Balikan Atau ...

5 1 0
                                    

"Gimana? Jangan kelamaan mikir dong!" Aku sudah telat nih!"! desakku pada Didi.

"Ok!Aku setuju untuk mengganti uang tiketmu yang hangus karena batal berangkat hari ini." Akhirnya Didi memberi kepastian untuk menggantinya.

"Baguslah uangku nggak jadi hangus. Ternyata kamu nggak pelit sama ... " Aku tidak melanjutkan kata-kataku karena aku sendiri bingung dengan posisiku sekarang sebagai siapa? Mantan, teman atau pacarnya? 

 "Jangan pelit sama siapa? Sama pacar? Kamu kan memang masih pacar aku." kata Didi tersenyum bercanda seperti biasanya. Aku membalas senyumnya dan berjalan melangkah menuju tempat duduk dimana biasa pengantar dan penjemput penumpang menunggu. Didi duduk di sampingku hanya memandang dalam diam kemudian ...

"Kita makan dulu sekarang! Kita cari tempat yang bisa bikin fresh pikiran kita." ajak Didi padaku.

"Kemana kita makan?tanyaku sambil mengikuti langkah Didi yang menggenggam tanganku. Aneh! Kenapa aku tidak menarik tanganku bahkan terkesan membiarkannya.

"Udah ikut aja. Kamu kan cuma dibonceng terserah yang bawa sepeda motornya mau makan dimana." jawab Didi lagi-lagi sambil tersenyum.

"Ayo naik! Oh!ya kopernya biar diantar ojek online aja ke rumahmu nanti kamu aku antarin  pulang. Aku tak punya pilihan selain langsung naik dan duduk di belakang Didi setelah order ojek online yang membawa koperku lima menit yang lalu. Mudah-mudahan koperku sampai dengan selamat di rumah.

"Pegangan yang kuat! Biar aman!" ucap Didi sambil menarik kedua tanganku dan menaruhnya di pinggangnya. Aku menarik tanganku namun Didi kembali menariknya dan kali ini menaruh di pundaknya! Kurasa aku nggak perlu pegangan karena aku duduk cowok sehingga aman walau tanpa berpegangan.

"Kita makan dimana nih?" Aku jadi penasaran tempat makan yang dipilih Didi karena dari tadi belum juga sampai padahal sudah banyak rumah makan yang kami lewati sepanjang perjalanan kami.

"Tenang! Sebentar lagi kita sampai! Jangan takut aku nggak bakal bawa kamu lari."  Didi tertawa senang melihat aku yang banyak tanya diatas sepeda motor yang kian melaju kencang.

"Nah! Sekarang kita sudah sampai ..." Didi menghentikan sepeda motornya  di sebuah rumah makan di daerah wisata pinggir laut. Angin laut yang nakal mulai mempermainkan rambutku yang tergerai membuatnya menjadi sedikit kusut! Berkali kurapikan berkali pula angin mempermainkannya!

"Sudah! Nggak perlu dirapikan ... Biar saja kusut! Yang penting hatimu nggak kusut! Kamu tetap nggak cantik walaupun rambutnya dirapikan! ha ha ha ..." Didi tertawa senang menggodaku yang sedang mengikat rambut dengan sebuah pita rambut. Aku mengikuti langkah Didi memasuki rumah makan itu, sejumlah hidangan tersedia di sana makanan sea food juga ada.

"Pesan apa?" tanya Didi padaku.

"Sama saja sama kamu tapi tambah sama cumi goreng sambal hijau ada nggak?" Aku bertanya pada pelayannya yang sudah berdiri disebelah kami. Pelayan itu mengangguk dan berlalu membawa secarik kertas pesanan kami. Selama menunggu pesanan datang, Didi memandangku sambil senyum-senyum sendiri.

"Ada apa? Ada yang lucu denganku?" Aku bertanya dengan membalas menatapnya. Untuk beberapa saat kami hanya saling memandang satu sama lain tanpa berkata sepatah katapun entah apa yang ada di benak Didi saat itu. Kami berdua tersadar saat pelayan meletakkan makanan pesanan kami di atas meja. Aku mengucap terima kasih pada pelayan itu.

Aku sangat menikmati makan siang menjelang sore apalagi ditemani oleh orang yang selama ini selalu aku rindukan . Kulihat Didi langsung makan tanpa menoleh ke arahku, ehm ... ! Giliran makan aja lupa sama yang di sebelah." Bisikku.

