kan? Bukankah dia yang terlebih dulu bilang suka, cinta padaku? Kalau putus bilang dulu dong jangan digantung kayak gini! Apa salahku?Seharusnya dia bilang terus terang jangan main delete seperti ini biar aku tahu dimana letak kesalahanku! Pengen rasanya marah langsung sama orangnya! Tapi berani nggak ya ...

"Entah kapan surat keputusan tanda aku diterima bekerja di kota lain keluar dan ku terima. Aku sudah lelah menepis bayangan harapan semu yang hanya memberikan luka baru diatas luka lama. Kurasa mungkin lebih baik berjauhan daripada dekat penuh siksa.

"Pantai ini begitu indah ya Dit" kata Amir. Seseorang yang dulu pernah kusayangi dan kucintai dengan sepenuh hati, tapi itu dulu! Sebelum cinta dan kesetiaan yang kuberikan bagai tiada arti baginya ... hingga cintaku hilang tak bersisa! Hatiku berubah dingin dan membeku walau telah kucoba menghangatkannya dibawah sinar mentari.

"Dita! Maafkan aku! Aku tak akan mengulang kesalahan yang sama! Percayalah!" sambungnya lagi. Aku hanya diam dan enggan bicara karena aku tak sanggup membujuk hatiku untuk kembali lagi.

"Sudah terlambat Mir! Seseorang sudah hadir dalam hatiku beberapa bulan setelah cintaku sirna untukmu." bisikku dalam hati. Kini sudah ada Didi di hati aku ...

Dita! Aku masih cinta! Masih sayang!' Amir berkata sambil menaruh tangannya dibahuku. Aku tidak ingin mengulang jawaban yang sama karena sudah pernah kuberikan jawabannya AKU SUDAH TAK CINTA.

"Rasa percayaku akan adanya cinta yang suci sudah sirna! Awalnya kupikir kehadiran Didi akan memberikan keceriaan di hari-hariku namun nyatanya ia justru menambah pedihnya luka! Kesabaran mungkin ada batasnya, penantian pun juga butuh kepastian. Pergilah! Aku sudah tak ingin berharap pada rasa ini lagi. Semoga ia bahagia walau tanpa hadirnya diriku.

Aku ingin memulai lembaran baru tanpa bayangan kesedihan. Di sini di kota ini, aku sudah tak marah tapi masih teringat ..
Mulai lembaran baru berganti tempat kerja ke sebuah perusahaan swasta dibidang properti bagian keuangan. Hari pertama uji coba tanpa memberi ruang sedikit pun pada kenangan. Ingin benar-benar lupa!

"Kenapa banyak sekali pekerjaanku hari ini? Apa aku harus membawa pekerjaanku ke rumah? itu berarti aku harus lembur agar laporanku bisa selesai besok pagi!" Aku membereskan semua daftar hadir para tukang yang bekerja di lokasi proyek pembangunan perumahan di beberapa desa di satu kecamatan karena besok sore adalah hari gajian bagi mereka karena beberapa tukang lebih memilih dibayar cash biar nggak ribet katanya.

Pagi-pagi sekali aku sudah membawa cek yang sudah di tandatangan kepala manager ke bank dan menarik dana hampir seratus juta setiap hari Senin untuk membayar gaji para tukang dan ditemani pak sopir perusahaan aku menuju kantor pengawas lapangan di kecamatan itu.













INDAH Where stories live. Discover now