NB.14

6.3K 836 17
                                    


Lisa pov.

Setelah Jennie mengatakan dia mengingat tentang ciuman kami, aku jadi merasa canggung dan malu setiap kali melihat wajah Jennie.

Sungguh aku tidak menduga Jennie benar benar mengingatnya.

Huhh..

"Lisa ayo satu suap lagi" aku tersadar segera membuka mulutku menerima suapan Irene.

Ya Irene datang menjengukku pagi ini.

Seperti yang kalian lihat, aku masih terbaring lemah di rumah sakit.

Keputusan terkahir adalah, aku akan di rawat disini selama satu hari tidak mau berhari-hari karena itu akan membuatku bertambah sakit dan bosan.

Awalnya Jennie tentu protes namun aku bersikeras jika tidak lebih baik aku pulang saja. Akhirnya Jennie mengijinkan meski dengan terpaksa.

Aku tidak mengerti dengan Jennie, kenapa dia begitu perhatian padaku? Dia takut aku terluka dan terlihat cemburu jika aku dengan yang lain.

Apa Jennie mulai menyukaiku? Jika iya tolong buat ini lebih mudah dan aku akan membuktikan keseriusanku padanya.

"Akhirnya habis juga, ini minum dulu" Irene memberikan air minum padaku.

"Terimakasih Irene, makanan yang kamu buat rasanya enak" pujiku karena memang benar masakan Irene enak.

Irene tersenyum malu.

"Lain kali aku akan membuatkannya lagi untukmu"

Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

"Irene, sepertinya kamu harus berangkat ke kantor. Waktumu tinggal lima belas menit lagi, aku tidak ingin kamu terlambat"

"Kamu mengusirku?"

"Aah aniya, aku hanya tidak ingin kamu di cap sebagai karyawan yang buruk karena terlambat. Jangan salah paham" aku gelagapan menyentuh lengan Irene.

"Hahaha aku hanya bercanda, aww kamu perhatian sekali aku jadi tambah suka" Irene mencubit pelan pipiku.

Aku terkekeh canggung.

"Baiklah aku akan berangkat sekarang, kabari aku jika kamu membutuhkan sesuatu okey" Irene berdiri lalu mengusap bahuku.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Irene mengigit bibirnya lalu mengecup pipiku singkat setelahnya dia berlari terbirit-birit keluar dari ruangan ku.

"Aigoo kenapa dia mencium ku?" aku menggelengkan kepalaku.

Saat hendak membaringkan tubuhku pintu terbuka dan aku bisa melihat betapa cantiknya orang itu.

Jennie, gadis yang aku cinta.

Jennie berjalan mendekatiku dengan kantong plastik berisi makanan di tangannya.

"Hai" sapa Jennie lalu duduk di sampingku.

"Hai" aku tersenyum sedikit gugup dekat dengannya.

"Sudah sarapan?"

"Sudah. Kamu sudah sarapan?"

"Aah sudah ya. Aku belum, rencananya aku ingin sarapan berdua bersamamu" raut wajah Jennie terlihat sedikit kecewa.

"Maaf, tadi Irene membawakan ku makanan dan aku tidak mungkin menolaknya"

Raut wajah Jennie berubah menjadi kesal.

"Jadi kamu sarapan dengan Irene?" Tanya Jennie penuh selidik.

"Tidak hanya aku dan dia yang menyuapiku" jawabku jujur.

Jennie menekuk wajahnya sambil melipat kedua tangannya.

Menggemaskan sekali calon kekasihku.

"Dia yang memasak untukmu? Apakah itu enak?"

"Eum yah Irene yang memasak sendiri dan aku akui itu enak. Katanya lain kali dia akan memasakkan nya lagi untukku"

"Jangan pernah memakan masakannya lagi!" Pekik Jennie.

Aku kaget dengan reaksinya.

"Jen-"

"Hanya masakan ku yang boleh kamu cicipi, mengerti" Jennie menangkup pipi ku sambil menatap mataku dengan dalam.

"I-iya" aku mengangguk takut.

"Good girl" senyum Jennie mengusap pipiku.

"Lalu apalagi yang Irene katakan padamu? Jujur jangan bohong" Jennie mengintrogasi ku sekarang.

"Tidak ada hanya saja dia mengecup pipiku sebelum pergi" aku berkata jujur.

"What! Beraninya dia, dimana jalang itu mengecup pipimu, di kiri atau di kanan!" Pekik Jennie mengusap kedua pipiku sedikit kasar.

"Ssh di kanan"

"Aku akan menghapusnya"

Chup

Chup

Chup

Jennie mengecup pipiku berkali-kali.

Aah aku malu sekaligus senang mendapatkan ciumannya.

"Jangan biarkan orang lain menyentuhmu apalagi sampai mencium mu. Aku tidak rela.." bisik Jennie sambil memelukku.

"Kenapa kamu tidak rela?" Aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Huhh.." Jennie menghela nafas.

Kami sama-sama diam dan aku tidak berani lagi menanyakannya.

"I'm jealous"

Bisa aku simpulkan sekarang Jennie juga menyukaiku.

"Cemburu?" Aku memancingnya.

"Aku juga sedang memikirkannya, kenapa aku cemburu setiap kali ada orang yang mencoba mendekati mu. Sudah jangan tanyakan lagi aku sedang tidak mood"

Aku mengangguk, memilih membalas pelukannya sambil mengusap-usap lembut rambutnya.

•••

Tbc

18/03/24

Gerah ya Jen 🔥

Vote komen lanjut.

nona bos [Jenlisa]√Where stories live. Discover now