"Ayo! Dimakan nasinya! Ntar keburu dingin!" Akhirnya Didi ingat juga, aku tersenyum dan mulai menyantap makanan di piringku. Masakannya enak tapi lumayan pedas sehingga aku kebanyakan minum untuk menghilangkan rasa pedas sementara keningku mulai berkeringat! Tiba-tiba Didi mengambil tisu dan menyeka keningku ...Wuih!  So sweet banget! 

"Makasih sayang!" Ups!! Aku keceplosan ... Kebiasaan nih bibir kalau sudah berdekatan, debaran hatiku jadi tak menentu karena ucapan yang tidak kusengaja tadi.

"Maaf! Aku keceplosan bicara!" kataku sambil menyeka keningku sendiri.

"Nggak masalah! Aku nggak marah." sambung Didi.

Setelah membayar di kasir kami pun meneruskan perjalanan dengan jalan kaki ke atas sebuah jembatan panjang yang menjadi penghubung sebelah hilir dan sebelah hulu. Tidak jauh tapi karena mendaki aku sering berhenti apalagi kalau bukan alasannya karena capek! Didi menggandeng tanganku agar aku jadi ringan melangkah hingga ke tengah jembatan. Wah! Pemandangan dari atas sini cantik sekali! Rasanya capekku jadi hilang seketika! Laut biru yang luas begitu teduh di mata ini begitu juga warna hijau pepohonan dari hutan yang berada di tepian laut. Aku tersenyum tak menyadari kalau sedari tadi Didi memandangku dan meletakkan jemarinya diatas jemariku yang memegang besi kokoh di jembatan ini. 

"Indah sekali ya pemandangannya tapi lebih indah lagi kalau bersama seseorang yang spesial. Aku mau kita bersama lagi seperti dulu ...." Didi berkata sambil tetap memegang tanganku. Tiba-tiba handphoneku berdering!

"Halo, Dita! Kamu dimana? Kenapa cuma tas kopermu yang balik ke rumah? Kamu pergi kemana dan dengan siapa? dan kenapa kamu tidak jadi berangkat ke luar kota?" tanya Indri seperti biasanya dengan pertanyaannya yang panjang seperti rel kereta api.

"Nanti aku ceritakan setelah aku sampai di rumah. Aku pergi bersama Didi In, bentar lagi aku pulang." jawabku coba  meyakinkan Indri.

"Siapa yang telepon?" Didi langsung bertanya padaku begitu aku menutup teleponnya.

"Temanku si Indri tanya jam berapa aku pulang ke rumah." jawabku pelan.

"Bagaimana dengan jawaban pertanyaanku tadi? Maukah kita kembali seperti dulu? Kita mulai dari nol lagi!" ucap Didi. Pertamina kali mulai dari nol!  Wajah Didi terlihat menggemaskan dengan sinar matanya yang teduh seperti warna lautan yang biru. Jangan lebay Dita ...!!

"Jujur! Sebenarnya aku juga masih suka sama kamu, masih sering ingat kamu dan aku masih menyimpan harapan yang sama seperti kamu tapi ... sebelum kuberikan jawabannya kita balikan lagi atau nggak kamu harus ganti rugi dulu uang tiketku yang hangus karena tidak jadi berangkat." kataku mengingatkan janjinya padaku.

"Iya! Sekarang aku transfer, berapa no. rekeningnya?" Didi tersenyum ternyata cinta matre juga tak bisa menghapus hutang.

"Pulang yuk! Sudah sore!" Ajakku pada Didi setelah dia mentransfer uang pengganti tiketnya namun Didi belum mau pulang dengan alasan belum puas menikmati suasana kebersamaan kami tapi aku tetap menarik tangan Didi dan berjalan ketempat sepeda motornya di parkir. 

"Eh! Tunggu! Selfi dulu dua kali!" Didi mengeluarkan handphonenya dan mengambil posisi di sebelahku dengan senyumannya.

"Jangan lupa besok kutunggu jawabanmu!" ucap Didi kembali mengingatkanku. Ok! Jawabku sambil menaruh tanganku di pundaknya biar aman di perjalanan.














INDAH Onde as histórias ganham vida. Descobre agora